Berbekal uang lebaran yang tidak seberapa, dua puluh dua remaja masjid ini nekat pergi liburan setelah lebaran berjalan dua minggu. Tidak ada persiapan yang berarti, hanya sebuah ajakan yang terkesan seperti candaan tapi akhirnya diiyakan juga.
Padahal uang lebaran yang mereka dapatkan tidak bisa dikatakan banyak, ya beginilah siklusnya, semakin tua bukannya dapat semakin banyak, malah makin sedikit.
"Kan udah gede, jadi segini aja ya"
Ucapan semacam ini sebenarnya terdengar tidak rasional. Semakin tua justru kebutuhan semakin banyak, jadi seharusnya mereka yang beranjak dewasa ini dapatnya semakin banyak, bukan malah semakin sedikit.
"Udah gede, kan, bisa cari tambahan uang sendiri."
Jika sudah begini, mau dikata apa lagi. Dapat lembaran sepuluh ribu juga alhamdulillah.
Pagi ini semuanya sudah berkumpul di depan rumah Nayoung sebelum berangkat. Para ukhti yang sibuk memeriksa bawaan dan foto-foto sekalian pamer kalau mereka mau liburan, juga para akhi yang sibuk jadi tukang angkut barang.
"Astagfirullah, koper lo pada berat banget, sih."
"Tau nih, bawa batu kali apa bom?"
"Berat koper gue ga ada apa-apanya kalo dibandingin sama berat dosa lo."
Chungha membalas gerutuan para akhi.
Karena tidak hati-hati mengangkat, Guanlin menjatuhkan koper Doyeon sehingga penutupnya terbuka, dan hampir setengah dari isinya berantakan keluar.
"Baju gue, Guanlin!"
Guanlinnya panik sambil beresin baju-baju Doyeon, Doyeonnya ngomel-ngomel sambil jambakin rambutnya Guanlin.
"Roti jepangnya woy!" Hyunbin menunjuk ke arah pembalut yang terselip di anatara tumpukan baju Doyeon.
Sebagai sesama perempuan, Yeonjung juga ikut malu kalau benda yang cukup privasi itu jadi bahan candaan anak laki-laki. Akhirnya Yeonjung ikut membereskan barang-barang Doyeon.
"Botak deh gue." Guanlin mengusap puncak kepalanya yang baru saja dijambak Doyeon. Sepertinya beberapa helai rambutnya ikut tercabut bersama jambakan Doyeon.
Kalau Doyeon tega, Doyeon sudah pasti menarik tas Guanlin dari bagasi mobil dan balas menumpahkannya di aspal depan rumah Nayoung. Tapi melihat ekspresi panik Guanlin, Doyeon jadi kasihan juga.
"Udah siap semua?" Tanya Jonghyun yang langsung dibalas acungan jempol dari yang lain.
Hari ini tidak tampak lagi akhi remaja masjid dengan baju koko dan sarung, serta ukhti dengan rok dan kerudung paris panjang. Hanya ada sekelompok anak muda komplek yang tampak modis dengan kaos dan celana jeans.
"Nyeon, mending lo lepas aja deh itu kacamata itemnya."
Haknyeon yang sedang berkaca di spion mobil langsung menoleh ketika Mina menegurnya.
"Ganteng gini gue, udah ootd banget."
"Lo lebih mirip tukang pijat daripada ootd liburan."
Dengan wajah datar dan angggukan pasrah, Haknyeon langsung melepas kacamata hitam yang baru ia beli kemarin. Niat mendapat pujian tapi malah berakhir ejekan. Haknyeon tabah.
Tiga mobil yang akan mengangkut dua puluh dua remaja masjid in sudah siap bertengger sejak tadi. Ada mobil Seongwoo, Daniel dan Sewoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
remaja masjid― produce 101 ✔
Fanficshare unforgetable moment this Ramadhan | kpoplokal ©2017 syyouth- Parallel Universe}