Remember

1.3K 92 14
                                    

Oke pertama sebelum masuk cerita, bie kesayangan kalian ini minta maaf beuthhh... karna updatenya lama.
Kedua, makasih buat yang ngevote chapter sebelumnya dan nyemangatin bie kesayangan kalian buat lanjutin this ceuritah💕

So tanpa perlu lama lama lagi.
Chek-i-doth

Preview :
"Sejak kapan kami bertengkar? Dia adalah anak yang penurut dan aku menyukai anak yang manis sepertinya"

Apa? Sejak kapan kami bertengkar?
Anak penurut?
Menyukai anak yang manis?

Apa ia salah minum air pagi ini?






"Ini aneh" gumamku pelan.

"Tidak bahkan ini terlalu aneh" ujarku lebih pelan bahkan layak disebut dengan mendesis.

Aku berjalan lagi, terus melangkahkan kakiku yang sedari tadi tidak dapat berhenti menapak di lantai yang cukup dingin ini. Terus berjalan bolak balik seperti setrikaan, dikelilingi dengan puluhan pertanyaan, belasan pernyataan dan imajinasi imajinasi liar yang bermain dengan manisnya di otakku yang serasa ingin meledak saat ini.

Bukh.

"Appoooo" ujarku meringis, pada akhirnya otakku, ralat *kepalaku benar benar meledak. Aku mengelus ngelus jidatku yang ternyata tertabrak tembok. Yah aku sedikit bersyukur karna kepalaku tidak benar benar hancur berkeping keping saat ini.
Aku memukul tembok itu dan kembali meringis.

"Aish, sejak kapan tembok ini ada disini?" Tanya ku kesal. Aku mengerucutkan bibirku heran.

"Tembok itu sudah ada bahkan sebelum aku menginjakkan kakiku pertama kali disini ri."ujar daesung hyung tiba tiba.

"Aihhh.. hyung. Kau mengaggetkanku saja.. Sejak kapan kau berada disitu? Kenapa kau bisa kesini?" Tanyaku aku menautkan kedua alisku

"Sejak sebelum kau membenturkan jidat lapangan bandara mu itu ke tembok dengan tidak sengaja" ujar Daesung hyung lagi, dan perkataannya membuatku teringat akan jidatku lagi, dan aku mulai merasakan kembali jidatku yang kembali berdenyut.

Ia melipat tangannya didepan dadanya, dan menghela nafasnya menatapku heran. Aku pun menghampirinya dengan cemberut dan duduk disebelahnya. Sembari memijat pelan jidatku yang ditutupi rambutku.

"Apa sih yang sebenarnya kau fikirkan ri? Aku saja sampai pusing melihatmu bolak balik seperti kucing yang mencari anaknya" ujar Daesung.

"Ini bukan mencari anak hyung~~ aku kan tidak mempunyai anak. Aku masih single" ujarku jujur.

"Iya aku yakin akan hal itu. Kau masih terlalu polos untuk membicarakan tentang anak. Juga kau kan jomblo. Masih tidak bisa berpacaran"ujar Daesung hyung blak blakan.

Bilang saja hyung tidak ingin aku mendahului hyung kan?

"Hyungggg~~~" rengekku. Kulihat Daesung tersenyum melihatku.

"Ini kali pertama aku mendengarmu berbicara layaknya seorang anak kecil ri" ujar Daesung hyung. Aku mempoutkan bibirku tidak terima. Memang akt

"Tapi hal itu membuatku semakin gemas kepadaku.. baby riiiiiii~~~~ kemari ke hyungmuuuuu" ujar Dae hyung, ia segera mencubit pipiku dan memelukku sangaaaatttt erat, lalu beberapa saat kemudian ia menghempaskan tubuh kami berdua di ranjang yang cukup empuk ini.

Tak cukup dengan menghempaskan tubuh kami. Ia menggelitikiku hingga aku ingin menendangnya jauh jauh tapi, memang kuakui ia jauh lebih kuat dari diriku. Aku yang tak berdaya ini pun tertawa sekencang kencangnya dan hanya bisa memintanya untuk berhenti. Aku benar benar lupa akan segala permasalahanku saat ini, karna aku terlalu sibuk untuk tertawa dan menggelitiki dae hyung balik.

Just look at me[GRi] ; slow updateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang