HAPPY READING
_ENJOY_
Sudah hampir dua minggu Nagita dikurung di dalam kamar putih ini, tidak boleh keluar sama sekali. Hari-hari Nagita lalui dengan menatap ke luar dari jendela lantai dua ke pekarangan rumah Raffi.
Nagita sudah merasa begitu muak dan frustrasi karena bosan. Setelah memaksakan kehendaknya malam itu, Raffi tidak pernah mengunjungi Nagita lagi.
Mungkin dia sedang bersenang-senang dengan kekasih barunya. Nagita mencibir, mencoba mengabaikan perasaan seperti tercubit di dadanya. Tetapi kalau memang benar begitu, kenapa Raffi tidak melepaskannya?
Apakah karena lelaki itu tahu Bahwa Nagita berniat membunuhnya, jadi dia menawan Nagita di sini karena menganggap Nagita ancaman yang berbahaya? Kalau begitu kenapa Raffi tidak membunuhnya sekalian?
Beberapa lama terpaku di jendela, Nagita menyadari bahwa ada kesibukan yang tidak biasa di luar sana. Beberapa mobil tampak lalu lalang keluar masuk rumah Raffi yang biasanya lengang. Sehari-hari pemandangan yang didapat Nagita hanyalah pemandangan pengawal-pengawal Raffi dan beberapa pelayan yang lewat di halaman depan rumah.
Kali ini Nagita melihat ada mobil bunga dan mobil katering. Apakah Raffi akan mengadakan pesta? Kalau iya, mungkin saja kesempatan Nagita untuk melarikan diri bisa muncul kembali.
Sedang larut dalam lamunannya, tiba-tiba pintu kamar putih terbuka. Nagita bahkan tidak menolehkan kepalanya sedikitpun.
Karena yang masuk ke kamar ini selalu hanya Chand yang mengantarkan makanan, dan pelayan yang membersihkan ruangan dan membawakan pakaian ganti untuknya - tentu saja di bawah pengawasan Chand.
Nagita tidak pernah berinteraksi dengan Chand lagi setelah kejadian kemarin, dan sepertinya lelaki itu juga tidak berniat untuk mengajaknya berbicara. Lagi pula rasa bersalah yang ditanggung Nagita terlalu besar. Karena dialah Chand dihajar oleh Raffi, bekas-bekas hajaran itu masih ada dari memar-memar di wajah Chand dan hidungnya yang patah.
Setiap melihat Chand, Nagita disergap perasaan ngeri dan rasa bersalah yang luar biasa. Raffi mengancam akan membunuh siapapun yang lengah dan membiarkan Nagita lolos. Apakah sepadan mengorbankan satu nyawa demi meloloskan diri?
Nagifa memang tidak kenal dengan Chand, tetapi kalau mendapatkan kebebasan dengan mengorbankan nyawa orang lain, tetap saja terasa tidak benar baginya...
"Nagita."
Itu suara Raffi. Nagita terlonjak saking kagetnya. Dia menolehkan kepalanya, dan Raffi-lah yang berdiri di tengah ruangan, lelaki itu tadi sepertinya terdiam, mengamati Nagita yang sedang melamun sambil memandang Nagita yang sedang menatap ke luar jendela.
Otomatis Nagita mengepalkan tangannya, reaksi impulsifnya ketika menyadari aura Raffi yang berkuasa memenuhi ruangan.
Raffi melirik tangan Nagita yang terkepal, dan senyum sinis muncul di bibirnya. Lelaki itu menolehkan kepalanya ke belakang dan Nagita baru menyadari ada orang lain di belakang Raffi, seorang perempuan berbadan kecil
"Ini Dira," gumam Raffi tenang, "Dia akan mempersiapkanmu untuk nanti malam," Setelah berkata begitu, Raffi melangkah mundur, membalikkan tubuhnya dan meninggalkan kamar itu.
Mempersiapkannya untuk apa?
"Kau sebenarnya cantik sekali Nona, hanya saja kau tidak pandai berdandan," Dira bergumam, memoles wajah Nagita yang masih memejamkan matanya di depan cermin,
Sementara Nagita masih memejamkan matanya, diam karena didandani oleh Dira... Kalau Raffi menyuruhnya didandani, maka dia pasti akan diperbolehkan untuk turun ke pesta yang diadakan Raffi. Hal itu berarti ada kesempatan baginya untuk melarikan diri dari rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SLEEP WITH THE DEVIL [RANS VERSION]
أدب الهواةKau Adalah Kelemahanku - Raffi Ahmad