Maaf ya guys, terkendala jaringan yang tak bersahabat bikin lambat.
Namun komen positif kalian bikin emak semangat untuk nulis.
Jadi ini untuk kalian yang udah rela nungguin updatean dari emak yang nyebelin ini.
Happy reading...=== Tie a Finger===
Gadis itu berbaring nyaman bertikar rumput liar dan berpayungkan pohon zaitun yang rindang. Sementara kudanya dibiarkan bebas memakan ruput tanpa terikat agak jauh darinya. Wajahnya yang damai dengan mata terpejam menikmati keheningan siang itu. Ia terbaring terlentang dengan tangan diatas perut. Gaun putih berlengan panjang seakan menyatu dengan keheningan alam namun tak serasi sebagai pakaian pengendara kuda.
Rusli menatap gadis itu dengan seksama. Mempelajari garis wajahnya yang elok dan mencetaknya dalam ingatan. Untuk pertama kalinya setelah sembilan tahun mengenal gadis itu, ia melihatnya dalam pemandangan berbeda. Gadis itu tertidur dengan wajah begitu polos dan tanpa beban. Sisi lain dari dirinya. Syafia Malik Ar-Rasyid tak pernah menunjukkan dirinya seperti itu pada orang asing.
Ia bergerak mendekat dan mendudukkan tubuhnya disebelah gadis itu. Lantas ia berbaring miring menghadap gadis itu dengan siku monopangkan kepala tanpa membuatnya terusik.
Rambut Syafia sesekali terbelai angin memainkan anak-anak rambut disekitar dahinya. Rusli menatapnya tak berkedip. Ia gatal ingin membelai wajah itu dan merengkuh tubuh perempuan itu dalam pelukan tangan-tangan kekarnya. Namun ia tak mau mengganggu kedamaian Syafia.
Kelopak mata Syafia terbuka. Seperti alam bawah sadarnya memperingatkan tanda bahaya. Ia menyadari keberadaan orang asing. Dengan cepat ia menjauh memperluas jarak diantara mereka hingga ia merasa aman. Namun ia kalah cepat dari cengeraman tangan kekar Rusli.
"Ini aku, Sya..." Bisik Rusli di telinganya.
Syafia mengenali suara itu. Ia mencoba lebih memfokuskan matanya yang silau oleh cahaya matahari yang melatar belakangi. Ditatapnya wajah itu dengan alis berkerut. Ia mencoba melepaskan diri dari cekalan tangan Rusli. Namun pria itu justru melingkarkan tangan satunya untuk meraih Syafia dalam pelukannya.
"Hai, nona. Kita akan bertunangan tetapi kau masih saja antipati terhadapku. Berhentilah menganggapku berbahaya. Belajarlah menerima diriku sebagai bagian dari hidupmu."
"Tapi tidak seperti ini apalagi dengan posisi begini!" Syafia menggeliat dari pelukan Rusli, berusaha melepaskan diri.
"Nanti malam kita bertunangan."
"Tetap saja sikapmu ini tidak dibenarkan." Syafia terus menggeliat sementara Rusli semakin mempererat pelukannya hingga keduanya semakin erat berpelukan.
"Semakin keras kau melawan semakin erat aku memeluk tubuhmu." Gumannya parau berbisik ditelinga Syafia.
Syafia menahan napas. Suara itu menggelitik bagian telinga yang peka hingga kunang-kunang yang tertidur dalam perutnya mengepakan sayap menarikan tarian bahagia. Syafia tak lagi berkutik. Ia terdiam mencoba rileks meski jantungnya berdegup kencang.
Saat diam itulah iapun akhirnya lebih peka terhadap debaran jantung Rusli yang juga sedang bermaraton.
"Bagus. Buat dirimu nyaman dalam pelukanku. Kau harus membiasakannya." Rusli melonggarkan pelukannya hingga keduanya dapat berhadapan saling bertatapan.
Syafia menyelami bulatan hitam yang memancarkan kilauan sejuk menentramkan itu. Detik itu ia merasa nyaman dan percaya bahwa takdirnya adalah bersanding dengan Rusli. Namun detik kemudian matanya menyipit curiga teringat bagaimana keadaannya saat ia terjaga dan mendapati Rusli berbaring disisinya. "Apa saja yang kau lakukan selama aku tidur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Syafia's Beloved 1 : Miss Elegant And Innocent Guy
Storie d'amoreAr-Rasyid Series #Second Story Bagi Syafia, Ghaz adalah cinta pertama dan cinta terakhirnya. Itulah yang selama ini ia yakini. Tetapi Orang yang tak disangka hadir mengusik kehidupannya... Bagi Rusli, Syafia adalah saudara dari sahabatnya. Sampai su...