Four

20 1 0
                                    

«Segala typo mohon di maafkan»

Padang, Indonesia
6.00 PM
(Ingat loh, padang itu bukan nama provinsi. Itu nama kota. Itu kota satu provinsi sama bukittinggi, pariaman, mentawai, payakumbuh dkk :3 jadi misal kalian denger istilah 'orang Padang' itu salah kecuali orang itu memang lahir di kota Padang. Yang bener 'Orang minang' )

International airport of Minangkabau siang itu begitu sepi. Wajar saja, ini bukan lah hari libur jadi pengguna jasa transportasi terbang tak padat.

Biasanya hanya orang bisnis yang ada di sini, atau anak anak sekolah yang di urus lomba, atau pertemuan di luar sekolah mereka. Atau karena urusan khusus seperti Abdul Darius Bin Laith.

Pria itu kini tengah menyusuri ruang pengambilan bagasi yang terhubung dengan gerbang kedatangan penerbangan internasional bersama anaknya, Zemar Bin Abdul Darius. Penampilan mereka cukup mencolok di sana. Apalagi sosok tampan Zemar yang memakai seragam petinggi Militer FORCES. Hampir semua wanita tersihir ketampanan dari Sang Mayor. Tapi Zemar tak peduli. Ia hanya berjalan mengawal Ayahnya itu keluar bandara.

  Mereka langsung di sambut oleh 3 perwira yang di urus kemari. Zemar sebenarnya sedikit lucu dengan orang orang indonesia. Rata rata dari mereka memiliki tubuh kecil. Tapi Yang membuat Zemar takjub adalah, kekuatan armada militer di negara ini. Mereka memiliki armada laut yang tangguh dan terlihat bak tentara samudra.

"Sir, kita akan singgah ke Cabang Forces di Padang... " ucap salah satu perwira itu dengan bahasa indonesia. Zemar mengangkat dagunya.

"Baiklah, antarkan kami~" jawabnya dengan bahasa indonesia juga.

Jangan pernah heran. Sudah seharusnya para petinggi menguasai banyak bahasa Asing. Itu di karenakan Forces memilik markas cabang di semua negara yang selamat dan tergabung dalam PBB. Jadi setidaknya, Para petinggi memahami ke dua belas bahasa .

Karena, pendatanglah yang harus menyesuaikan bahasa dengan negeri yang ia singgahi. Bukan masyarakat negeri tersebut yang menyesuaikan bahasanya dengan pendatang.

  Zemar hanya melihat keadaan kota padang yang ramai. Setidaknya, sejauh ini negara inilah yang paling terlihat normal karena aman dari serangan vampire dan tak pernah disinggahi para zombie tolol itu.

Darius menatap anak tunggalnya itu sembari tersenyum. Ia sadar jika anaknya menikmati perjalanan melelahkan ini. Tak seperti saat darius membujuk anaknya untuk ikut. Zemar mengeluarkan banyak alasan pekerjaan. Tapi bukan Zemar jika ia masih membantah saat Sang Ayah sudah memohon.

Bagaimanapun, Darius sangat suka sifat anaknya itu.

Tak butuh waktu lama, Mobil sedan silver itu sampai di sebuah bangunan besar dengan lambang FORCES di atas gedungnya. Zemar tersenyum tipis. Ia yang mendesain bangunan ini. Meski terlihat elegan dan modern, tapi bangunan ini sangat kokoh meski gempa dan tsunami menghantam bersamaan.

Keduanya berjalan masuk bersama ke tiga perwira yang mengawal mereka.

👿

Bukittinggi, Indonesia
10.23 PM

Darius dan Zemar turun dari mobil yang mengantar mereka ke sebuah rumah mewah di kota bukittinggi. Rumah yang di informasikan sebagai rumah milik Relawan itu.

Zemar menoleh ke arah Ayahnya itu. Darius langsung berjalan menuju teras rumah besar itu diikuti Zemar.

Keduanya di sambut oleh pria paruh baya yang memiliki raut ramah namun tegas.

Can I Call You Morphine? (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang