9**Blood*

2.9K 202 7
                                    

Kira-kira Sekarang sudah pukul sembilan malam, dan aku masih berjalan? Tidak ada yang memberi tumpangan? Aku jadi menyesal menolak Saki mengantarku. Kukira kiya tidak akan lama. Tadi, Kiya di panggil sama pembimbingnya. Entahlah aku tidak tau menahu soal itu.

Aku menghela nafas berat. Sudah cukup lama aku menunggu di depan gedung. Mataku tertuju pada hutan yang cukup jauh namun masih dapat dilihat dengan mata telanjang.

Ada pohon kecil yang bergerak gerak, dan ada seseorang dengan jubah hitam berpenutup kepala, yang bergerak mencurigakan. Tidak mungkin itu hewan.

Aku menoleh ke dalam gedung berharap ada orang yang kukenal tiba-tiba muncul untuk menemaniku ke sana. Sungguh aku sedikit tidak berani. Bukan takut. Hehe sama aja.
Namun orang yang kukenal tidak ada yang muncul, di dalam gedung yang sekumpulan perempuan yang tadi yang masih berbincang bincang dan beberapa orang yang tengah menikmati makanannya.

Tidak ada yang kukenal. Sedangkan sosok di dalam hutan itu masih di tempatnya seperti sedang mengintai.

Ayolah Kiya cepat datang!

Sosok itu semakin mencurigakan saja. Lalu dia pergi memasuki hutan setelah melihat telapak tangannya.

Gawat, dia mau kabur.

Lalu aku berlari memasuki hutan itu, tidak peduli apa yang akan terjadi. Mungkin sedikit menjelajahi dunia mimpi? Terus terang saja aku masih belum yakin ini nyata. dengan melihat orang yang berterbangan, dapat menggerakkan benda, makanan yang tiba-tiba ada di meja makan, laci kamar yang terhubung dengan laci sekolah, sungguh belum masuk di akalku.

Kini aku sampai di dalam hutan. Dimana orang tadi?

Lalu aku jalan dengan hati-hati tidak ingin sosok tadi menyadari aku disini.

Mataku membesar ketika sebuah pisau yang menuju tepat di jantung ku, dengan cepat, aku meringkan badanku mencoba menjauhi pisau itu.

Dan rasa perih kurasakan di lengan atasku, dengan cepat aku berlari dan bersembunyi di balik salah satu pohon besar. Jantungku berdegup kencang belum lagi lengan ku yang terluka.

Kupegang dengan kuat leganku yang luka mencoba mengurangi darah yang keluar.

"Kau tidak bisa kabur, aku bisa merasakanmu. Kau lah orang yang kucari-cari," ucap sosok itu dengan suara yang menakutkan.

Mendengar suara itu, jantungku serasa berhenti, nafasku yang tertahan dan mataku melebar.
Sungguh aku sangat terkejut. Apa yang harus kulakukan?

Aku memegang dengan sangat erat leganku mencoba menepis ketakutanku dengan rasa sakit di lenganku akibat cengkraman.
Saat ini aku hanya ingin bangun. Sungguh. Aku hanya ingin terbangun.

Rasa perih di leganku menjadi-jadi. Lalu air mataku keluar bukan hanya karna rasa sakit yang kurasakan, tapi... karna aku menyadari aku tidak akan terbangun sebab aku sedang tidak bermimpi.

Lukaku nyata. Darahku nyata. Perih yang kurasakan juga nyata.

Air mataku semakin deras keluar. Aku sangat takut. Lalu terdengar langkah kaki yang mendekati tempatku.

Masih dengan ketakutan dan rasa perih di lenganku, akupun berjalan sangat pelan menuju pohon lain untuk bersembunyi.

"Aku tau kau di mana. Karna aku bisa merasakan keberadaanmu. Keluarlah atau ku bunuh kau," ucapnya dengan keras membuatku bergetar hebat.

Jantungku berdegup kencang. Dan aku tidak bisa bernafas, lebih tepatnya tidak tau cara bernafas.

Aku masih menangis tanpa suara dan mencengkram lenganku sekuat kuatnya. Sekarang aku pasrah dengan keadaan.

Pure Witch [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang