Six

603 82 8
                                    

Beberapa hari kemudian...

Jaebum bersender pada sofa apartemenya, sesekali ia memejamkan matanya. Pikiranya berkelana entah kemana, jiwanya berada disini tapi tidak dengan pikirannya.

Mau sampai kapan ia terus seperti ini?

Sudah dua hari ia lalui untuk menghindari Jinyoung. Tapi entah bagaimana bagi Jaebum hal itu terasa seperti dua tahun lamanya. Sudah dua hari ini ia tidak bertemu Jinyoung, sepertinya memang sengaja.

Ia malu. Bahkan sangat malu untuk bertemu pria polos itu, tapi batin Jaebum begitu benar benar merindu pada si Tuna Netra itu.

Teringat kembali percakapan dirinya dengan teman laknatnya itu yang ia temui dua hari lalu setelah pulang dari rumah Jinyoung,

#flashback on

"Waktuku tidak banyak." Ucap Jaebum ketika memasuki sebuah apartemen mewah,

Pria yang duduk membelakangi Jaebum pun berbalik,

"Woahh rupanya kau datang juga? Ehm sepertinya kau terlihat sedang buru buru? Apa aku mengganggu acara makan malamu itu?"

Jaebum hanya mengepalkan tangannya kuat kuat,

"Aku mengundurkan diri."

Satu kalimat, tiga kata yang berhasil membuat seseorang dihadapan Jaebum melotot sempurna?

"Hey Tuan Im bisa kau ulangi? Sepertinya aku mendadak tuli."

"Aku.mengundurkan.diri. sudah jelas?" Jaebum kembali mengucapkanya dengan penekanan disetiap kata.

"Aku akan mengembalikan uang yang pernah kau kirim padaku, uang yang kau pakai untuk biaya putriku. Sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan ini akan aku kembalikan dan aku lupakan."

Bugh

"Bajingan!"

Jaebum menyeka sebuah darah yang mengalir dari sudut bibirnya, ia baru saja terkena bogeman dari temannya itu.

"Kau sudah mengenalku bertahun tahun, dan kau memutuskan kontrak begitu saja karena pria buta yang kau kenal beberapa hari itu? Dimana otakmu Jaebum?"

"Aku mencintainya! Kau tidak akan mengerti bagaimana rasanya saling mencintai. Aku lupa satu hal, kau tidak bisa mengerti hal itu karena kau tidak mempunyai hati!"

Pria itu mulai melemas mendengar perkataan Jaebum. Ia sadar akan hal itu, dan ia juga mengakui apa yang Jaebum katakan benar adanya.

Jaebum pun berdiri karena tidak ada reaksi dari temannya yang langsung diam bahkan terlihat kaku, ia bermaksud pergi dari hadapan teman laknatnya itu tapi suara rendah nya begitu terdengar menyeramkan bagi Jaebum membuat Jaebum berhenti sebentar ditempatnya,

"Nyawa putrimu ada ditanganmu sendiri."

Jaebum mengepalkan tangannya kuat kuat sampai urat uratnya terlihat. Bisa saja Jaebum memukulnya tapi mendengar kata 'putrimu' membuat Jaebum mengurungkan niatnya.

"Aku menarik kembali kata kata yang ku ucapkan tadi."

#flashback off

"Arghhh.."

Jaebum memukul mukul bantal sofa jika mengingat kejadian itu, dengan bodohnya ia kembali bekerja pada manusia laknat itu karena alasan putrinya. Jaebum merasa bodoh karena dengan gampanya Raena menjadi sebuah bahan taruhan pekerjaan laknatnya itu.

**

Jinyoung terus menggenggam ponselnya berharap ponsel tersebut berbunyi dan bergetar, dan ia benar benar berharap asal getaran itu berasal dari panggilan masuk Jaebum.

DeficiencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang