🎼 I'm in love with you, and all these little things 🎼
_________"Dapiiiiin! Bengong mulu lo ah!" suara cempreng milik cowok tampan itu benar- benar menganggu Davin, membuatnya berdecak kesal.
"Gian, lo teriak lagi gue jadiin roti bakar lo!" seru Davin galak.
Gian memanyunkan bibirnya yang menurut teman- temannya itu benar- benar menggelikan.
"Gue kan bukan roti, mana bisa jadi roti bakar?"
Pletak!
Satu buah jitakan mendarat di kepala Gian membuatnya meringis dan memaki sang penjitak.
"Sakit monyet!"
"Mulut lo bacot sih, gak tahan lagi gue." balas Rafi ringan.
"Lagian si Davin, katanya gue mau dijadiin roti bakar kan-" Gian kembali berucap membuat Rafi cepat- cepat memotongnya,
"Itu sih lo nya aja yang tolol. Davin tuh udah emosi ama lo. Ya mikir aja, masa iya lo jadi roti bakar. Haduh, punya temen kok gobloknya akut."
Gian melotot hendak membalas ledekan Rafi.
"Udah diem ah, sakit telinga gue." ucap Farhan.
"Yaelah, ini kenapa pada jutek amat si." ujar Gian menanggapi sikap kedua sahabatnya yang akhir- akhir ini jarang bergabung dalam obrolan receh yang sering mereka lakukan.
"Kan pujaan hatinya lagi jauh di ujung sana, pada kangen gitu ceritanya, eak eak." celetuk Rafi yang memang benar adanya.
"Ngomong- ngomong roti bakar, gue jadi laper." sambung Gian yang disetujui pula oleh Rafi dan Farhan.
Roti bakar?
Davin mengingat kembali pada masa dimana Kamila masih sering memberikan bekal padanya.
Ia rindu kotak bekal biru muda yang sering diberikan gadis itu padanya,
Ia rindu paksaan gadis itu untuk menerima bekalnya,
Ia rindu suara cempreng gadis itu saat menyapanya,
Ia rindu senyumnya walau bahkan ia sendiri tak dapat membedakan mana senyum asli dan palsu yang digunakan gadis itu,
Ia rindu aroma manis milik gadis itu,
Intinya, ia rindu gadis itu, gadisnya, Kamila Veraninda.
-•••-
Davin pulang ke rumah dengan lesu. Hatinya kosong, sunyi, dan sepi.
Kakinya melangkah menuju sofa ruang tamu dan mulai berbaring di atasnya seraya menghembuskan nafasnya dengan keras.
Bundanya tak lagi heran dengan sikap anak tertuanya itu yang akhir- akhir ini memang selalu seperti itu.
"Aduh ini anak Ayah kenapa lagi ini? Lesu amat pulang sekolah." suara bariton milik Ayah Davin terdengar membuat Davin bangkit dari tidurnya.
"Eh? Ayah? Kapan pulang?" tanya Davin bingung.
Ayahnya hanya tersenyum tipis dan duduk di sebelah Davin.
"Tadi siang pas kamu masih sekolah." balasnya.
Davin manggut-manggut tanda mengerti. Wajahnya kembali murung. Ia mengusap wajahnya kasar lalu bersandar di sandaran sofa.
"Kamu kenapa sih Bang?" tanya Ayahnya seraya merangkul pundak anak laki- lakinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vinka
Teen Fiction[COMPLETED] Highest Rank : #14 in Teen Fiction //20 August 2018 Ini tentang Kamila Veraninda. Gadis cantik yang dengan tidak malunya mengejar cowok tampan bernama Davin. Gadis yang selalu menunjukan wajah cerianya di depan orang lain. Namun siapa...