XVIII. Warning Notice

1.7K 260 40
                                    


Warning! Kisaran typo 70% harap segera siapkan kaca pembesar apabila terjadi kernyitan melihat kejanggalan tiap katanya. [Emak lagi males editos]
Yang mau ngasih koreksian makasih sebelumnya.
Yang masih setia mau nungguin ceritanya Syafia makasih banget.
Happy reading.

===XVIII. Warning Notice===

Rumah megahnya tampak sunyi. Karena kesunyian itulah tak ada kehangatan dalam rumah. Tak ada aroma dan sentuhan tangan wanita. Rumahnya adalah rumah pria sejak jaman dulu hingga pada masa kepemimpinannya sebagai kepala keluarga.

Ada beberapa perubahan sejak ia yang memimpin. Ia menekankan keluarganya untuk mengakui Yunia sebagai Kartadinata. Namun tak mudah membuat kakek Harja mengakui keberadaan Yunia. Yunia sendiri gigih membuktikan bahwa dirinya layak menyandang nama Kartadinata dan bahwa ia seorang Kartadinata sejati. Untuk itulah Rusli mengutusnya mengelola pertambangan di Kalimantan.

Seorang pengurus rumah tangga siaga disisinya. Begitu Rusli memasuki rumah. "Selamat datang tuan."

Rusli menjawabnya dengan anggukan. "Apakah semua anggota keluarga ada di rumah?"

"Ya tuan." Kemudian pengurus rumah kembali menjelaskan tanpa perlu Rusli bertanya kembali mengenai keberadaan anggota keluarganya. "Kakek Anda sedang beristirahat di kamarnya begitupun dengan ayah Anda.  Sedangkan paman Anda sedang melukis di studionya."

"Sebelum sarapan besok, umumkan pada semua anggota keluarga untuk berkumpul di ruang kerjaku pukul delapan tepat."

"Baik,  tuan."

Esok harinya, Rusli menatap tajam kakek, paman dan ayahnya. Ketegangan mengudara pasca Rusli mengumumkan keputusan perihal masa depannya sendiri. Ia telah menyampaikan maksudnya dengan tekad membara tanpa ingin mendengar kalimat bantahan. "Jadi, siapapun yang tidak setuju atau berusaha menggagalkan pertunanganku, akan kupastikan dia akan mendapat masalah besar."

"Kapan pertunangan akan dilaksanakan?" Wajah Harja Kartadinata begitu kaku. Semenjak ia menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada cucunya, pria itu telah melakukan banyak perubahan. Walau ada beberapa kebijakan Rusli berseberangan dengab prinsipnya namun pria itu mampu membawa nama Kartadinata semakin disegani dikalangan pembisnis nusantara.

Menjalin hubungan dengan klan Ar-Rasyid merupakan gagasan buruk. Seharusnya Rusli menikahi wanita desa yang dengan mudah dapat diceraikan begitu wanita itu telah melahirkan pewaris Kartadinata. Ia tahu klan Ar-Rasyid sangat kolot memengang teguh tradisi. Tak ada perceraian dalam keluarga itu dan hal itu tidak baik bagi kelangsungan keluarga Kartadinata. Bukan perkara mudah jika kelak hendak mengasingkan wanita Ar-Rasyid. Klan itu terlalu kuat dengan anggota yang solid dan tak terpecahkan.

"Secepat mungkin, Kek."

"Kita perlu mengetes kelayakan perempuan itu sebagai calon menantu kita."

Rusli tersenyum sinis pada kakeknya. "Kakek, kau meragukan kualitas wanita Ar-Rasyid?"

Harja Kartadinata menelan ludah. Ia telah mengajukan gagasan bodoh. Hampir saja ia menyerempet bahaya. "Lupakan."

"Terimakasih, silahkan keluar ruangan. Saya masih banyak pekerjaan."

Tak ada yang membantah. Mereka sadar apa akibatnya. Hidup mereka kini bergantung pada Rusli, sang sumber prnghasilan mereka.

Rusli merebahkan tubuhnya dengan lega. Satu masalah telah teratasi. Ia tahu Syafia cukup tangguh menghadapi keluarganya yang anti perempuan.

* * *

Tania segera berlayar menuju Pulau Ar-Rasyid bergabung dengan wanita lainnya yang sudah berkumpul di dapur. Markas para wanita Ar-Rasyid yang pembantu tak berani masuk wilayah itu dan terlarang bagi pria Ar-Rasyid terkecuali kakek Hasan tentunya.

Syafia's Beloved 1 : Miss Elegant And Innocent Guy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang