Warning immature content (18+)Raffi keluar dari kamar mandi dengan masih menyimpan kemarahan. Rambutnya basah kiuyup. Dan seluruh pakaiannya yang basah teronggok di lantai.
Sebuah gerakan di sudut kamar membuatnya menoleh. Chand berdiri di sana, bekas-bekas pukulan Raffi masih menimbulkan memar- memar di sana sini, tetapi lelaki itu sepertinya sudah diobati,
"Bagaimana dia?," tanya Raffi dingin.
"Dokter sedang menanganinya, paru-parunya kemasukan cairan...Anda sendiri Tuan Raffi, Anda tidak apa-apa? Terjun dari lantai dua seperti itu hanya untuk menyelamatkan perempuan itu..."
Raffi melirik pada Chand dengan tatapan tajam, lalu meraih handuk untuk menggosok rambutnya yang basah,
"Tadinya aku berniat membunuhnya"
"Kalau begitu kenapa Anda menyelamatkannya?"
Raffi membalikkan tubuhnya dan menatap Chand dengan mata menyala-nyala,
"Karena aku memutuskan, belum saatnya dia mati," mata cokelat Raffi bagaikan berbinar di kegelapan, "Dan kau... Kenapa kau sengaja membiarkannya lolos?"
Chand menatap Raffi tampak ada keterkejutan di matanya meskipun sekejap kemudian dia langsung memasang wajah datar, "Saya tidak sengaja membiarkannya lolos"
"Kau pikir aku bodoh?," suara Raffi menajam, setajam tatapannya, "Kau adalah pengawalku paling berpengalaman, tak mungkin kau bisa diperdaya gadis itu, kecuali kau memang membiarkan dirimu diperdaya"
Chand menelan ludahnya, "Saya ingin membebaskannya, saya takut dia akan membawa masalah untuk kita"
Raffi melempar handuknya dengan marah ke sofa,
"Dalam dua hari ini kau sudah dua kali mengambil keputusan sendiri dan menentangku. Dengarkan ini baik-baik Chand, " suara Raffi dalam dan mengancam, "Sekali lagi kau membuat kebodohan yang merepotkanku, bukan hanya pukulan yang kau dapat, aku akan menghabisimu secepat aku bisa"
Suara ancaman itu masih menggema di kegelapan, bagaikan janji iblis yang memanggil-manggil meminta nyawa.
Ketika Nagita terbangun, yang dirasakannya pertama kali adalah rasa sesak di dadanya. Dia menggeliat panik, mencoba menarik napas sekuat-kuatnya, dalam usahanya mencari oksigen sebanyak-banyaknya.
"Tenang, kau sudah ada di daratan, kau bisa bernafas secara normal," Suara Raffi membawa Nagita kembali pada kesadarannya.
Dengan waspada dia menoleh dan mendapati Raffi sedang duduk di tepi ranjangnya. Nagita beringsut sejauh mungkin dari Raffi dan tingkahnya itu memunculkan secercah cahaya geli di mata Raffi.
"Apakah kau takut padaku setelah kejadian tadi?," nada geli pun tersamar dalam suara Raffi.
Kurang ajar, batin Nagita dalam hati. Dia berjuang meregang nyawa, dan lelaki ini malah duduk disini menertawainya.
Tetapi, apakah benar Raffi yang terjun ke kolam waktu itu dan menyelamatkannya? Kenapa? Bukankah jelas-jelas dalam kemarahannya Raffi sudah memutuskan untuk membunuhnya? Kenapa lelaki itu berubah pikiran?
"Ya, aku memang menyelamatkanmu," Raffi bergumam seolah-olah bisa membaca pikiran Nagita, "Tetapi itu bukan demi dirimu, itu demi kepuasanku."
Nagita menatap Raffi geram,
"Apa maksudmu?"
Dengan tenang lelaki itu melepas dasinya, gerakannya pelan tetapi mengancam hingga tanpa sadar Nagita bergidik dan beringsut menjauh.
"Aku tidak suka bercinta dengan mayat," Senyum di bibir Raffi tampak kejam, "Kau lebih nikmat kalau hidup dan bernafas."
Ketika Nagita menyadari maksud Raffi, sudah terlambat. Lelaki itu mencengkeram kedua lengannya dengan satu tangan. Kekuatan Nagita tidak sebanding dengan kekuatan tubuh Raffi yang besar dan kuat di atasnya. Dengan mudahnya lelaki itu mengikat kedua pergelangan tangannya dengan ikatan mati yang sangat rapi, lalu menalikannya di kepala ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SLEEP WITH THE DEVIL [RANS VERSION]
FanfictionKau Adalah Kelemahanku - Raffi Ahmad