IX. Ketika Benci Menyapa

2.8K 321 46
                                    

Haaai emak rempong hadir membawa kebencian Syafia.
Ada typo? Kasih tau yaaa.
Yuk cekidot, hepie reading...

===IX. Ketika Benci Menyapa===

Dari Tante Aisyah, Syafia mendengar Ghaz sudah pulang setelah tour selama satu minggu di Bali dan Lombok bersama rombongan kelas dua belas. Dengan rasa rindu yang tak terbendung, iapun bergegas membuka pintu.

"Ghaz, kau sudah pulang?"

Syafia tertegun, di kamar itu berdiri membelakanginya sesosok pemuda yang tak diharapkan. Orang yang selama dua bulan terakhir berusaha dihindarinya.

Kenapa pemuda itu ada di kamar Ghaz?

Rusli berbalik, tersenyum padanya. "Halo nona, kita berjumpa lagi. Disaat yang tak terduga dan ditempat yang tak terduga pula, akhirnya kita dapat berduaan, lagi."

"Sedang apa kau disini?" Tanyanya ketus.

"Merayakan kemenangan, kau tak memberiku ucapan selamat?" Rusli merentangkan kedua tangannya.

Syafia memincingkan matanya angkuh, "kau sudah cukup banyak mendapat ucapan selamat dari semua orang yang kau kenal. Satu orang tak mengucapkan selamat tak akan membuatmu merana."

"Justru orang yang paling aku harapkan mengecewakanku. Kemenangan ini terasa hambar."

"Kau terlalu mendramatisir segala sesuatu," ujarnya muak.

"Begitukah penilaian mu terhadapku? Aku hanya mengungkapkan perasaanku mempertegas arti dirimu dalam hidupku. Dan kau berusaha memungkirinya."

"Kau menyebalkan!" Muak, dia sungguh muak dengan sikap Rusli yang ditujukan padanya. Ia tak ingin berlama-lama bersama pemuda yang menurutnya menjengkelkan itu. Syafia berbalik hendak membuka pintu.

"Sejak pembicaraan kita di UKS, kau selalu menghindar dariku. Kenapa Sya? Kau takut?"

Tertegun, Syafia memutar tubuhnya. "Seorang Syafia Malik A-Rasyid tak mengenal rasa takut. Aku hanya tak ingin melihat wajah menyebalkanmu itu." Mulutnya mencibir seolah mengatakan bahwa Rusli tak mempunyai pengaruh apapun terhadap dirinya.

"Kau berusaha menyangkal keberadaanku, menganggap bahwa aku adalah ancaman ketenangan hidupmu."

"Beraninya kau berkata begitu!"

Hah! yang benar saja. Ancaman? Cih! Syafia tak pernah merasa terancam oleh keberadaan siapapun apalagi cuma seorang Kartadinata lembek ini.

Yakin lembek Sya? Kau kan pernah merasakan kekerasan badan bidangnya.

Syafia menepis pikiran aneh yang tersangkut di otak elegannya.

"Sekarang saja kau ingin segera pergi. Kau takut kan Sya? Takut kehadiranku menggoyahkan cinta yang bersemi dihatimu untuk cowok lain?"

Ya, Tuhan..., mulut pemuda ini benar-benar harus kursus kepribadian!! Beraninya dia menggertakku. Awas ya!

Syafia mengangkat dagunya dengan mulutnya mencibir. "Aku tak akan terpancing, Rusli Kartadinata. Kuberi tahu sesuatu padamu, jangan terlalu percaya diri. Kau ini tak bisa menandingi kualitas pria Ar-Rasyid. Jika kau mampu melampaui mereka, mungkin aku akan bersimpati padamu. Dan gelar juara yang telah menyombongkanmu dihadapanku, bagiku hanya suatu kebetulan. Buktinya setiap kulihat kau bertanding, kau hanyalah seorang pecundang. Kusarankan kau bercermin."

Syafia hanya bermaksud sedikit menyakitinya dan menyinggung ego pemuda itu. Ia tak sadar telah menyentuh titik terlemah Rusli. Rasa bersalahnya timbul ketika melihat reaksi Rusli akibat perkataannya.

Syafia's Beloved 1 : Miss Elegant And Innocent Guy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang