Saat kembali Mijae mendapati seseorang berdiri didepan pintu apartemennya,tidak ada yg dilakukannya selain berdiri disana dengan wajah gelisah.Saat orang itu hendak berbalik pergi mata mereka saling bertemu.
Mijae menghembuskan nafasnya sesaat kemudian berjalan menghampirinya. "Apa kau baru sampai?maaf aku tadi pergi membeli bahan makanan" Mijae mencoba memulai percakapan namun orang itu hanya diam memandangnya,Mijae tau ada banyak hal yg ingin dikatakannya.
"Kau sudah makan?ayo masuk kita makan bersama" ajaknya sambil membukakan pintu dan berjalan masuk membiarkan orang itu menyusulnya.
"Maaf tidak menjawab pesanmu aku butuh waktu untuk sendiri" jelasnya masih tetap mengoceh tanpa mendapat balasan dari lawan bicaranya. Tanpa ambil pusing Mijae segera menyiapkan makan malam untuk mereka berdua,keheningan justru membuatnya semakin gugup.
"Kau baik-baik saja?" akhirnya Mijae mendengar suara atau lebih tepatnya pertanyaan dari orang itu.
Gadis itu meletakkan pisaunya dan berbalik menatapnya memaksakan senyum di wajahnya. "Ya aku baik Hyeri-ah".
Sedangkan gadis dihadapannya menatapnya sedih ia tahu jika senyum itu palsu,Yoo Mijae sedang tidak baik-baik saja. "Kau bisa mengatakannya padaku Jae-ah",Hyeri berjalan mendekat menyentuh pundak sahabat yg sudah ia anggap seperti saudaranya itu.
Keduanya diam sampai akhirnya Hyeri memutuskan untuk menggiring Mijae ke meja makan dan menyuruhnya duduk. "Aku tau kalian sedang bertengkar tapi cobalah untuk membicarakan ini baik-baik".
Lama Hyeri menunggu balasan dari Mijae dia kembali menambahkan perkataannya,"bagaimanapun kalian sudah berteman sejak lama" bujuk Hyeri sambil menggenggam sebelah tangan Mijae.
Hingga akhirnya gadis itu mengangkat kepalanya dan balik menatap Hyeri. "Aku tidak tau..apa yg harus aku lakukan..sebagian hatiku bilang aku harus mempercayainya tapi aku terlalu takut" Mijae menggelengkan kepalanya pelan seperti mengenyahkan pemikirannya.
"Baiklah aku mengerti,aku tidak akan memaksamu aku yakin kau bisa menyelesaikannya.." ucap Hyeri tulus. "..tapi jika kau butuh sesuatu aku akan selalu ada untukmu",Mijae membalas senyum Hyeri yg mampu membuatnya lebih tenang.
Ia belum ingin menceritakan tentang kejadian di swalayan tadi tapi Mijae bertekad untuk memastikannya sendiri meski kemungkinan hatinya akan tersakiti lagi.
"Ah ya satu lagi.." seru Hyeri, "..bisakah setidaknya kau menghubungi Namjoon?kurasa pria itu benar-benar frustasi karena merasa bersalah" bujuk Hyeri sambil menggigit bibirnya berharap Mijae mau menghubungi Namjoon kembali.
Mijae menghela nafas sesaat dan kemudian menganggukan kepalanya dan tersenyum membuat gadis dihadapannya tersenyum lega.
Setelah kepulangan Hyeri,Mijae merebahkan tubuhnya di kasur kamarnya. Matanya menatap langit-langit kamar menerawang, Mijae kembali menghembuskan nafasnya kemudian mengambil ponsel di nakas meja.
Gadis itu sedikit ragu namun akhirnya ia menekan dial satu sehingga langsung terhubung dengan orang tersebut.
"Jae-ah?" sapa suara disebrang sana terdengar nada terkejut yg tak bisa disembunyikan.
"Hai.." balasnya terdengar kaku. Keheningan yg menyiksa diantara keduanya membuat Mijae berfikir kata apa yg tepat untuk diucapkan hingga akhirnya orang itu memulainya terlebih dulu.
"Jae-ah aku minta maaf dengan kejadian tempo hari.."
..aku tau kau kesal dan tidak ingin melihatku" ujar Namjoon merasa bersalah,ada jeda sebentar hingga gadis itu menjawab."Bisakah kita bertemu?jika kau ada waktu mungkin?" tanya Mijae tanpa menjawab perkataan pria itu.
"Aku bisa menemuimu malam ini" seru pria itu tidak sabar, Mijae berusaha menahan senyumnya. Kenapa pria ini begitu antusias?
KAMU SEDANG MEMBACA
Namjoon and I ✅
Fanfiction"You will forever be my always" Ketika wanita dan pria bersahabat akan ada satu yang menyimpan rasa, lalu bagaimana jika keduanya tidak benar-benar menyadarinya.