Different to be The One

33 4 2
                                    

Different to be The One
By Necia291

Di sebuah rumah minimalis yang memiliki sedikit unsur ke'Islam'an, terlihat seorang gadis berhijab tengah menyeruput vanilla latte-nya yang baru saja ia buat beberapa menit yang lalu. Sesekali ia meniupi permukaan vanilla latte-nya, dikarenakan suhunya masih tinggi. Uapnya yang masih mengepul membuat kacamata yang ia kenakan sedikit berembun. Gadis itu melepas kacamatanya lalu merenggangkan otot-ototnya yang kaku. Sejak pagi ia berkutat dengan komputer yang memang tuntutan pekerjaanya sebagai penulis. Sedangkan saat ini  sudah saatnya mengerjakan kewajiban sebagai seorang muslimah.

Sehabis ia melaksanakan shalat dzuhur, ia melanjutkan menulis beberapa adegan naskah drama action yang nantinya akan ditayangkan di salah satu televisi swasta di negri gingseng. Baru saja dia akan mengenakan kacamatanya kembali dan memulai untuk menulis, seseorang yang ia kenal beberapa hari ini menelponnya. Seorang sutradara dari drama action tersebut lebih tepatnya.

"Ya Assalamualaikum Pak Sutradara." Suara lembutnya mengalun indah. Tidak lupa dengan senyumannya yang khas. Meski sutradara itu tidak dapat melihatnya namun senyum sebuah keharusan untuknya.

"Iya, Nona Lee, begini. Salah seorang aktor di drama yang kau tulis ingin berkenalan denganmu. Dia hanya ingin berterimakasih padamu karena bisa memerankan karakter Go Kwangmo"

"Benarkah Pak? Wah! Sebuah kehormatan untuk saya."

"Baiklah, aku akan mengirimkan pesan yang berisi nomor ponselnya. Kau bisa menghubunginya kapan saja."

"Waalaikum salam, Pak."

Piip

Namanya Aisyah Lee. Gadis blasteran Korea-Indonesia ini kerap dipanggil Aisyah. Dia tinggal di Korea yang notabene adalah Negara dimana penduduknya minoritas memeluk agama islam atas kemauannya sendiri. Dengan berbekal hadiah ulang tahun dari sang ayah, dia nekat merantau ke Negara ayahnya. Dia meninggalkan seorang nenek dan kedua orang tuanya serta adik laki-lakinya di Indonesia.  Ayahnya seorang mualaf, sedangakan ibunya murni seorang muslimah. Sang ayah memutuskan untuk menjadi muslim karena ibunya. Bukankah kisah itu sungguh romantis? Bukan hanya sekedar kisah romansa picisan.

Berbagai halangan dan rintangan yang dialami Aisyah membuatnya menjadi gadis yang tangguh dalam hal meneguhkan hati. Sesekali dia mendakwahkan agamanya lewat perilakunya yang baik dimata public Korea. Sempat dikencam penduduk sekitar, dikarenakan mereka takut akan agama Aisyah yang mereka pikir mengajarkan tindakan terorisme. Namun dia tidak berkecil hati dan terus bertahan, dia ingin membuktikan jika Islam hanya mengajarkan suatu keindahan dan kemualian tanpa adanya niat jahat. Hingga pada akhirnya Aisyah sudah sepenuhnya di terima menjadi bagian dari penduduk local.

Aisyah menunjukkan kebolehannya dengan menulis beberapa novel yang awalnya memang tidak langsung diterima. Dia sesekali mempromosikan novel yang ia buat kepada kerabatnya. Sedikit susah dimengerti karena Aisyah sendiri memberikan kesan budaya keislaman dan sesekali menyelipkan budaya tanah airnya. Hingga seorang novelis terkenal mencoba membaca novelnya dan langsung jatuh cinta akan bakat Aisyah. Sejak saat itu beberapa sutradara mengangkat novelnya sebagai film. Sampai ada sutradara yang privasi meminta Aisyah menulis dramanya. Sungguh prestasi yang luar biasa jika mengingat kegigihan Aisyah agar penduduk local mengakui keberadaanya.

Setelah menerima pesan dari sutradara yang berisikan nomor ponsel actor yang membintangi naskah drama yang ia tulis, dia menyimpan nomor tersebut. Tidak lupa dia mengucapkan terima kasih dengan sopan. Namun dia tidak langsung menghubungi actor tersebut. Karena Aisyah sedang dalam mood yang baik untuk terus menulis. Dia agak segan untuk menundanya.

OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang