Just Stay

20 6 0
                                    

"Cinta itu bukan masalah penantian, tapi pengorbanan."

Sebuah cerita pendek karya imxxfab

...

Jia Arista memang sudah resmi menikah dengan Revan Aidan, namun kehidupannya bukannya malah menyenangkan dan dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang, Jia malah merasakan sebaliknya. Yaitu penderitaan. Memang tidak secara langsung penderitaan yang dialami Jia, bukan penderitaan secara fisik, melainkan secara batin.

Ya, batin Jia sakit saat melihat Revan membawa wanita dengan status pacarnya itu ke apartement mereka berdua, Jia juga merasakan api cemburu saat melihat Revan dan wanita itu sesekali bermesraan disana.

Tapi, sejak awal mereka menikah Jia telah sadar, pernikahan ini hanya untuk memenuhi keinginginan kedua orang tuanya, awalnya Jia juga rela tidak dicintai Revan, tapi, hati manusia itu lama kelamaan bisa rapuh juga kan?

Tok.. tok.. tok..

Jia mengetuk pintu kamar berwarna coklat dihadapannya, lalu menunggu jawaban disana, "apa?" Suara Revan terdengar menyangut dari dalam kamar, Jia pun segera membuka gagang pintu tersebut.

"Kamu mau makan apa?" Jia menoleh ke arah Revan yang tengah berbaring di atas tempat tidur dengan matanya yang berfokus pada ponsel di genggamannya.

"Apa aja." Jawab Revan singkat.

Jia mengangguk, langkahnya berjalan menuju dapur di lantai satu, setelahnya Jia langsung mempersiapkan bahan bahan masakan untuk makan malam dirinya dan Revan. Tampaknya malam ini Jia akan memasak pasta saja karena lebih mudah dan bisa menghemat waktu.

Selang beberapa menit Jia sudah selesai memasak semuanya dan suara Revan menuruni anak tanggapun sudah terdengar sampai ke dapur, Jia tersenyum.

"Aku akan makan malam sama Rani, kamu makan sendiri saja." Setelah itu Revan mengambil kunci mobilnya dan menghilang di balik pintu apartement.

Mata Jia menatap Spagetti buatannya yang sudah ditata secantik mungkin di atas piring dengan dua porsi tersebut. Sehasnya dari awal Jia memang jangan terlalu berharap lebih pada suaminya itu yang bahkan tidak ingin menempati satu kamar dengannya.

"Harus ku apakan Spagetti ini?" Lirih Jia.

...

Pagi ini Jia sudah terbangun dikarenakan suara berisik yang ditimbulkan dari arah ruang tamu dibawah dan juga suara hujan di luar. Perlahan, Jia berjalan keluar kamar dan berjalan menuruni anak tangga untuk melihat keributan apa yang sedang terjadi disana.

"Revan, dingin." Rani bergelayut manja pada lengan Revan yang sedang bermain game di televisi, selanjutnya Revan menarik Rani ke dalam pelukannya.

"Rev, apa Jia tidak akan merasa terganggu?"

"Kamu tidak perlu khawatir, anggap saja dia hanya sebuah bayangan."

Setelah itu Rani tersenyum, dan Revan tanpa ragu mengecup dahi wanita itu dan membuatnya bertingkah semakin manja di pelukannya.

Jia kembali memasuki kamarnya, matanya sudah cukup merasa panas melihat adegan seperti itu di awal harinya. Karena setiap melihat Revan dan Rani hati Jia selalu berkata bahwa dia telah salah memilih jalan selama ini, bahkan Revan hanya menganggapnya sebagai bayangan, bukan seorang istri.

"Kamu nanti mau liburan ke mana?" Rani menatap mata Revan begitu juga sebaliknya.

"Ke Jerman? Kamu mau ikut?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang