HAPPY READING
_ENJOY_
Nagita tertegun. Ulang tahunnya yang kedua puluh lima sebentar lagi. Kenapa Raffi bisa mengetahui detail hari ulang tahunnya? Nagita tertarik, tetapi dia akan memuaskan Raffi kalau dia mengikuti Raffi untuk berbicara dengannya. Jangan-jangan memang itu tujuan Raffi, supaya dia tidak berhujan-hujanan dan mengikuti lelaki itu."Nanti, aku akan menyusulmu jika aku sudah puas disini".
Api menyala di mata Raffi, dan tampak jelas lelaki itu mencoba menahan diri,
"Terserah, nanti temui aku di ruang kerja," suaranya lebih seperti geraman, kemudian membalikkan badan dengan marah.
Setelah puas menikmati hujan, Nagita masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian dan makan malam. Dia sengaja tidak menemui Raffi, lagipula sepertinya lelaki tadi hanya asal bicara ketika bilang ingin berbicara tentang hari ulang tahunnya. Dan Nagita tidak yakin kalau Raffi akan menunggunya. Lelaki itu sepertinya sangat sibuk dan memiliki banyak urusan.
"Kenapa kau tidak menemuiku?", suara di kegelapan itu mengagetkan Nagita. Dia menajamkan matanya dan melihat Raffi duduk di sana, di keremangan kamarnya.
"Kenapa kau masuk ke kamarku tanpa izin?," Nagita berteriak kaget, tangannya meraba-raba saklar lampu di dinding, berusaha menghilangkan kegelapan yang menyelubungi Raffi, karena lelaki itu tampak lebih menyeramkan di antara cahaya yang remang-remang.
Nagita berhasil menyalakan lampu dan cahaya itu langsung menyelubungi Raffi. Lelaki itu duduk di sofanya, dengan santai, hanya memakai piyama sutera warna hitam dan disebelah tangannya memegang gelas minuman. Nagita melirik ke botol brendy yang entah berasal dari mana, yang sepertinya sudah dituang Raffi selama menunggunya. Apakah lelaki itu mabuk? Jantung Nagita mulai berdegup. Dalam keadaan sadar saja emosi Raffi sangat tidak mudah ditebak, apalagi dalam kondisi mabuk.
"Apa yang kau lakukan disini Raffi?"
Raffi mendengus dan menatap Nagita dengan tajam, "Kau pikir apa? Aku menunggumu di ruang kerjaku dan kemudian menyadari bahwa kau, dengan kepalamu yang keras kepala itu memutuskan untuk melawanku"
Nagita mundur ke belakang, melirik pintu putih itu, dan berusaha sedekat mungkin di sana, sehingga ketika Raffi bertindak di luar batas dia bisa segera melarikan diri.
Raffi tersenyum melihat tingkah Nagita,
"Kau seperti kelinci ketakutan lagi Nagita, apa kau takut aku akan melakukan sesuatu yang kejam? Seperti mencampurkan obat di minumanmu, atau ... melemparkanmu dari balkon lagi?,"
Raffi menyeringai, meletakkan gelasnya dan berdiri, makin lama makin mendekati Nagita.
"Raffi, kau mabuk?," Nagita melirik ke arah pintu, hanya butuh beberapa detik kalau Nagita ingin melarikan diri dari Raffi. Dia pasti bisa melakukannya.
"Raffi Ahmad tidak pernah mabuk," Raffi melangkah mendekat dengan tenang, seperti singa yang mengendap-endap mengincar mangsanya. "Dan kau... Seharusnya kau mendengarkan apa yang kuperintahkan, Nagita"
Nagita tahu di situlah titiknya. Di situlah titik Raffi kehilangan kesabarannya, karena itulah Nagita langsung melompat dan mencoba melarikan diri ke pintu. Dia berhasil membuka pintu itu sedikit, sebelum dengan gerakan lebih cepat dan tanpa suara, Raffi sudah ada dibelakangnya, mendorong pintu itu menutup kembali sebelum sempat terbuka.
Raffi mendorongnya rapat ke pintu, dan dengan terkejut Nagita bisa merasakan kejantanan Raffi yang mendesak keras di bagian belakang tubuhnya. Dia ingin bergerak dan menghindar, tetapi ternyata Raffi sudah menahannya di semua sisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SLEEP WITH THE DEVIL [RANS VERSION]
FanfictionKau Adalah Kelemahanku - Raffi Ahmad