Hari berganti malam, dirinya memandangi satu tujuan sementara yang dipandang memandangi berjuta tujuan. Bulan. Teman yang saat ini ia miliki, kesedihan terus mendatanginya. Merasa tak berguna dan bodoh. Sunyi dan tenang. Tapi tidak bisa, pikirannya terus mengalir masa kelam dirinya yang menjadi awal dari semua ini. Apa ini akan memliki akhir? Apakah akan bahagia? Itulah yang ia harapkan
"aku ingin mati" kalimat yang ia ucapkan bersama dengan namja yang menolong kekasih serta adiknya terus terputar hingga kepalanya terasa ingin pecah. Hatinya seperti mati rasa, apa yang ia rasakan saat ini benar-benar tidak memberikan efek fisik maupun mental padanya. Jung Hoseok, namja itu kembali hadir dan takkan pernah pergi karena apa yang ia inginkan belum didapat
Cinta, bukan bagaimana kita selalu mengucapkan tetapi bagaimana kita dapat menunjukkan
Cinta, bukan bagaimana jalannya tetapi bagaimana kita dapat menjalankannya
Cinta, bukan tentang mencari jodoh tetapi bagaimana kita bisa merasakan orang yang tepat
Cinta, bukan bagaimana membuat drama tetapi bagaimana kita membuat bahagia layaknya drama korea, cerita fiksi seperti di wattpad ataupun sinetron di televisi
Karena cinta tak dapat dipaksakan seperti Siti Nurbayah
"aku akan menyerahkan diriku"
"pikiranmu terlalu pendek"
"tapi bagaimana dengan mereka? Apa kau punya rencana lain untuk ini? Jika tidak, biarkan aku bertindak untuk kali ini"
Percakapan itu hanya berlangsung singkat saat Jieun memutuskan untuk meninggalkannya dalam gelap. Lorong rumah sakit seketika hening diikuti langkah kaki Jieun yang mulai menghilang. Dirinya penuh dengan ketidak pastian, bagaimana tidak? Setiap langkah yang akan ia jalankan selalu saja terjadi masalah lain bahkan lebih sulit
Punggungnya beradu dengan dinding di belakangnya, telapak tangannya sudah membekas kuku tergores hingga ke dalam. Menatap langit hitam yang hanya disinari cahaya bulan. Keputusan wanita itu hanya berdasar pada emosi bukan akal. Handphone nya bergetar, tertera nama seorang namja yang selalu berkata benar, menurutnya
"hyung.." terdengar lirih dan gemetar
"Namjoon ah, ada apa?"
"bagaimana ini?"
"bagaimana? Apa maksudmu?"
"Jieun akan menyerahkan dirinya pada Hoseok. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan" tangannya meremas handphone nya kuat-kuat menahan getar suaranya. Diseberang sana hanya membisu selama beberapa detik. Hingga akhirnya Jin yang menelpon memutuskan sambungannya sepihak
Apa tugasnya disini? Seorang pengasuh? Atau sahabat? Kenapa dirinya harus dibebankan pada masalah yang sangat sulit? Bahkan hidupnya saja tak serumit ini. Tapi perasaan berharga yang ada di hatinya sulit untuk menjelaskan itu semua. Jika saja dulu, Taehyung dan Jin tidak membantunya, hari ini ia akan berada ditempat yang sangat indah bersama mendiang ibunya
Setiap kali ia ingin memberontak ia selalu melihat bekas luka di tangan kirinya. Terlihat berkas jahitan yang masih jelas membekas disana. Kejadian 6 tahun lalu yang sangat tragis mulai berputar dikepalanya, dimana ia dan ibunya pergi bersama di bawah hujan yang turun dengan deras. Sampai kecelakaan mobil terjadi dan menghilangkan nyawa ibunya. Bukan karena Namjoon tak ikhlas membantu Taehyung tapi ia benar-benar tak sanggup. Kakinya mulai tertatih melangkah dengan seribu beban kebingungan di kepalanya
"Namjoon!" terdengar panggilan namanya di belakang. Membuat kepalanya terputar pelan
"Jin hyung" dirinya membeku ditempat. Menunggu Jin yang berlari ke arahnya. Deru nafas namja itu terengah-engah dengan senyuman khas yang tak pernah ia pudarkan. Pandangan Namjoon tak pernah lepas dari wajah Jin yang masih mengatur nafasnya
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD [ COMPLETED ✔️ ]
Hayran KurguRasanya terlalu adil jika seseorang yang diberikan anugerah selalu memiliki apa yang di harapkan Lee Jieun, gadis cantik yang menjadi pujaan hati untuk lelaki manis bernama Jeon Jungkook. Untuk mendapatkan hati yang sekiranya cukup menguras tenaga m...