•SEVEN•

222K 16.3K 796
                                        


🎼 Even when the night, changes. It will never changes me and you 🎼
         ___________

Davin sudah siap memakai seragam putih abu-abunya. Kini ia tengah duduk di atas kasurnya seraya memainkan ponsel.
Tak lama, terdengar suara teriakan bunda dari lantai bawah meminta supaya Davin cepat turun ke bawah.

Cowok itu pun memasukkan ponselnya pada saku baju seragamnya. Lalu ia bangkit dari duduknya dan mengambil tas yang terletak di atas meja belajarnya.
Matanya menangkap suatu benda yang tampak lebih mencolok dari yang lainnya.

Kotak bekal biru muda milik Kamila.

Ah iya, kotak makannya Kamila masih di gue lagi. batinnya sambil berdecak.

Diraihnya kotak bekal tersebut kedalam genggamannya lalu ia segera turun ke bawah menghampiri sang Bunda.

"Bunda, Davin berangkat ya," ucap cowok itu sambil menyalami tangan bundanya.

"Kok gak sarapan dulu?" tanya bundanya

Davin menggeleng pelan.
"Ntar aja bun, disekolah. Udah mau telat."

"Yaudah, hati- hati. Pelan- pelan bawa motornya!" peringat bunda

"Sip! Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

                           —•••—

Kamila sedang menatap sedih layar ponselnya. Gadis itu sudah berada dikelas sejak pukul 6.11
dan itu artinya kelas masih sepi.
Ia sedang membuka aplikasi instagram dan terlihat foto Indy, Mama, dan Papanya tampak bahagia di Amsterdam. Tanpa dirinya tentunya.
Indy mem-post beberapa foto saat ia berada di Amsterdam.

Jujur, terbesit rasa sedih dalam hati Kamila. Ia selalu merasa dirinya tak dianggap dalam keluarganya. Oh, atau mungkin tak diinginkan? Namun gadis itu tak egois. Ia bahagia jika orang orang yang di sayanginya juga bahagia. Biarkan ia yang merasakan kesedihan itu sendirian asal orang lain bahagia.

Tak terasa, ujung mata Kamila tampak basah. Gadis itu sedang menahan tangisannya. Air mata yang mengungkapkan kesedihan yang mendalam pada diri Kamila.

Tiba- tiba seseorang menepuk pundaknya.
Kamila mendongak dan mendapati Davin tengah berdiri di depan tempat gadis itu duduk.
Kamila terkejut sesaat. Ia buru- buru menghapus genangan air mata di pelupuk matanya yang hampir saja menetes di pipinya.

"Eh Davin?! Kenapa?" suara Kamila sengaja dibuatnya se-ceria mungkin. Sebenarnya, Kamila tak percaya Davin yang selama ini ia kejar-kejar ini menghampirinya di kelas.

"Lo habis nangis?" tanya Davin sambil mengamati wajah Kamila.

"Hah? Nangis? Apaansih enggak ah, siapa yang nangis," sangkal Kamila

Davin mengangkat alisnya tak percaya.

"Terserah deh,"

Sejujurnya, cowok itu ingin menanyakan lebih jauh penyebab keluarnya air mata gadis dihadapannya ini. Tapi lagi- lagi rasa gengsi menyelimuti dirinya.

Kamila tersenyum manis.
"Tumben nyariin gue? Kenapa? Kangen yaa? cieee.."

Davin mengerutkan keningnya.
"Pede banget lo jadi cewek." ucapnya datar.

"Yaah! Cuek banget sih Davin," kata Kamila sambil mengembungkan pipinya.

Ada rasa gemas pada diri Davin yang membuatnya tak tahan ingin mencubit pipi Kamila. Tapi ia tahan.
Gadis dihadapannya ini memang sangat lucu.

VinkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang