Chapter 8

5.9K 314 46
                                    

Kalau baca part ini, saran author kalian BACA ULANG PART SEBELUMNYA. Biar dapet feel nya.
~•~•~•~•~•

Ceklek

"Atha!" seru Viola tertahan saat ia sampai di ruangan khusus yang berada di lantai 3.

"Dia belom sadar, La" lirih Artha sendu.

"Kok bisa?" Viola menghampiri Artha yang terus memandang Athalie dengan tatapan bersalah.

"Dia masuk rumah sakit karena sesak nafas, cuman istirahat sedikit langsung lari turun tangga dari lantai 3, lo kan tau kelemahan dia apa dan di titik lemahnya Atha.... "

"Il.... Illy.... muncul" Artha menundukkan kepalanya dalam. Kenapa adiknya harus mengalami hal seperti ini?

"Ja— jadi dia be— beneran kembali bang?"

"Bang... Bilang sama gue kalo ini semua mimpi!"

"Bilang kalo ini semua bohong!"

"Bilang sama gue kalo ini rencana busuk lo kan!"

"Bilang bang! Bilang!"

Ceklek

"Kak!" Fano langsung meletakkan minuman yang ia bawa di meja kecil terdekat.

"Bilang kalo ini cuman khayalan!! Bilang sama gue!" Viola masih terus histeris, ia sangat shock dengan musibah dadakan ini.

Tak ada yang tau bukan, kapan musibah datang? Kita sebagai manusia hanya dapat mempersiapkan diri saja.

"Kak! Stop!" sentak Fano sambil merengkuh Viola dalam pelukannya.

"Fan hiks ini hiks cuman bo hiks bohongan kan?"

"Ka, jangan kaya begini. Kalo lo histeris bukannya ngebantu, malah bikin masalah tambah runyam"

"Jujur, gue ga tau ada apa sama kak Atha. Kenapa sekeluarga khawatir semua, Kenapa panik semua, tapi gue tahan buat ga nanya biar masalah cepet selesai kak"

"Gue minta ke lo sekarang, tenangin diri lo, gue tau lo paham sama yang terjadi sekarang, terima semua yang udah terjadi, bantu keluarga nyelesaiin masalah ini, paham?"

Viola hanya menganggukkan kepalanya didalam dekapan Fano. Semua yang dikatakan Fano benar, ia tidak boleh seperti ini. Yang dapat menyelesaikan masalah ini hanya ia, Artha, dan keluarga Athalie.

Jika kalian bertanya-tanya kenapa tak memanggil dokter atau psikis? Karena, penyebab ini semua adalah mereka.

"Udah tenang?"

"Udah" jawab Viola serak.

"Nih minum" Artha memberikan minuman yang tadi di bawa Fano kepada Viola.

"Bang, lo jangan salahin diri lo terus! Gue ga tau dapet anggapan ini dari mana, yang jelas gue beranggapan kalo lo emang salah, Tapi ini bukan saatnya lo merenungi karma lo itu!"

"Gue mohon, Kalian selesai in masalah ini secepatnya, gue keluar"

"Fan! Suruh mom sama dad sekalian kesini"

"Hmm"

Fano meninggalkan ruangan itu dengan pikiran yang sangat penuh dengan pertanyaan. Sejujurnya ia sangat ingin membantu, tetapi jika ia membantu pertanyaan semakin banyak menyerbu pikirannya. Apa yang akan ia bantu? Kenapa kedua kakak sepupunya seperti itu? Mengapa om dan tantenya juga seperti itu? Dan berbagai macam jenis pertanyaan lain akan semakin menyerbu pikirannya.

Hanya satu yang bisa ia bantu, ia hanya bisa membantu memberikan jalan tengah saja. Yaitu menenangkan keluarga ini, karena jika diri kita tenang masalah dapat kita pikirkan dengan hati-hati jalan keluarnya, bukan? Jika terburu-buru memikirkan jalan keluar dan saat itu pikiran masih berkecamuk, tak akan ada jalan keluar, yang ada hanya jalan buntu.

Fake Nerd Vs Most Wanted SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang