T u j u h b e l a s : Street

44 4 0
                                    

Semenjak kejadian tadi malam, hubungan Angga dan Nadine semakin dekat. Bahkan Angga sering datang ke rumah Nadine dengan sengaja, seperti hari ini, hari Minggu.

Waktu masih menunjukan pukul 5 pagi sementara Angga sudah siap dengan pakaian simpelnya untuk melakukan jogging. Setelah sholat subuh, Angga segera mengeluarkan motornya dari bagasi dan melajukan motornya menuju rumah Nadine.

Hari ini ia akan mengajak Nadine untuk lari pagi bersama. Setibanya di rumah Nadine, Angga segera memencet bel rumah. Tak berapa lama, bi asri segera membukakan pintu dan mempersilahkan Angga untuk duduk.

"Den Angga mau nyari non Nadine?" tanya Bi Asri ramah.

"Iya bi, Nadine udah bangun?" tanya Angga.

"Bibi kurang tahu, den, dari tadi bibi cuma diem di dapur dan belum liat non Nadine turun. Biasanya si enon bangun sebentar lagi sih den," jelas bi asri.

"Oh gitu, Angga ke atas ya bi," ucap Angga sopan, lalu beranjak menuju tangga.

Angga melangkahkan kakinya menuju kamar Nadine, ia mengetuk pintu pelan. Tetapi tidak ada jawaban, kedua kalinya ia mengetuk lebih kencang. Masih tetap tidak ada jawaban.

Nadine kayaknya masih tidur, batinnya.

Ia mencoba mengetuk lagi, "Nadine, buka woy!"

Tiba-tiba terdengar suara serak dari balik pintu, "10 menit lagi ma, Nadine ngantuk banget,"

Angga yang mendengar itu terkekeh geli, lalu pelan-pelan membuka pintu kamar Nadine yang tidak terkunci.

Terlihat Nadine sedang tidur dengan sangat lucu sehingga membuat Angga sangat gemas. Perempuan itu telah menarik perhatian Angga hingga saat ini. Entah apa yang dimiliki perempuan itu sampai-sampai Angga tergila-gila padanya.

Angga duduk di bangku samping ranjang Nadine sambil memperhatikan wajah Nadine dengan serius sambil terus tersenyum.

***

Entah apa yang menggerakkan Clara sehingga pagi ini, ia berjalan-jalan sendirian di kompleks rumahnya. Pikirannya memang lebih tenang sekarang, setelah beberapa hari mengurung diri di kamar memikirkan Erland. Laki-laki yang dulu dicintainya dan kali ini bahkan untuk menyebut namanya saja sangat sulit.

Tentu, ia masih ingat janjinya waktu itu, bahwa ia akan segera menghubungi Erland apabila ia telah menemukan jawabannya. Jawaban dari hubungan yang mereka jalani sekarang.

Memang sangat sulit, bahkan otaknya selalu memaksa dirinya untuk berfikir keputusan apa yang akan ia ambil. Tapi hatinya pula menginginkan ia untuk lebih bersabar dan selalu menggunakan perasaan.

Clara sangat dilema sekarang. Laki-laki itu berhasil mengambil seluruh fikirannya sehingga ia tidak dapat berfikir dengan jernih sekarang.

Semakin jauh ia melangkah, tak terasa kini Clara berada di depan sebuah minimarket dekat kompleks rumahnya. Lagi-lagi ingatannya kembali pada hari itu, hari ketika pertama kali ia menyadari bahwa ternyata hatinya memilih Erland.

Clara berjalan-jalan sendirian di kompleks perumahannya, niatnya ingin membeli beberapa coklat di minimarket, tetapi rasanya ia sangat malas untuk bercengkrama dengan beberapa petugas minimarket itu.

Ketika sendang asyik bernyanyi, sebuah sepatu kets menghentikan langkahnya. Ia mendongak, melihat siapa pemilik sepatu kets tersebut.

Ternyata Erland.

Laki-laki yang selama ini menarik perhatiannya, laki-laki yang memperlakukannya secara istimewa, laki-laki yang bisa membuatnya nyaman bila berada dekat dengannya, laki-laki yang bisa membuat ia luluh dengan tingkah sederhananya, hanya dia.

Forgetting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang