Banyak hal yang terjadi. Semua terjadi dengan sangat mengejutkan, terjadi dalam kurun waktu kurang dari empat puluh delapan jam. Napas tercekat serta jantung yang bertalu hebat membuat tubuh melemah tak berdaya. Kakinya mulai lemah, tatkala netra sebening kristal itu menangkap dua sosok pria dan wanita tengah bercumbu mesra di dalam kamar bersebelahan dengan kamar miliknya. Bau itu. Seolah ada benda tumpul menohok dalam hati yang sudah teriris menjadi bagian-bagian kecil. Mulut ia bekap rapat, liquid bening itu membanjir. Tas yang ia genggam jatuh tergeletak di atas lantai marmer dingin.
Kaki mungil itu berlarian, masuk ke dalam kamar pribadi dan mengunci pintu. Ia mulai menggila, air mata itu seolah berubah warna menjadi merah, semerah darah. Lehernya terasa sangat sakit dan perih. Hidung yang berair itu lama kelamaan terasa memanas dan juga perih. Tak terkecuali hati yang sudah begitu hancur lebur di dalam sana. Tangan mungil wanita itu bergerak cepat. Meraih ponsel di dalam saku dan mencari sesuatu disana. Tangan mungilnya dengan cepat menyeka air mata yang membasahi kedua pipi blush-nya.
Ia tertekan. Sungguh tertekan, tak ada jawaban setelah sekian lama ia menunggu. Aku membutuhkanmu. Tak lama kedua bola mata sembab itu membola, bibir ranum itu membeo.
"Im Na Young. Kau di dalam?"
Brak Brak Brak.
Wanita itu, Im Na Young. Ia enggan untuk bergerak dari tempat asal. Tempat dimana ia meringkuk; di sudut ruangan samping ranjang. "Jawab aku, sayang. Kau di dalam?" Na Young masih enggan nergeming. Kata itu, panggilan itu. Na Young benci. Sangat benci, panggilan yang menariknya menuju lubang neraka. Hati itu kembali tertusuk benda bilah tajam.
Air mata Na Young kembali membanjir. "Na Young, ayolah. Jangan membuatku khawatir. Kau baik-baik saja, bukan?" Masih. Na Young tidak baik, namun ia enggan untuk beranjak atau menjawab. Ia malah semakin meringkuk menekuk kedua kaki memeluk kuat lututnya.
Lama. Na Young tak mendengar suara itu lagi. Aman. Na Young aman, sebelum.
Ceklek.
Kedua mata indah Na young membola. Menatap pria yang masuk ke dalam kamar. Oh, Na Young lupa bahwa kunci serep seluruh ruangan di pegang oleh pria ini. Pria yang kembali menutup pintu dan menguncinya. Na Young tercekat, menelan ludah dengan susah payah. Keringat dingin mulai mengucur deras. Ia terlampau takut untuk menatap manik hitam yang akan mencelupkan dirinya lebih dalam, ke dalam kubangan cinta terkutuk.
"Maafkan aku, Na Young." Jeon Jung Kook. Pria itu membungkuk, mencoba meraih tubuh ringkih Na Young. Namun dengan sigap Na Young bergerak gelisah, menjauhi tubuh kekar sang suami. Rasa sakit itu membalut tebal, menyelimuti gelagat hati yang seluruh hati tanpa celah. Jung Kook terkesiap melihat kilat netra bening Na Young seolah dikuasai lagi oleh hawa yang sudah lama tak kembali.
Na Young menggeram tertahan berdiri dan menjauhi Jung Kook. "Menjauh." Jung Kook membola, menatap Na Young yang memundurkan langkah setelah meraih gunting di atas nakas dekat lemari. Dada Jung Kook bertalu, bergemuruh hebat melihat tangan Na Young mulai mengayunkan gunting tersebut. Bagaikan gerakan slowmotion, Jung Kook membola menahan napas. Hanya ada bunyi degup jantung abnormal serta deru napas dalam nan tertahan.
Jleb.
Seluruh kenangan pahit bergulir. Seolah ada rekaman video yang diputar otomatis di dalam otak. Jung Kook ambruk di atas ranjang, membawa serta tubuh lemah Na Young dalam dekapan hangat. "Young.." Jung Kook mendesis, menguatkan pelukan pada tubuh mungil sang istri.
***
Kim Tae Hyung berjalan santai. Menaruh kedua tangan ke dalam saku jaket, ada perasaan lega jauh dari lubuk hati tatkala suara So Ryung memenuhi isi otak. Suara yang mengatakan bahwa Jung Kook telah sepenuhnya mencintai seorang Im Na young, gadis yang sampai saat ini menyandang gelar pemilik hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Justice - Jeon Jung Kook [COMPLETE]
Fanfiction[REVISI] Kecelakaan yang membuat dua orang saling mengikat janji suci dan menebus dosa akibat perbuatan mereka. Namun, cinta terkadang tumbuh begitu saja tanpa mengenal waktu, usia, dan kondisi. Akankah mereka dapat menyatukan cinta mereka? Ide ceri...