20. Arvin Rayhan Croul

106K 2.5K 55
                                    

Setelah Ayra berumur 3 tahun, dan terlepas dari ASI, Gray dan Dhirga memulai program membuat anak dengan harapan anak kedua adalah laki-laki. Mereka sudah tidak bisa menahan keinginan mempunyai anak. Terkadang Dhirga teringat Gray yang kesakitan saat melahirkan Ayra, tapi Gray yang meyakinkannya bahwa rasa sakit itu tidak lama.

Semenjak memiliki Ayra, saat hari libur Gray lebih suka mengajak Dhirga ke mall membeli baju-baju lucu untuk Ayra. Tidak hanya di mall, saat umur Ayra 1 tahun, ia mengajak anaknya ke pasar bersama mbok Asih untuk membeli pakaian yang lucu untuk Ayra.

Setelah makan malam, Gray, Dhirga dan Ayra menonton acara televisi kartun. Gray dan Dhirga tidak pernah membiarkan Ayra memegang hp, karena mereka pun tidak pernah bermain hp di hadapan Ayra kecuali ada hal penting.
Jika tidak menonton kartun, Gray mengajarkan Ayra membaca meskipun Ayra tidak langsung bisa.

"udah malam nih, sekarang waktunya tidur." ucap Dhirga dengan lembut pada Ayra.

"gendong..." Rengek Ayra pada Dhirga.
Dhirga langsung mengangkat Ayra, dan mereka menuju kamar yang ada di atas. Gray mengikuti di belakangnya sambil tersenyum.
Ayra direbahkan di kasur, lalu Dhirga membacakan dongen dan Gray mengusap dahi Ayra.

Setelah Ayra tidur, mereka turun kebawah. Sampai di kamar, Dhirga langsung mencium istrinya dengan menuntut. Gray terkejut dengan perlakuan Dhirga.

"malam ini ya?" Tanya Dhirga dengan wajah yang memohon.

"iya.." Gray menempelkan bibirnya pada bibir Dhirga lagi.

Yaa... Mereka kembali melakukan hubungan suami istri. Tidak cukup 1 ronde, mereka terus bergulat hingga puas.

***

Setelah melakukan hubungan suami istri, Gray mulai memberikan tanda-tanda kehamilannya. Tidak seperti kehamilan yang pertama, sekarang cukup memeriksa dengan testpack. Ayra terlihat begitu senang mengetahui ia akan mempunyai adik.

Mereka berada di taman, duduk di ayunan.
"bun, kok adiknya ga nendang-nendang?" Tanya Ayra dengan polosnya.

Gray tersenyum, "adik kamu masih seukuran kacang, nanti makin lama perut bunda besar abis itu kamu bisa ngerasain tendangannya."

"Ayra ga sabar bundaa.." Ayra memeluk Gray dengan rasa bahagia.

Handphone Gray berbunyi, itu adalah telepon dari Dhirga. Ia menjawab telepon itu.

'papa...' Ucap Ayra terlebih dahulu.

'hai sayangnya papa.. Lagi pada ngapain?'

'main ayunan pa. Papa kapan pulang?'

'sebentar lagi papa pulang, kalian mau papa bawain apa?'

'aku mau es krim pa, vanila.'

'terus bunda mau apa?'

"bunda mau apa?" tanya Ayra menatap Gray.

'aku lagi pengen kue coklat, apa pun kuenya yang penting coklat.'

'oke deh, tungguin aku ya.. I love you..'

'I love you too papa..'

Karena hari semakin sore, Gray mengajak Ayra untuk masuk ke dalam rumah. Ayra ingin bermain barbie, namun di kamar Gray. Mereka pun ke kamar, dan membiarkan Ayra untuk bermain barbie yang ada di kamar Gray. Barbie itu milik Ayra yang tertinggal di kamar Gray.

"kamu mau susu ga?" tanya Gray.

"mau bun," Gray meninggalkan Ayra ke dapur untuk membuat susu vanila kesukaan Ayra. Mbok Asih sedang memasak makanan untuk makan malam, karena makanan yang dimasak pagi tadi sudah habis.

The Doctor Is My Husband [OPEN PO DI MILLENIUM PUBLISHER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang