CHAPTER ONE

281 29 0
                                    

Sepuluh tahun berlalu dan sampai saat ini aku belum mengetahui siapa dan dengan alasan apa keluargaku dibunuh. Rasa takut dan dendam sekaligus menghantui sepuluh tahun kehidupan ini. Aku harus bertahan, aku masih memiliki Louis dan aku harus berjuang untuknya agar ia tetap hidup. Aku tahu aku hanya seorang gadis, tapi apakah aku salah jika aku ingin melindungi kakakku sendiri?

"Mila? Qamillia Evans!"

"Eh? Ada apa, Cath?" aku tersadar dari lamunanku dan seperti biasa lagi-lagi aku mengabaikan perkataannya. Cathleen adalah seorang gadis berambut hitam dengan mata coklat muda yang hampir selalu bersamaku setiap hari selama 3 tahun terakhir ini. Kami bekerja disebuah mini café. Dan aku, seorang gadis yang selalu berusaha memberanikan menutup masa lalu yang sangat mengerikan dan berjalan mencari jejak atas pelaku pembunuhan itu.

"Lupakan, tidak penting. Kamu kenapa, Mil? Masa lalu yang terus menghantui?" tanya Cath berhati-hati. Aku mengangguk dengan pandangan kosong ke coffee maker. "Tenanglah, Mil. Aku akan membantumu. Suatu saat kita akan sukses dan akan dengan mudah mencari akses untuk menemukan siapa pembunuh itu!" ucapnya penuh semangat. Ya, itulah cita-cita kami dan bahkan mungkin impian terbesarku. Sulit rasanya jika tidak memiliki akses apapun untuk mencari satu orang di kota bahkan negara ini.

Aku kembali bekerja seperti biasa, tamu datang dan pergi begitu saja dengan tenang seolah hidupnya sangat damai. Hari semakin sore, lampu jalan mulai dinyalakan. Sungguh indah, lampu natal disebrang café menghiasi sebuah toko buku kota, membuat toko itu selalu menarik perhatian para pejalan kaki dan menariknya sekedar untuk membaca tabloid berita hari ini. Rintikan salju pun mulai turun perlahan. "Desember" ucapku dalam hati, hanya senyum kecil yang terukir dibibirku dan secara tak sadar air mata ini mulai tergenang di mataku. Secepat mungkin kuhapus air mata ini dan kembali tidak mengingat-ingat segala kejadian itu.

Aku menyusuri jalanan di kota New York yang sedang ramai ini, menuju rumahku yang merupakan rumah seseorang yang sangat berjasa dalam hidupku dan Louis yaitu rumah Tuan George Siville. Beliau lah yang merawatku dan Louis semenjak kejadian itu. Beliau terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga ia tidak pernah bercerita tentang keluarganya kepada kami. Aku dan Louis sudah dianggap seperti anaknya. Kami memanggilnya dengan sebutan paman, walaupun paman George sangat mengharapkan kami memanggilnya ayah. Paman George merupakan orangtua yang baik karena kami tetap di berikan aturan seperti pulang tidak boleh lebih dari jam 10 malam, tidak boleh berkeliaran ketika hujan salju datang, tugas membereskan rumah dan mencuci piring, dan masih banyak lagi. Dengan ini, satu persatu kebahagiaanku pun mulai muncul karena kehadiran paman George.

"I'm home!" teriakku sambil membuka pintu. Aroma pancake sudah mulai tercium oleh hidungku. Ya, setiap menjelang natal paman selalu membuatkan pancake untukku dan Louis.

"Pas sekali, pancake untukmu baru saja matang" ucap Louis. Aku tersenyum senang melihat Louis dan paman George.

"Bagaimana pekerjaanmu, Mil?" tanya paman George.

"Ya,begitulah paman seperti biasa.."

"Tamu datang dan pergi begitu saja dengan tenang seolah hidupnya sangat damai" ucap Louis dengan sigap memotong pembicaraanku.

"Memang kamu lah kakak terhebatku, Louis" sambil mengedipkan mata disambung tawa dari paman George mendengar jawaban tersebut. Sambil terus berbincang dan bercanda tawa bersama, kami melahap dengan mantap pancake buatan paman George. Tak berapa lama setelah selesai makan, Louis berlalu meninggalkan meja makan dan berjalan menuju ke teras rumah. Dengan cepat aku membereskan piring-piring di meja dan mencucinya, lalu langsung kususul Louis yang ada di teras rumah.

Ia sedang melihat bintang-bintang di langit. "Boleh aku ganggu?" tanyaku hati-hati sambil tersenyum. Ia hanya membalas dengan senyuman sendu. Aku duduk di sebelahnya sambil mengikuti arah pandangnya ke langit malam.

"Apa yang kamu harapkan jika ada bintang jatuh, Mill?" tanyanya pelan nyaris berbisik.

"Aku hanya ingin sebuah kebenaran, hanya itu" aku menunggu jawaban namun ia tak menjawab. Lalu ku taruh kepalaku di bahu Louis. "Lelah sekali hari ini" kataku perlahan lalu menutup mata.

Aku dapat merasakan Louis sedang memandangiku, lalu mengelus kepalaku secara perlahan dan berkata "If you feel tired, i'll always be ready to give you my shoulder my princess".  Aku hanya membalas dengan senyum. Louis adalah penyemangatku, ia tidak pernah mengeluarkan keluhan apapun padaku. Ia sungguh tangguh, walau aku tahu bahwa hatinya pun terluka.

Angin malam semakin terasa menyengat pori-pori tubuh, pukul 11 malam. "Mila, waktunya tidur. Jangan sampai aku mati kedinginan karena kamu terlalu pulas menyender dibahuku" ucapnya sedikit menggigil sambil menyentuh hidungku. Aku tertawa mendengarnya. Aku bangkit berdiri dan mengulurkan tangan padanya, Louis meraih tanganku dan ikut bangkit berdiri. Kami berdua masuk ke dalam rumah dan menuju kamar masing-masing untuk beristirahat.

"Selamat malam, Louis" ucapku saat mau memasuki kamar. Ya, kamar kami bersebelahan.

"Tidurlah dengan nyenyak, malam" jawabnya tersenyum. Aku memasuki kamar dan menutupnya, tak lama kudengar pintu sebelah pun ditutup. Seperti biasa, dia selalu memastikanku untuk masuk kamar terlebih dahulu. "Kakak terbaik" gumamku dalam hati. Aku segera menaiki kasur, menggapai selimut secepat mungkin karena hari sudah semakin dingin.

Dapat dibilang dalam sepuluh tahun ini aku menderita insomnia. Setiap kali aku mencoba untuk tidur, bayangan masa lalu yang mengerikan itu selalu menghantui. Malam ini pun demikian, pukul 2 pagi dan aku belum dapat terlelap. Air mata ini lagi-lagi menetes. Pandanganku kosong menatap langit-langit kamar. "Ayah, Ibu dapatkah aku bertahan? Dapatkah aku menemukan siapa pelaku dari semua ini?" aku terisak sejenak, berharap kejadian itu tidak mengganggu mimpiku malam ini. Aku memejamkan mata sampai akhirnya terlelap.

---

Apa yang terjadi pada keesokan harinya?  

Tetap nantikan episode selanjutnya, guys!

Thankyou for your vote❤

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang