17**Left Behind*

2.4K 170 1
                                    

Aku menerjap beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam mataku, dan mengumpulkan kesadaranku sepenuhnya.

Kuperhatikan tempatku berada, ternyata aku terbaring di atas tempat tidur putih di sebuah ruangan yang ditutupi dengan tirai biru.

Dimana ini? Itu pertanyaan yang pertama kali muncul di benakku. Mana mungkin ini di surga ataupun neraka. Ini lebih mirip dengan rumah sakit. Aku berusaha menggerakkan badanku. Dan rasanya sakit sekali. Lebih dari saat lenganku terpotong.

Mungkin jika aku ada di bumi saat ini aku tidak akan seperti ini. Mungkin jika aku bisa menggunakan sihir mana mungkin aku seperti ini. Mungkin jika aku dibunuh saat pertama kali sampai di sini mana mungkin aku seperti ini. Mungkin, jika aku dibunuh di hutan itu mana mungkin aku seperti ini. Lalu ini semua salah siapa?

Lalu air mata keluar dari sudut mataku dengan deras tanpa bisa kuhentikan. Bahkan menggerakkan badan sedikit saja rasanya lebih baik mati saja saat itu. Mengingat aku tidak bisa menggunakan sihir, rasanya seperti sampah. Tidak dianggap dan tidak diperdulikan bahkan dimusnahkan. Ya benar aku hanya sampah disini. Tidak berarti dan tidak berguna.

Lalu, mengapa ada yang menolongku? Itu pasti orang terbodoh di dunia. Jika tau seperti ini, lebih baik aku di tangkap atau mungkin dimakan oleh penyihir jelek yang pertama kali kulihat sangat bangun.

Aku sangat depresi, bahkan saat inipun, ibuku tidak ada bersamaku. Apa dia tau keadaanku saat ini? Apa ibuku juga menganggapku sampah? Aku masih menangis tanpa suara, lalu tiba-tiba dadaku serasa sesak. Dan aku tidak bisa menahannya lagi. Akhirnya isak tangisku pun memenuhi ruangan.

Ibu... di mana kau saat aku membutuhkanmu? Dibmana? Bahkan saat aku hampir mati sekalipun kau tidak ada bersamaku?

.

Author pov

"Minku, Ninku di mana ya?" Terlihat Kiya yang masuk ke kamar no.49 sesuai dengan rumah yang ada di dunia sihir. Gadis itu masih menatap cemas kearah jam dinding. padahal kan, sekarang sudah jam setengah dua belas malam. Sedangkan tadi berangkat pukul setengah sepuluh malam. Anak itu memang selalu membuat cemas temannya yang satu ini.

Kiya berjalan bolak balik tidak tentu arah menunggu teman sekamarnya akan datang. Tapi teman yang ditunggunya tidak kunjung datang.

Kiya bertekad untuk keluar dari kamar kecil yang sangat berbeda dengan rumah besar yang disediakan di dunia sihir. Meskipun sudah tengah malam, Kiya tetap memberanikan diri untuk pergi ke gedung sekolah.

Di tengah perjalanan, Kiya bertemu dengan Saki. "Saki, buat apa malam-malam begini keluar rumah?" tanya Kiya dengan nada penasaran.

"Begini, teman sekamarku, Anna. Dia menginap hari ini di kamar Fanyy dan Yuna. Dan guru pembimbingnya menitipkan ini padaku." Dia menunjukan surat dengan amplop berwarna putih. "Kau sendiri?"

"Aku... ingin mencari Kazuha, dia belum datang kekamar," ucap Kiya dengan tatapan sedih.

"Kenapa bisa? Baiklah, kita keruangan Rose-sama sekarang!" Saki langsung menarik tangan Kiya menuju ruangan Rose-sama.

.

"Ini ruangannya?" tanya Kiya takut-takut setelah mereka sampai di depan salah satu ruangan di gedung besar.

Saki mengangguk mantap.

"Temani aku ya?" Kiya memohon pada Saki dengan suara pelan. Saki menggeleng dengan cepat.

"Kamu saja. Gak apa-apa. Cuma nanya doang kok," jawab saki dengan nada pelan juga.

Kiya menghela nafas lalu mengetuk pintu. Dia sedikit merasa aneh karna malam-malam begini dia mau datang menemui Rose-sama. Lalu ada suara dari dalam sana mempersilahkan dia masuk. Kiya masuk kedalam meninggalkan Saki yang masih berada di luar ruangan untuk menunggu.

"Ada apa tengah malam begini datang kesini, anak manis?" tanya Rose-sama pada Kiya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Kiya hanya menatap Rose-sama datar. Memang sejak awal Kiya sudah tidak menyukai Rose-sama. "Kazuha Minku, apa dia tidak dibawa kesini?"

"Tidak. Karna dia tidak bisa menggunakan sihir sama sekali. Dia hanya manusia biasa."

"Mana mungkin, lalu kenapa dia bisa sampai di dunia sihir jika dia bukan penyihir?" tanya Kiya dengan raut muka cemas.

"Dia hanya tersesat masuk dunia sihir dan tidak bisa kembali. Kau kembali saja ke kamarmu atau kusuruh seseorang untuk mengantarmu," ucap Rose-sama dengan senyum miring di bibirnya, yang membuat Kiya semakin tidak menyukai Rose-sama.

Hanya kau yang bilang begitu, lalu kenapa dia bisa masuk dunia sihir tanpa pintu yang ada di sekolah ini? ucap kiya dalam hati lalu segera pergi dari ruangan setelah menundukkan kepalanya setengah hati.

"Saki, kita antar surat untuk Anna aja yuk?" ucap Kiya begitu keluar dari ruangan Rose-sama.

"Ada apa?" tanya Saki bingung.

"Ah, tidak apa-apa. Kazuha tertinggal di dunia sihir. Dia pasti baik-baik saja." Lalu mereka berdua pergi menuju kamar Fanyy dan Yuna.

.

"Ini kamarnya?" tanya Kiya pelan. Saki hanya mengangguk.

Saat Kiya mau mengetuk pintu, aktivitasnya terhenti lalu dia mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu lalu mendengar pembicaraan mereka.

"Bagaimana? Kalian sudah cek kamarnya?"

"Udah, tapi gak ada orang di kamar mereka."

"Apa jangan-jangan mereka ketinggalan di dunia sihir ya?"

"Aaaa..., gak mau, padahal aku pengen ngintip mereka lagi tidur. Mukanya gimana ya?"

"Masak sih Kazune dan Viorel-ku tinggal di sana"

"Kazune-ku...."

"Kazune-ku juga...."

Saki dan Kiya saling berpandangan mendengar suara itu, mereka tidak tau betul itu suara siapa. Karna mereka hanya mendengar samar-samar saja.

Kiya mengetuk pintu. Dan Anna membukakan pintu. "Ada apa?" tanya Anna lalu Fanny dan Yuna pun datang menghampiri mereka.

"Ini surat dari pembimbingmu. Aku di suruh memberikannya padamu sekarang juga," ucap Saki lalu mereka segera meninggalkan mereka bertiga.

Setelah agak jauh dari kamar Fanny dan Yuna, Kiya berkata, "Eh saki, gimana Viorel? Kamu naksir dia kan? Dia gak di sini lohh pasti kamunya kesepian," goda Kiya.

"Apaan sih!" Meskipun di tengah kegelapan, Kiya masih dapat melihat rona merah di wajah Saki. "Aku nginap di kamar kamu aja ya?" tanya Saki mengalihkan topik, lalu Kiya tersenyum dan mengangguk.

~~~

With luv, rezyren

🦄

Pure Witch [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang