Senyum Na Young terus mengembang sambil menatap lurus pemandangan melalui jendela pintu kursi depan penumpang. Tanpa sedikitpun menatap curiga Jung Kook yang terus memasang wajah bertanya-tanya.
"Siapa Kim Tae?"
Suara berat Jung Kook memecah suasana keheningan yang tercipta diantara keduanya. Na Young sontak membatu tanpa menatap wajah Jung Kook. Hanya membayangkan wajah Jung Kook saja membuatnya ngeri.
"Aku bertanya padamu, Youngie."
Sontak kepala Na Young memutar dengan cepat menatap Jung Kook dengan mata indahnya yang membola. Panggilan itu. Panggilan yang hanya digunakan satu orang padanya dulu. Kim Tae Hyung.
"Young-ie..??"
Suara Na Young sangat pelan disela-sela musik hiphop milik boygrup ternama menggema didalam mobil Jung Kook. Namun, Jung Kook seolah tak menghiraukan. Ia kembali fokus pada jalanan dengan mobil pribadi sepertinya juga ikut eksis diantara jalan raya berlalu lalang. Menaikkan kecepatannya sedikit.
"Di-dia.. Di-a temanku, dan.."
"Dan panggilan Youngie hanya digunakan olehnya untukmu, bukan?" Suara Jung Kook mengintimidasi suara lembut Na Young.
Kepala Na Young tertunduk merasa bersalah pada Jung Kook. Entah kenapa, Na Young merasa bahwa dirinya menghianati Jung Kook. Padahal Jung Kook juga sama, bukan? Dan jika dipikir-pikir, Jung Kook lah yang harusnya merasa bersalah bukan dirinya. Hanya ada satu pertanyaan, 'tahu dari mana nama 'Kim Tae' itu?'
Seolah tahu arah pikiran Na Young. Jung Kook kembali bersuara, "dia mengirimimu pesan tadi. Aku membukanya.."
"Hei.. Kau membuka privasiku. Dasar tidak sopan." rasa penasaran Na Young hilang seketika tergantikan oleh rasa marah ringan. Na Young mendekat memelototi Jung Kook tanpa rasa takut dan merucutkan bibirnya imut.
"Kau lupa, kau istriku. Privasi istriku, privasiku juga." kata Jung Kook sontak membuat Na Young memundurkan tubuhnya. Kembali duduk dikursi penumpang dengan santai. Bibirnya mengucap jampi-jampi. Ekor mata Jung Kook gunakan untuk mengintai.
"Benar juga. Ah. Aku terlalu berlebihan." gumam Na Young sambil mengetuk-ngetuk ujung kepalanya pelan.
Pribadi Na Young sering berubah sesuai dengan mood-nya yang terkadang naik turun. Bisa menjadi sangat diam, pemalu, juga sisi polosnya. Bagaimana pun mungkin efek kehamilannya. Namun, keadaan itu tak di sadari oleh Jung Kook.
'Polos sekali wanita ini'
***
Matanya mengerjap menatap pria tampan dihadapannya. Namun, Jung Kook masih memegang piala tertampan menurutnya. Na Young tersenyum kala pria itu menyunggingkan senyum disela perbincangannya dengan Jung Kook.
Jung Kook dan pria itu sedang berbincang tak jauh dari tempat Na Young berdiri. Seorang perawat mendatanginya hanya sekedar menyuruhnya duduk. Na Young masih enggan untuk mengalihkan pandangan dari dua orang pria yang sedang berbincang cukup serius. Yang ada didalam pikirannya hanya terkaan 'suaminya adalah arsitek'. Mana ada hubungannya arsitek dengan seorang dokter?' atau membicarakan kandungannya, Na Young sendiri bahkan tidak tahu, ini klinik khusus kandungan atau klinik umum. Na Young menghela nafas kasar. Ia tak kunjung menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Sampai Jung Kook selesai dan menghampirinya.
"Dia ingin mengobrol denganmu lebih dekat. Dia teman dekatku, temanku adalah temanmu juga. Aku ingin kau akrab dengannya."
Na Young dengan polosnya mengangguk dan menghampiri peia tadi didampingi oleh Jung Kook. "Permisi, saya Im Na Young.." ucapnya memberi salam pertemanan pada pria jakun dengan rambut tebal cokelatnya. Pria itu tersenyum simpul sambil menatap lekat Na Young disusul matanya yang bergerak menatap lengan tangan kiri bagian dalam Na Young. Goresan bekas luka terlihat sangat jelas disana. Na Young sama sekali tidak risih saat tangan mulusnya tak lagi cantik dan menarik. Itu yang membuat Jung Kook dan pria itu kagum. Polos dan apa adanya. Namun, bukankan itu akan semakin memperbesar rasa traumanya? Harusnya di hilangkan, bukan? Supaya tidak lagi terbayang masa lalu kelam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Justice - Jeon Jung Kook [COMPLETE]
Hayran Kurgu[REVISI] Kecelakaan yang membuat dua orang saling mengikat janji suci dan menebus dosa akibat perbuatan mereka. Namun, cinta terkadang tumbuh begitu saja tanpa mengenal waktu, usia, dan kondisi. Akankah mereka dapat menyatukan cinta mereka? Ide ceri...