Naruto dapat mendengar suaranya yang melengking karena gigitan penuh amarah yang diberikan oleh sang Alpha. Hanya satu hal yang tak ia mengerti, apa yang membuat Sasuke begitu emosi.
"Sa-Sasu... ugh... sakit..."
Ia hanya dapat mengerang menahan rasa sakit. Tubuhnya masih sangatlah sensitif. Namun karena Heat-nya telah selesai, gigitan yang diberikan menjadi rasa sakit, bukan rasa nikmat.
Sang Omega berusaha untuk melepaskan cengkraman Sasuke dari kedua pergelangan tangannya. Tak sedikit pun pemuda berambut raven itu bergeming.
Sebaliknya cengkraman itu semakin erat. Ia yakin akan ada memar bertambah di pergelangan tangannya.
"Hentikan, Sasuke! Kenapa kau jadi seperti ini?!"
Sempat tersentak, namun Sasuke tak segera melepaskan gigitan pada lehernya. Saat ini tenaganya masihlah sangat lemah. Naruto tak bisa melawan si pemuda Alpha.
Ia harus memikirkan cara agar Sasuke melepaskan dirinya. Namun belum sempat ia bereaksi, tubuh pemuda bermarga Uchiha itu bergetar.
Rasa bingung pun menghampiri.
"Sasuke?" tanyanya lirih.
"Jangan..."
Suara baritone itu begitu lirih. Telinganya tak dapat menangkap apa yang dikatakan oleh pemuda stoic tersebut.
"Apa-"
"Jangan tinggalkan aku, Naruto..."
Meninggalkannya?
Oke, sang Omega semakin tidak mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Sasuke.
"Apa maksudmu, Sasuke? Aku tidak mengerti."
Namun tak ada jawaban dari pemuda di atasnya.
Sebaliknya, Sasuke merengkuhnya perlahan setelah melepaskan cengkraman pada kedua tangannya. Tubuhnya masihlah bergetar. Seperti seorang anak kecil yang ketakutan.
Ini tak biasa. Naruto tentu menyadari hal itu. Pertanyaan demi pertanyaan terus menghampiri isi kepalanya.
Kenapa dengan pemuda ini?
Getaran pada tubuh kekar itu tak juga berhenti. Ia tak mengerti, namun rasa kesalnya kian menguap melihat kondisi pasangannya.
Pasangannya...
Ah, andai ia tak melihat situasi yang membingungkan ini, tentunya warna merah merona sudah menghiasi wajah berkulit tan-nya. Dan ini bukan saat yang tepat untuk merasa malu hanya karena pemikiran bodoh itu.
"Ada apa denganmu, Sasuke?" tanyanya lembut.
Tangannya yang telah terlepas kini membelai punggung lebar dan helaian kelam Sasuke. Meski denyutan perih masih terasa, tak sedikitpun ia hiraukan.
Bisa ia rasakan gelagat pemuda di atasnya yang tengah menghirup aroma tubuhnya. Bagaikan aromaterapi yang dapat menenangkan jiwa dan pikiran.
"Katakan, Sasuke. Apa yang ada dalam pikiranmu?"
Hening melanda selama beberapa saat.
"Naruto... kau... tak akan meninggalkanku?"
Pertanyaan itu lagi, pikir Naruto heran.
"Kau tak akan meninggalkanku... seperti keluargaku?"
Sang Omega terkesiap mendengar pertanyaan itu.
Seorang diri.
Benar.
Bagi dirinya dan Sasuke, kata itu adalah hal yang menyesakkan bagi mereka. Menjadi sebatang kara dan kehilangan keluarga adalah masa kelam yang tak dapat mereka lupakan. Seberapa hebatnya mereka, rasa kesepian akan tetap ada dalam bayang-bayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love vs Instinct
FanfictionDilahirkan sebagai seorang Omega, membuat pemuda ceria yang selalu bercita-cita sebagai Hokage harus mengalami trauma yang terus membekas. Dirinya yang memutuskan untuk tidak terikat dengan Alpha manapun kini justru berhadapan dengan fakta sebalikny...