Ruang kerja ibu Renata saat itu penuh oleh sekumpulan murid. Ada insiden perkelahian di kelas yang beliau pegang sebagai wali kelas. Syafia terpaksa menunggu agak lama sampai masalah itu terselesikan tepat ketika ibu Renata bicara panjang lebar sampai kuping murid-murid pedas mendengarnya.
Syafia segera masuk setelah arak-arakan segerombol siswa kelas XI keluar ruangan.
"Ada apa Sya?" Ibu Renata memijit kepalanya yang agak pening.
"Sepertinya saya memilih waktu yang kurang tepat ."
Mulut bu Renata mencibir, "tapi kamu masih nekad masuk 'kan? Ada masalah apa di ekskul Drama?"
Syafia duduk di sofa samping bu Renata bahkan sebelum dipersilahkan. "Tak ada masalah, latihannya kan masih dua minggu lagi sementara kami hafalkan dialognya dan mendalami karakter si tokoh. Dan mengenai karakter si tokoh utama, ini yang ingin Syasya diskusikan. Rasanya Syasya gak sanggup deh berperan jadi si tokoh perempuannya. Habis cewek di drama ini keliatannya lembek. Syasya pengennya memerankan cewek berkarakter kuat dan suka mendominasi."
"Seperti dirimu?" Sindir bu Renata.
"Coba deh telaah lagi, tokoh perempuan yang akan kamu perankan itu memang terlihat lembek tapi sebenarnya dia itu tangguh, buktinya bisa menaklukan tokoh pria yang notabene seorang ketua preman sekolah. Bukankah itu suatu tantangan memerankan karakter yang bertolak belakang dengan kepribadianmu?"
Syafia menyimaknya tak ada nada protes.
"Dan lagi mengapa ibu yang memilihmu, karena kaulah yang paling menonjol diantara anggota yang lain. Kakak kelasmu tak ada yang protes, atau diam-diam mereka menekanmu untuk melepaskan peran ini?"
Dagu Syafia terangkat ketika berbicara, " tak ada yang berani berurusan dengan Syafia Malik Ar-Rasyid."
"Kalau begitu tak ada masalah bukan?"
Syafia menatap bu Renata, semenjak awal masuk sekolah ia tahu akan cocok dengan guru satu itu. Bukan karena mulut bawelnya tapi karena sifat bu Renata yang mirip dengannya. "Syasya penasaran, kisah Pelangi diatas Danau Angsa yang akan dipentaskan ini sebenarnya kisah ibu kan?"
Ibu Renata tertawa, "bagaimana kau bisa berfikir begitu?"
"Habis ku dengar Kolonel Johan Effendi, waktu SMA adalah preman sekolah yang ditakuti."
Ibu Renata tersenyum geli. "Kau pasti mengacak-acak arsip koran sekolah. Memang benar suami ibu dulunya orang yang paling ditakuti dan disegani di sekolah pada jaman kami dulu. Tapi, Pelangi diatas Danau Angsa bukanlah dongeng tentang kisah cinta kami. Di arsip koran sekolah kau menemukan banyak hal ya?"
"Sangat banyak Bu. Bahkan Syasya sangat kaget ternyata Ibu bersahabat dengan Ibu Chika semenjak SMA terlebih Ibu chika dinikahi direktur yayasan setelah lulus. Melihat artikel-artikel koran sekolah yang penuh sensasi dan skandal, tak heran bila Ibu yang menulisnya. Justru yang mencengangkan kenapa ibu menjadi pembimbing ekskul drama? Bukannya ekskul siaran?"
"Karena Ibu chika lebih berpengalaman dari Ibu, dan dia adalah pendiri ekskul siaran. Sementara ibu lebih tertarik pada ekskul drama."
"Kenapa Ibu Renata tak menjadi aktris saja?" Untuk ukuran seorang guru Renata memang terlalu cantik dan fashionable, bahkan tak jarang banyak yang menyangkanya ia bekerja ganda sebagai model papan atas.
Ibu Renata tertawa, "sejak awal, ibu dan ibu Chika berharap menjadi guru dan harapan kami terkabul. Dan tentu saja suami ibu tak setuju ibu jadi aktris. Bisa-bisa fans ibu bakal ditembaknya."
"Kolonel Johan, over protected ya?"
"Dari dulu hingga sekarang tak berubah."
"Kalau Syasya sih sangat menyukai kebebasan. Ga mau dikurung maupun diikat. Ihh amit-amit dan lagi tak ada yang bisa mendikte Sya, apalagi orang luar. Dan siapa sih yang berani berurusan dengan ku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Syafia's Beloved 1 : Miss Elegant And Innocent Guy
Storie d'amoreAr-Rasyid Series #Second Story Bagi Syafia, Ghaz adalah cinta pertama dan cinta terakhirnya. Itulah yang selama ini ia yakini. Tetapi Orang yang tak disangka hadir mengusik kehidupannya... Bagi Rusli, Syafia adalah saudara dari sahabatnya. Sampai su...