Yanti menghampiri Syafia yang sedang bersantai di kursi goyang dengan latar belakang kebun belakang rumah paman Jafar. Dengan langkah tergesa ia berlari seraya membawa gagang telepon. "Ada telpon dari tuan besar, nona."
Syafia segera menghentikan ayunanya. Ucapan Yanti membuatnya siaga. Hanya ada satu orang tuan besar di keluarganya. Dan bila orang itu meneleponnya pasti ada sesuatu yang penting. Tanpa menunda waktu, ia pun mengambil gagang telepon. "Assalamualaikum. Apakah paman Harun menghubungiku karena berubah pikiran dan mengizinkanku bekerja?" Kelakarnya sinis langsung pada inti pembicaraan.
"Kebetulan, untuk itulah paman menghubungimu. Ada pekerjaan bagus untukmu."
DEG!
Berita buruk. Ia terlalu pintar untuk menebak maksud pamannya. Tentu saja bukan tanpa alasan terlebih Syifa sudah menikah. "Setelah dipikir-pikir, Syasya masih ingin bersenang-senang. Bolehkah Syasya menolak pekerjaan ini?"
"Sayangnya tak ada kata penolakan untuk pekerjaan satu ini. Mau tak mau kau harus menerimanya."
"Syasya belum cocok dan belum siap untuk pekerjaan satu ini, paman. Apalagi kontrak kerjanya seumur hidup."
"Kau telah dilatih wanita Ar-Rasyid, sebagai calon ibu rumah tangga teladan. Jadi tak ada alasam belum cocok dan belum siap. Mengerti?"
"Tapi paman-"
"Jangan membantah! Paman telah mengatur pertemuanmu dengan pria pilihan paman. Besok malam, Kau harus sudah ada di Hotel Ar-Rasyid tepat pukul delapan. Kau tak bisa menghindar Sya, Kakakmu Hussein akan mengawasimu."
"Paman!"
Astaga?! Yang benar saja! Memangnya aku anak kecil? Sampai pertemuan pun harus diawasi!
Aaaghhh!! Pria Ar-Rasyid semuanya menyebalkan!!!Ketika sibuk dengan pikirannya sendiri, sang paman kembali menginterupsinya.
"Satu lagi, jangan mengacaukan acara pertemuanmu jika tak ingin menanggung konsekwensinya. Paham?"
Sial!
"Paman tak memberiku pilihan." Ujarnya dengan suara kalah.
"Bagus!"
Syafia menutup telepon dengan menghela napas berat. Pamannya sudah memberikan peringatan namun Syafia bukan tipe yang semudah itu menyerahkan nasibnya ditangan pria Ar-Rasyid.
Tak sudi aku jadi Siti Nurbaya Modern. Aku berbeda dengan wanita Ar-Rasyid lainnya yang menurut saja dijodohkan dengan pria pilihan keluarga. Karena aku adalah Syafia Malik Ar-Rasyid. Semua orang tahu reputasiku.
Pertama-tama lihat dulu situasinya. Kita lihat pria macam apa yang paman pilihkan untukku.
Seketika terlintas berbagai macam cara untuk menggagalkan rencana pamannya.
* * *
Syafia mengetuk-ngetuk jarinya di meja dengan tidak sabaran. Ia duduk gelisah kegerahan, jengkel dan bosan. Padahal ia berusaha tepat waktu dengan tidak berpakaian berlebihan hanya sepotong gaun pendek berlengan tiga perempat dengan potongan leher yang tak begitu rendah. Sengaja ia berpenampilan sederhana untuk tak memberi kesan sosok Syafia yang sebenarnya. Ia hanya menghadiri pertemuan itu sebagai formalitas tanpa menarik perhatian.
Matanya menatap sekeliling restoran dalam hotel yang letaknya dilantai paling puncak . Di ruangan sebelah yang dibatasi oleh kaca, dipenuhi oleh pengunjung yang kebanyakan dinner bersama pasangannya tapi tak jarang penuh oleh pria-pria berdasi yang melakukan transaksi bisnis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syafia's Beloved 1 : Miss Elegant And Innocent Guy
Storie d'amoreAr-Rasyid Series #Second Story Bagi Syafia, Ghaz adalah cinta pertama dan cinta terakhirnya. Itulah yang selama ini ia yakini. Tetapi Orang yang tak disangka hadir mengusik kehidupannya... Bagi Rusli, Syafia adalah saudara dari sahabatnya. Sampai su...