VOTE
VOTE
VOTE
VOTE
HAPPY READING
_ENJOY_
Wajah Raffi mengeras. "Kau pikir apa yang sedang kau katakan?"
"Aku sudah mempelajari surat perjanjian itu, dalam surat itu dikatakan bahwa aku harus menikahimu di usiaku yang ke dua puluh lima tahun, tidak dituliskan klausul apabila kita berpisah... saat ini aku ingin berpisah"
Kau bilang waktu itu kau mencintaiku! Raffi ingin meneriakkan kata-kata itu di depan Nagita, dia begitu marah hingga jemarinya mengepal,
"Beraninya kau mengajukan perpisahan padaku? Tidak pernah ada seorangpun yang bisa meninggalkan aku!"
Wajah Nagita tampak sedih sekaligus kuat membalas tatapan Raffi yang membara."Aku tidak bisa hidup hanya sebagai boneka pengganti seseorang. Aku juga punya kepribadian sendiri dan aku lelah"
Kemarahan Raffi yang semula menggelegak langsung surut mendengar perkataan Nagita. Kenapa Raffi tidak menyadarinya? Yang diinginkan Nagita hanyalah pengakuan bahwa dia bukanlah pengganti Gigi. Hanya itu. Dan Raffi bodoh karena selama ini tidak menyadarinya. Baiklah, jika memang itu yang diinginkan Nagita, dia akan memberikannya.
"Ikut aku," Raffi mengambil tangan Nagita dan membawanya keluar kamar, dia setengah menyeret Nagita yang kebingungan menuruni tangga, langsung menuju sayap kebun mawar itu. Sayap rumah di mana lukisan Gigi terpasang rapi di balik pintu bernuansa emas.
Para pelayan tampak mengintip mendengar keributan itu, bahkan Chand juga muncul dari depan dengan waspada. Tetapi kemudian langsung mundur ketika menyadari bahwa Raffi membawa Nagita ke sayap rumah itu.
Raffi berhenti menyeret Nagita ketika mereka berada di pintu kamar emas itu,
"Kau ingin jawaban bukan?," Raffi melangkah masuk dan kemudian keluar lagi sambil membawa lukisan Gigi yang semula tergantung di dinding. Lalu melangkah dengan langkah berderap marah meninggalkan Nagita.
Dengan segera Nagita mengikutinya, ingin tahu apa yang akan dilakukan Raffi kepada lukisan itu. Raffi melangkah ke halaman belakang, membanting lukisan itu di tanah, dan ketika Nagita menyadari apa yang akan dilakukan oleh Raffi, semuanya sudah terlambat,
"Jangan!"
Terlambat. Raffi sudah melempar api ke lukisan itu, dan dalam sekejam api itu sudah membakar kanvasnya yang rapuh. Seluruh lukisan Gigi yang sedang hamil muda dan tersenyum itu habis menjadi arang tipis yang kehitaman dilalap oleh api yang begitu ganas. Nagita berdiri terpaku menatap sisa pembakaran itu dan menoleh menatap Nagita dengan bingung, "Kenapa kau melakukannya?"
"Karena," Raffi tiba-tiba meraih Nagita dan merenggutnya ke dalam pelukannya. Ciumannya kasar sekaligus mendamba, penuh gairah. Bibir Raffi melahap bibir Nagita seolah-olah akan mati kalau tidak mencecapnya. Lidahnya menjelajah dengan bergairah, mencicipi seluruh rasa manis Nagita yang sudah lama tidak dicecapnya. Raffi memuaskan kerinduannya, amarahnya, dan rasa frustrasinya dalam ciuman itu. Sebuah ciuman menggelora yang hanya dilakukan oleh pasangan yang luar biasa merindu.
Ketika Raffi melepaskan ciumannya yang membara itu, tubuh Nagita lemas hingga Raffi harus menopangnya.
Dengan gerakan tegas, lelaki itu mengangkat dagu Nagita dan menghadapkan ke arahnya.
"Karena Nyonya Nagita, aku mencintaimu, Sungguh mencintaimu, sebagai Nagita yang menjengkelkan dan keras kepala yang selalu menentangku," Raffi melumat bibir Nagita yang menganga takjub dengan penuh gairah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SLEEP WITH THE DEVIL [RANS VERSION]
FanfictionKau Adalah Kelemahanku - Raffi Ahmad