E n a m : Why?

47 6 0
                                    

Nadine cemas, "aku kenapa ma?"

"Kamu tadi pingsan di tangga, untung kepala kamu gak apa-apa, tadi kata dokter kamu kecapean sayang.. kamu juga masuk angin," jawab intan dengan wajah cemas dan duduk di samping Nadine

Nadine mengangguk-anggukan kepalanya, ia merasa tenang sekarang, lalu ia kembali merebahkan dirinya, tiba-tiba perutnya merasa tidak enak ia merasa sangat mual

Huekkk

Nadine menumpahkan seluruh isi di perutnya ke karpet di samping intan, intan buru-buru mengusap tengkuk Nadine, sementara bi asri mengambil kantong kresek untuk mewadahi muntahan Nadine

"Mual ya," ujar intan sambil memijat tengkuk Nadine, Nadine hanya mengangguk karena merasa sangat tidak enak

Setelah selesai, Nadine mengambil tisu di meja samping untuk mengelap bibirnya yang basah, ia merasa pusing dan menutup matanya

Mungkin gara-gara naik motor sama Angga tadi, pikirnya dalam hati

Bi Asri membersihkan sisa muntahan di karpet dan membawa karpet itu untuk dibersihkan

"Nyonya, ini dicuci atau dibuang aja?"
tanya bi asri memastikan

"Nadine?" jawab intan menunggu keputusan Nadine

"Itu karpet kesayangan Nadine ma, mending dibersihin aja bi, sayang kalau dibuang," ujar Nadine lemah

"Baik non," lalu bi asri pergi

Intan mengusap kepala Nadine lalu mengompresnya lagi, ia mengambil kayu putih lalu mengoleskannya di perut nadine

Setelah selesai dengan perut nadine, intan kemudian mengoleskan lagi di punggung Nadine dengan sedikit pijatan

Nadine merasa sangat nyaman sekarang, ia sangat diperhatikan oleh orangtuanya, ia tidak bisa bayangkan apabila ia berada di posisi Angga sekarang

Nadine menatap langit-langit kamarnya, ia mengingat lagi kejadian Angga yang diperlakukan kakaknya dengan sangat kasar

Lamunan Nadine tiba-tiba buyar ketika intan menggoyangkan bahunya, "Obatnya diminum dulu," pinta intan lalu menyerahkan obat dan segelas air pada Nadine

"Makasih ma,"

Intan tersenyum, "Istirahat ya sayang, Mama mau nyelesain kue lagi, sebentar lagi papa pulang," ujar intan lalu pergi meninggalkan Nadine sendiri

Ia memejamkan matanya yang terasa sangat panas, ingatannya kembali melayang pada kejadian tadi sore di motor ia memeluk badan Angga yang hangat dengan sangat erat, jujur hal itu membuat Nadine merasa sangat nyaman, Angga merupakan tipe cowok yang enak untuk dipeluk

Nadine pun tersenyum kikuk, dan menarik selimut menutupi seluruh wajahnya karena malu, ia yakin pipinya pasti sudah memerah, padahal di kamarnya tidak ada siapa-siapa, ia memiringkan badannya lalu jari-jarinya bergerak membuat nama Angga di kasurnya

Angga Samudra

Nadine tersenyum lagi, lalu pintu kamar terbuka, terlihat ayah nadine yang baru saja pulang bekerja, Abram

Nadine panik lalu merebahkan badannya lagi

"Hayo, kenapa senyum-senyum sendiri?" goda Abram pada anak satu-satunya itu

"Enggak kok yah," jawab Nadine gugup, lalu pipinya bersemu merah

"Kalo enggak, kenapa pipinya merah gitu?" goda Abram lagi sambil terkekeh geli

"Kan Nadine sakit yah, jadi merah," jawab Nadine polos

Nadine memang selalu berhasil membuat kedua orangtuanya merasa gemas, sehingga mereka merasa putrinya itu masih kecil setiap hari

Forgetting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang