Seven

580 74 6
                                    

Hari hari Jaebum kembali terlewati bersama Jinyoung dan Raena. Tapi setiap moment yang mereka lewatkan membuat hati Jaebum bersedih karena tidak tahan dengan jati dirinya yang sebenarnya, sampai kapan ia akan bohong dengan Jinyoung?

Jaebum pun mengantarkan Jinyoung pulang ketika senja mulai muncul,

"Jaebum terima kasih. Aku bahagia." Ucap Jinyoung ketika Jaebum memberhentikan mobilnya dihalaman rumah Jinyoung.

Jaebum tersenyum miris, 'aku bahagia' terdengar menyedihkan bagi Jaebum.

"Ehmm Jinyoung, bisa bicara sebentar?"

Jinyoung mengangguk tanda persetujuan,

"Aku...akuu.."

"Kau kenapa?"

Bagaimana cara Jaebum mengatakannya? Ia tidak bisa berlama lama menyembunyikan hal ini pada Jinyoung,

"Hfttt, aku akan bertanya padamu. Jika, kita bertemu dalam keadaan tidak baik bagaimana pendapatmu?"

"Tidak baik? Maksudmu?"

"Ehmm, maksudku... Seandainya disaat kau bertemu denganku untuk pertama kalinya tapi ternyata aku bukanlah orang baik apakah kau akan tetap bersamaku?"

"Bagiku tidak ada kata 'seandainya' Jaebum, kau orang yang baik sekaligus ayah yang hebat bagi Raena. Tapi, jika itu memang sungguh terjadi mau bagaimana? Aku sudah terlanjur nyaman dan bahagia bersamamu."

Astaga,

Apa ini?

Jantung Jaebum berdetak dengan cepat, perkataan Jinyoung membuatnya terenyuh. Astaga ia makin merasa jahat pada Jinyoung.

"Jinyoung... aku seorang pembunuh bayaran."

"Apa?"

"Eoh? Tidak ada, hati hati." Ucap Jaebum cepat seraya mengacak kecil rambut Jinyoung.

Jinyoung pun keluar dari mobil Jaebum, pikirannya berkelana setelah mendengar penuturan Jaebum tadi.

Pembunuh bayaran?

Apa perumpaaan tadi sebenarnya adalah tentang dirinya?

Jinyoung mendengarnya, bahkan ia sempat mendengar degup jantung Jaebum. Ia pun masuk kedalam rumahnya dengan pikiran bahwa esok ia harus bertemu Jaebum. Ia ingin menanyakan hal ini. Tidak peduli apa jawaban dari pertanyaannya, karena Jinyoung sudah merasa nyaman dengan seseorang bernama Im Jaebum.

***

"Yien?."

"Hmmm."

"Hari ini kau ada acara.?"

Mark menutup dokumenya yang sedang ditanda tanganinya lalu menatap lurus ke pria yang seadng mengajak bicaranya barusan,

"Kenapa?." ucap Mark.

"Bisakah kau makan malam bersamaku?" ajak pria itu bermaksud baik kepada Mark tetapi Mark hanya tersenyum meremehkan kepada pria ini.

"Shin Peniel? Aku tidak salah dengar hmmm.. sepertinya aku ada acara malam ini jadi tidak bisa maafkan aku." ucap Mark lalu ia beranjak dari tempat duduk kerjanya ,lalu meninggalkan Peniel sendirian diruanganya ,beberapa detik pintu itu tertutup Peniel hanya memandang sapu tangan yang tertinggal di meja kerja Mark dengan senyum liciknya dia berkata;

"Habis kau Tuan Yien."

-

Sore hari pun tiba Jaebum mengajak Jinyoung jalan jalan, dalam kata lain mereka sedang ngedate. Bahkan mereka juga tidak tahu apa status mereka saat ini, mereka terlalu nyaman sehingga lupa untuk mempertanyakan sebuah status.

DeficiencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang