Memories of Gisaeng

13K 488 12
                                    

Prolog

Rembulan bundar yang terang mulai tersaput awan gelap. Angin musim dingin berhembus pelan, menelusup masuk melalui sela-sela pintu dan jendela yang tidak tertutup rapat, menyentuh tengkuk seorang peramal wanita hingga membuat bulu kuduknya berjengit. Alisnya mengernyit, bukan karena dinginnya angin musim dingin. Matanya sedang terpejam, namun ia dapat melihat sesuatu. Sesuatu yang jauh dari jangkauannya, sesuatu yang ia sendiri masih belum mengerti.

Ia melihat tangan yang berjubah merah menarik pita yang mengikat jeogori tipis, kemudian melepas jeogori itu hingga nampak kulit dada yang putih mulus. Dia tak dapat melihat wajah mereka. Ia hanya bisa melihat gache berhiaskan aneka hiasan rambut di atas kepala pemilik jeogori itu.

Gisaeng, peramal itu menyimpulkan.

Kemudian gisaeng itu bangkit berdiri, setelah meletakkan sebuah binyeo emas dengan bentuk ekor burung merak, di samping seorang pria yang masih tertidur. Gisaeng itu membuka pintu dan tiba-tiba penglihatannya berganti menjadi sebuah pondok kecil yang entah berada di mana. Sayup-sayup ia mendengar tangis seorang bayi. Kemudian pintu pondok itu tiba-tiba terbuka. Seorang bocah lelaki keluar dari sana. Lagi-lagi peramal itu tidak bisa melihat jelas wajahnya. Bocah itu berpakaian lusuh seperti budak, kemudian berganti menjadi seragam pengawal kerajaan seiring dengan bertambah tinggi tubuh anak lelaki itu. Dan ketika bocah itu telah menjadi seorang pria, mata peramal itu tiba-tiba terbuka dan terbelalak. Tampaknya ia terkejut dengan apa yang dilihatnya. Lelaki itu ... mengenakan pakaian raja.

~~~

Di malam yang sama, istana Joseon sedang berduka. Putera mahkota satu-satunya baru saja meninggal dunia. Seluruh pegawai istana berkumpul di depan kediaman Permaisuri, berlutut dan menangis. Di dalam kamar, Permaisuri tak henti menangis sambil memeluk tubuh puteranya yang sudah mendingin. Sementara sang Raja duduk tak jauh dari sana, masih mengenakan pakaian tidur. Matanya menerawang sedih.

Raja merasa seperti kena kutukan. Semua anak laki-laki yang dilahirkan oleh Permaisuri maupun Selir-Selir tidak bisa bertahan lebih dari lima tahun. Sebenarnya dia sudah menaruh harapan kepada anak lelaki terakhirnya ini, karena anak ini bisa bertahan hidup hingga usia dua belas tahun. Kini Raja tidak punya penerus lagi. Usianya sudah terlalu tua untuk memiliki anak lagi.

Masih dalam posisi duduk, Raja memejamkan kedua matanya. Semilir angin yang masuk melalui pintu membuatnya mengantuk. Dalam tidur singkatnya, ia memimpikan kejadian yang sama dengan penglihatan wanita peramal tadi, tentang gisaeng, binyeo, hingga anak yang mengenakan pakaian raja.

Raja pun terbangun dan berlari ke kamarnya. Para kasim dan pelayan tergopoh-gopoh menyusulnya. Raja membongkar lemarinya hingga menemukan sebuah kotak berisi sebuah binyeo. Binyeo emas berbentuk ekor merak.

Sang Raja terduduk lemas di atas lantai kayu yang dingin. Kelebat memori berputar di benaknya. Sentuhan tangan lentik yang lembut, kecupan bibir merah merekah, pelukan di pinggang yang ramping, dan serta gelungan rambut yang wangi. Mendadak Sang Raja dapat merasakan semuanya kembali.

"Dia ... Mungkinkah?"

~~~

Jemari lentik menari di atas senar gayageum, mengalunkan nada-nada indah yang merdu didengar. Dengan kelopak mata indah meski telah dihiasi beberapa kerutan yang terpejam, dia menikmati musik yang dia mainkan.

Seorang wanita berpakaian ala Gisaeng menghampirinya, "Haengsu, Yang Mulia memanggil Anda ke istana."

Jemarinya berhenti menari. Mata indah itu terbuka perlahan. Bibir merahnya menyunggingkan senyum tipis, cenderung sinis.

To Be Continue

Kamus:

Gisaeng = wanita yang berprofesi sebagai penghibur Raja dan para bangsawan di Korea pada jaman dinasti Joseon.

Jeogori = baju bagian atas hanbok (pakaian tradisional korea)

Binyeo = tusuk konde panjang. Jenis dan model tusuk konde biasanya bergantung pada kelas atau strata penggunanya.

Haengsu = Gisaeng tingkat tertinggi yang menyanyi dan menari di pesta warga kelas atas dan bertanggung jawab atas pelatihan gisaeng baru di setiap distrik.

Gache = wig yang dipakai oleh gisaeng untuk menambah volume rambut ketika digelung

Gayageum = alat musik berdawai tradisional korea berupa kecapi dengan 12 senar

Memories of Gisaeng ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang