Aku selalu menanti hari ini
Saat aku tak lagi menunggu pagi
Untuk menghitung hari
Di mana kita bisa melepas belenggu belati
Sebab rindu yang tumbuh sepi
Aku selalu mengharap momen ini
Untuk menjadi bagian dari lembar hidup
Tuk kususun di senja nanti
Kurampungkan dan simpan di peti
Kan kita buka saat raga bersama mati
Dan memori tak lagi hidup
Percayalah, hati mengenali
Aku selalu menghitung penerimaan
Sebab perkara penerimaan adalah mata dua insan
Yang tak buta oleh fana, tak perih oleh debu dunia
Menyatukannya dalam naskah bahwa aku pernah ada di dunia
Pada bab di mana dunia bersuka ria
Menyambut hangat kita berkelakar
Aku selalu berdoa seperti ini
Agar esok selalu kembar layaknya hari ini
Hingga aku lelah bahagia denganmu
Dan itupun suatu ketiadaan
Sebab tak pernah tinta fakta menorehkan demikian
Aku selalu tau hakikat kebersamaan
Untuk itu selalu menyuratkan bahagia dalam sederhana hari kita
Terima kasih
Delapan jam
Terjerat candu untuk sebuah rindu yang tak mau urung
Genggamlah seperti hari ini kau tak mau melepaskannya
Maka milikku tak akan ke mana-mana,
Ia akan menunggu di balik pintu
Hingga suatu saat menyambutmu di belakang pintu rumah kayu
Dan aku selalu menjadi alasanmu,
Untuk pulang.
To: DIckCheney Padang
Gading Serpong, 9 Juli 2017
(Perjalanan kita: 11.00-18.00)
Thanks for amazing hour on your first arrival :)
stay with me and keep my hand from the others
21:03 PM :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Selepas Cinta Bertamu (Antologi Puisi dan Sajak)
PoesieKamu tahu? Hidup hanyalah ruang hampa di antara lahir dan mati Namun... Selepas cinta bertamu... Dan kafilah-kafilah angin mengisi kesepian Membawa aroma musim semi Menyeruak ke antara dahan dan ranting pohon kehidupan Dalam sebuah kerjapan semu...