HAPPY READING
_ENJOY_
Kopi sudah dihidangkan, pertanda meeting santai itu sudah usai. Beberapa lelaki memilih keluar untuk merokok, sedang Dimas duduk diam di ujung sofa, mengamati Raffi yang masih sibuk mempelajari berkas-berkas di tangannya.
Raffi bukanlah lelaki yang bisa membaur, lelaki ini penyendiri, dan wataknya yang terkenal membuat orang-orang segan mendekatinya. Nagita tidak akrab dengan Raffi, mereka hanya berbicara tentang bisnis. Dan apabila menyangkut bisnis, Raffi cukup kooperatif. Kerja sama mereka telah membuahkan banyak keuntungan bagi perusahaan masing-masing.
Dimas ragu untuk menanyakan perihal Nagita pada Raffi. Rasanya terlalu aneh untuk membahas masalah itu di sini. Tetapi isterinya Laura telah berhasil membuatnya berjanji untuk melakukannya.
Dimas berdehem, menarik perhatian Raffi dari berkas-berkas yang ditelusurinya dengan serius,
"Kami, aku dan istriku bertemu dengan kekasihmu semalam"
Kepala Raffi langsung terangkat seperti disentakkan, ia menatap Dimas dengan waspada,
"Oh ya?," nada suaranya santai , tetapi ketegangan dalam suara Raffi tidak bisa menipu Dimas, ada sesuatu di sini, batin Nagita dalam hatinya, ada sesuatu yang dirahasiakan Raffi..
"Yah, dia berkenalan dengan isteriku kemarin, dan berbicara panjang lebar dengannya," Dimas berusaha memancing Raffi dan sepertinya pancingannya kena karena mata Raffi menyipit dan menatapnya curiga.
"Apa dia mengatakan sesuatu pada istrimu?"
Dimas menatap Raffi lurus-lurus,
"Dia meminta tolong pada istriku untuk diselamatkan, supaya dia bisa keluar dari rumahmu"
Bibir Raffi mengetat membentuk garis tipis, lalu dia segera berdiri,
"Katakan pada istrimu untuk tidak melakukan apa-apa. Perempuan itu milikku, dan siapapun tidak akan bisa melepaskannya dari rumahku, kecuali atas seizinku," Raffi menatap Dimas lurus, menimbang-nimbang,
"Aku menghormatimu Dimas, kau adalah salah satu dari sedikit orang yang aku hormati dan aku tidak ingin hubungan saling menghargai ini rusak. Maaf aku permisi dulu karena ada janji pertemuan dengan pihak lain setelah ini"
Setelah mengangguk kaku, Raffi melangkah pergi meninggalkan ruangan meeting besar itu.
Dimas duduk diam dan menyesap kopinya, matanya masih menatap pintu di mana Raffi menghilang di baliknya.
Tingkah Raffi mengingatkannya pada dirinya dulu. Senyum muncul di bibir Dimas. Raffi mungkin akan mengalami hal yang sama seperti dirinya, kalau dia tidak hati-hati terhadap Nagita
***
Ketika pintu kamarnya dibuka dari luar, Nagita tidak menyangka Raffi-lah yang masuk. Lelaki itu telah sepenuhnya mengabaikannya akhir-akhir ini. Nagita bahkan hampir tidak pernah melihat lelaki itu, kecuali dari ketika Raffi memasuki mobilnya di teras bawah yang kelihatan dari jendela lantai dua tempat Nagita dikurung.
Dan seperti biasanya, lelaki itu tampak marah. Nagita mengerutkan alisnya, kenapa lelaki itu tidak pernah sedikitpun tampak ceria dan tersenyum? Kalaupun tersenyum, senyumnya hanyalah senyum jahat dan sinis. Apa lelaki itu tidak pernah merasakan bahagia sedikitpun di dalam hatinya?.
Tanpa basa basi, Raffi melempar jasnya ke kursi dan melonggarkan dasinya, lalu menatap Nagita tajam,
"Apa yang kau katakan pada istri Dimas?"
Nagita langsung mengkerut takut. Laura mungkin telah menyampaikan permintaan tolongnya kepada Dimas, dan Dimas mengatakannya pada Raffi.
Ketika rasa ketakutan menggelayutinya, Nagita langsung menggelengkan kepalanya mencoba mengembalikan keberaniannya. Diingatnya wajah ayah dan ibunya yang bahagia, lalu tergantikan dengan wajah pucat mereka yang terbaring di peti mati. Kebencian dan kemarahan adalah senjatanya untuk menghadapi Raffi,
KAMU SEDANG MEMBACA
SLEEP WITH THE DEVIL [RANS VERSION]
FanfictionKau Adalah Kelemahanku - Raffi Ahmad