15

1.2K 84 5
                                    

Langit biru dan awan-awan putih yang terbentuk membuat suasana bersantai kedua sepupu itu terasa nyaman. Duduk bersama di pekarangan rumah menghadap sebuah danau kecil, berbagi cerita dan keluh kesah ketika mereka tidak bersama

"jadi dia adik kelasmu?"

"ne, dia tampan kan? Sudah aku katakan orang Seoul itu tampan-tampan dan cantik"

"ohh jadi kau bilang kalau aku jelek, begitu?"

"hehehe kecuali kau"

Dan tawa mereka pun menggema hingga ke dalam ruangan tapi seketika suasana hening

"Jimin ah, apa benar dia akan-"

Jimin menggenggam tangan Suzy dan menggeleng sebagai jawaban. Suzy terlihat menghela nafasnya kasar dan membalas genggaman sepupunya

"itu tidak akan terjadi"

"aku mohon tolong lah dia"

"serahkan semuanya padaku" ucap Jimin


~~~

Seperti biasa Jieun harus bekerja paruh waktu di toko dekat rumahnya. Hari ini toko terlihat sepi, entahlah mungkin karena hari libur, tapi kenapa sepi sekali?. Jieun melamun di tempatnya, bukan tanpa alasan. Banyak hal yang tidak ia mengerti dalam hidupnya namun ia harus melakukannya

"haruskah aku melakukannya? Tapi bagaimana kalau itu salah?" Jieun terus bergumam membuat ahjumma pemilik toko mengernyit heran

"banyak pikiran, Jieun ah?" tanya ahjumma yang berhasil membuat Jieun terluntur dari lamunannya

"oh maaf ahjumma"

"dari kemarin kau selalu melamun dan bergumam tidak jelas, ada apa? Cerita padaku"

Sulit rasanya bercerita pada wanita berumur 45 tahun itu, bukan hanya malu tetapi rasa tidak enak karena merasa lalai dalam pekerjaannya juga menjadi alasan dia sulit bercerita. Tapi jika ia cerita mungkin Jieun mendapat jawaban karena pengalaman asmara dari wanita di sampingnya ini

"aku hanya merasa tidak layak menerima permintaan dari temanku itu tapi aku mau membantunya"

"kalau kau mau membantunya, jalankan dengan percaya. Layak atau tidaknya, tergantung pada hasilnya nanti" ucap ahjumma lembut

"tapi aku takut salah telah menerima permintaan itu"

"salah atau tidaknya tetap tergantung dengan apa yang kau jalani"

Yap, itulah jawaban yang ia terima. Entah Jieun mengerti atau tidak, hanya anggukan yang ia berikan pada wanita itu


-00-

Panggilan mendadak dari keluarganya membuat ahjumma pemilik toko menutup tokonya sementara dan memperbolehkan Jieun pulang sangat awal. Suaminya sakit, Jieun ingin ikut menjenguk tapi ahjumma tidak ingin penyakit menular suaminya tertular ke Jieun si anak cantik nan manis

"ada yang bermain? Ini kan tengah hari?"

'Jungkook'

Namja pemilik senyum seperti kelinci itu tengah memantul-mantulkan sebuah bola basket dan mencoba memasukkannya ke dalam ring. Gagal. Dari kejauhan Jieun menatapnya

'apa aku salah? Apa jalan yang aku pilih ini salah?'

"arrgggh! kenapa selalu gagal?!" ucap namja itu yang kemudian merebahkan tubuhnya di atas lapangan panas di bawah sinar mentari yang terik

Jieun perlahan mendekat menghampiri Jungkook yang sudah memejamkan matanya

Derap kakinya bisa terdengar olehnya sendiri, tapi kenapa Jungkook tidak merespon?. Dengan telapak tangannya ia mencoba menutup wajah Jungkook dari sinar matahari. Berhasil. Jungkook membuka matanya

COLD [ COMPLETED ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang