16. Beli Rumah

84.6K 2.4K 25
                                    

Dhirga berniat untuk mengajak Gray ke sebuah pameran rumah. Di pameran itu banyak pilihan rumah, dan Gray bisa memilih yang dia suka. Wanita disebelahnya yang masih memejamkan matanya terlihat cantik. Semenjak Gray hamil, gaya tidurnya tidak seperti dulu. Dhirga mengusap perut Gray yang masih rata, dengan posisi miring dan tangan kirinya menjadi tumpuan dikepalanya.

Gray merasakan sebuah tangan yang mengusap perut, lalu berpindah ke wajahnya. Dia membuka matanya dan mendapatkan seorang lelaki tampan yang membuatnya hamil. Senyuman dari bibir Gray tertutup sementara karena Dhirga mencium bibirnya.

"selamat pagi istri ku dan calon anak ku." ucap Dhirga lalu mencium perut Gray.

"pagi suami ku," Gray mengusap rambut Dhirga yang masih menaruh kepala diperut Gray, dan menghadap ke wajah Gray, "dan, pagi papa." ucap Gray yang mengubah suaranya seperti anak kecil. Mereka tertawa karena suara itu.

"kamu ga kerja?" tanya Gray yang masih mengusap rambut Dhirga, dan suaminya memejamkan matanya lalu menggeleng.
Gray menatap Dhirga seolah bertanya, Dhirga membuka matanya lalu mengubah posisinya. Dia mengambil air putih terlebih dahulu untuk Gray. Setelah Gray minum, dia memangku Gray, dan Gray bersandar pada dada Dhirga.

"sesuai omongan aku," Dhirga menggantung ucapannya, dia merapihkan rambut Gray, "kita akan beli rumah." sambil menatap Gray yang wajahnya berubah senang.

Gray memeluk Dhirga, "terima kasih," dan mereka saling bertatap lagi, "kita patungan aja ya, biar ringan bayarnya?"

"oke. Emang kamu mau rumah yang gimana?"

"hmm, aku pengen rumah kita itu dibikin satu ruangan khusus untuk main anak-anak, tapi nanti dibikin kaya taman gitu hmm mungkin dari rumput plastik, bunga plastik gitu biar kaya taman tapi indoor. Terus, aku pengen ada taman kecil yang asli juga. Kalau tingkat, aku mau dikamar kita itu ada tangga buat ke lantai dua gitu Ga, jadi nanti kita bisa mantau anak-anak dengan tangga itu, tanpa keluar kamar." Jelas Gray yang cukup memikirkan kenyamanan anaknya. Dhirga masih diam menatap Gray yang masih berpikir.

"dan aku mau setiap kamar kena sinar matahari. Gimana?" tanya Gray membalas tatapan Dhirga. Suaminya mengangguk setuju,
"kayanya kita ga jadi beli rumah deh."

"yahh, kenapa? Aku terlalu berlebihan ya mintanya? Ga usah kaya gitu ga papa kok, yang penting kita cari yang bisa buat anak-anak nyaman, tapi tetap harus ada akses buat sinar matahari masuk ya."

"kita beli tanah aja, terus bangun rumah. Gimana?" tanya Dhirga.

Gray masih berfikir, "apa ga kemahalan?"

"maybe not." dia menatap istrinya. Gray menggeleng tidak setuju, "kalau bangun rumah, kelamaan. Beli rumah yang agak besaran tapi ga besar banget ya. Buat urusan taman, kita bisa kan bikin nanti."

Dhirga mengangguk lagi, "ok. Hmm, mandi bareng yuk."

"mandi doang?" tanya Gray yang wajahnya terlihat menggoda Dhirga. Suaminya menggeleng, "mandi plus plus, hehehe..."

"hmm, gimana ya??" Gray berpura-pura untuk berfikir, lalu ia mengangguk. Gray menghadap ke wajah Dhirga, dan dia mengalungkan tangannya dileher Dhirga.

"Naufal masih tidur?" tanya Gray.

Dhirga menaikan kedua bahunya, "coba aku periksa dulu."  Ucap Dhirga, lalu meninggalkan Gray menuju kamar Naufal. Dhirga melihat Naufal yang masih tertidur pulas, dengan memeluk gulingnya. Dhirga kembali ke kamarnya.

"masih tidur." ucap Dhirga, yang langsung mengangkat tubuh Gray.
Dhirga mencium bibir Gray. Gray mengaitkan kakinya dipinggang Dhirga, mereka berciuman hingga tiba di dalam kamar mandi. Mereka melepaskan ciumannya. Dhirga mengunci pintu kamar mandinya.

The Doctor Is My Husband [OPEN PO DI MILLENIUM PUBLISHER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang