Hening beberapa jam setelah kepindahan Na Young ke ruang rawat inap kerap menjadi momok tersendiri bagi Jung So Ryung. Ia memutuskan menunggu Na Young sadar, atau setidaknya hingga suaminya datang. Kim Tae Hyung? Sedari tadi ia mencoba membujuk Tae Hyung untuk berdiri menemani Na Young. Namun ditolak mentah-mentah oleh Tae Hyung. Sebab kenapa ia tidak ingin menemaninya juga tidak jelas. Sekedar pemberitahuan saja, Tae Hyung sedari tadi berdiri diluar pintu. Dengan pandangan mata kosong dan tampak sangat murka.
Jung So Ryung terlihat gugup menghadapi pria yang baru ia kenalnya memiliki mental seperti itu. Ia terlalu takut untuk menanyakan apa yang terjadi sebenarnya. Gigitan kecil pada bibir bawahnya menambah kesan gugup yang sangat jelas tercetak pada wajah cantiknya. Menatap pintu dan kembali menatap tubuh lemah Na Young, ia terus melakukannya. Dalam kurun waktu yang tidak singkat. Entah apakah lehernya akan kram nantinya.
Lamat ia menatap sendu wajah ayu Na Young yang masih bergeming tanpa niat membuka mata. Hembusan napas kecil terdengar, menolehkan kepalanya lagi pada pintu. Namun saat ini, ada sosok yang sudah berdiri lemah disana. Jeon Jung Kook. So Ryung tampak terkejut, dengan mata yang membola menatap Jung Kook antara percaya dan tidak.
"Jung-"
Langkah berat Jung Kook mendekati Na Young terlihat seperti enggan. Mendekat dan terus mendekat. Bulir bening itu terus jatuh membanjir pada pipi putihnya. "Na Young-ah.." Ujar Jung Kook lembut menggapai tangan lemah Na Young. Menggenggamnya erat seolah memberi kekuatan. "Maafkan aku," Ujarnya lagi tersedu, suaranya seperti berhenti di kerongkongan. Tangannya mengajak serta tangan lemah Na Young. Mengecupnya berkali-kali.
"Maaf.." Jung Kook terlihat sangat frustasi, tidak ada kata lain sepertinya yang bisa ia ucapkan selain kata 'maaf'. "Kau kesakitan tanpa aku, maafkan aku," Ujarnya lagi. Beranjak sedikit, mengecup puncak kepala Na Young yang tidak berbalut perban.
Tangan porselen So Ryung hinggap lembut pada bahu kanan Jung Kook. Mengusapnya pelan, "Jadi, dia istri yang kau bicarakan?" Tanya So Ryung sedikit menjeda. Takut-takut Jung Kook malah akan terluka nantinya. Anggukan mantap namun singkat dilakukan Jung Kook.
"Bagaimana bisa kau disini?" Jung Kook baru menyadari keberadaan So Ryung rupanya. Tanya pelan menegakkan tubuhnya menatap So Ryung dalam. "Apa kau dihubungi pemuda itu?" So Ryung menegakkan kepalanya. Kernyitan pada dahinya seolah menunjukkan kata tanya 'pemuda itu?'.
"Kim Tae Hyung."
So Ryung baru menyadari pemuda tadi bernama Kim Tae Hyung. Gelengan keras ia lakukan. "Aku yang membawanya kemari. Dia mengalami kecelakaan di perempatan dekat kantormu, Jung Kook."
Jung Kook terdiam. Entah apa yang ia pikirkan, seolah mengulang kejadian beberapa jam lalu. Tepatnya siang hari, saat Nao Mi datang menemuinya. Mengatakan bahwa Nao Mi sedang hamil. Jung Kook seperti menemukan titik terang.
"Pukul berapa tepatnya?" Tanya Jung Kook cepat menatap tajam So Ryung yang masih terpaku oleh kejadian yang baru ia temui saat baru tiba di Seoul. So Ryung seperti mengingat-ingat, dahinya mengernyit membentuk kerutan.
"Pukul sepuluh sepertinya."
Deg. Tepat sekali. Perkiraan Jung Kook sangat tepat. Nao Mi mendatanginya pukul sembilan dan meninggalkan kantor bersamanya pada pukul sebelas. Menuju apartment Nao Mi. "Jadi dia sudah tahu." Gumamnya pelan. So Ryung mendengarnya, lantas menyelidik bertanya.
"Tahu apa? Apa hal itu yang membuatnya tidak fokus dan mengalami kecelakaan?" Tanya So Ryung cepat. Jung Kook mengangguk, duduk pada sofa yang tersedia disisi kanan bangsal Na Young yang diikuti So Ryung.
"Sepertinya dia mendengar percakapanku dengan Nao Mi."
So Ryung mengernyit lagi. Menunggu Jung Kook melanjutkan kalimatnya, meski ia tidak yakin Jung Kook akan melakukannya jika ia tidak bertanya. "Nao Mi hamil." Tepat saat itulah, mata bulan So Ryung membola. Memundurkan kepalanya sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Justice - Jeon Jung Kook [COMPLETE]
Fiksi Penggemar[REVISI] Kecelakaan yang membuat dua orang saling mengikat janji suci dan menebus dosa akibat perbuatan mereka. Namun, cinta terkadang tumbuh begitu saja tanpa mengenal waktu, usia, dan kondisi. Akankah mereka dapat menyatukan cinta mereka? Ide ceri...