20th Memory - End

5.5K 279 18
                                    

Myung Geum sedang mencuci tumpukan baju dengan budak perempuan lainnya, ketika dirinya dipanggil oleh petugas dan dinyatakan bebas. Dia dijemput oleh pengawal kerajaan dengan menggunakan tandu. Para dayang memandikannya dengan air bunga segar yang wangi. Dia dipakaikan hanbok sutra mahal untuk wanita bangsawan, beserta aksesorisnya. Setelah itu barulah dia dibawa menghadap kepada raja baru yang memanggilnya ke istana. Dia sama sekali tidak habis pikir, bahwa raja baru itu adalah pria yang dia cintai.

Meskipun sudah bebas dari hukuman, status Myung Geum sebagai gisaeng belum kembali. Yong Goo berencana mengganti status Myung Geum menjadi bangsawan, agar dia bisa menjadikan Myung Geum sebagai permaisurinya. Tetapi Yong Goo belum melakukannya, karena ingin menanyakan pendapat Myung Geum terlebih dahulu.

Yong Goo sempat membayangkan, Myung Geum akan tersenyum bahagia dan segera mengangguk setuju kala Yong Goo memberitahu tentang rencananya itu. Tetapi reaksi Myung Geum malah berbeda dari yang dia bayangkan. Myung Geum tertegun. Dia meminta waktu untuk memikirkannya. Yong Goo memintanya untuk tinggal di istana, tetapi Myung Geum menolak. Dia pulang ke gibang.

Sebenarnya, siapa sih yang tidak mau jadi bangsawan? Apalagi menjadi permaisuri raja! Lagipula Myung Geum sangat mencintai Yong Goo, dan ingin menghabiskan hidup bersamanya. Tetapi ketika jalan menuju ke sana dipermudah, Myung Geum malah bingung. Semua ini terasa mendadak dan dia tidak siap.

***

Eon Hwa menyerahkan kembali Binyeo merak emas kepada Myung Geum.

“Selamat datang kembali,” ucap Eon Hwa.

“Terima kasih.”

Eon Hwa melihat tangan Myung Geum yang penuh bekas luka. Dia meraih dan mengelusnya, terasa kasar. Eon Hwa menangis. Myung Geum mengusap air mata sahabatnya.

“Kau pasti sangat menderita.”

“Tapi penderitaan itu sudah selesai sekarang. Aku kembali.”

Eon Hwa memeluk Myung Geum erat. Mereka menangis bersama. Tangis bahagia.

***

“Menjadi permaisuri? Hebat!” Mata Eon Hwa berbinar takjub.

Myung Geum telah menceritakan rencana Yong Goo kepada Eon Hwa.

“Tetapi aku masih ragu…”

“Apa yang kau ragukan? Kalau aku jadi kau, pasti aku langsung setuju! Permaisuri. Istri pertama Raja. Mimpi pun aku tak berani.”

Mata Myung Geum menerawang, “Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidup di istana. Bahagia kah? Atau malah terkekang?”

“Hm… benar juga. Kita adalah seniman yang berjiwa bebas. Kau tidak mungkin bisa menari lagi jika sudah jadi istri Raja. Tapi aku yakin, kau pasti bahagia, karena kau akan tinggal bersama dengan pria yang kau cintai. Bukankah itu yang kalian inginkan selama ini? Meski mungkin suatu saat Raja akan punya banyak istri, untuk mendapatkan pewaris, aku yakin kalau hanya kaulah satu-satunya yang dia cintai sepenuh hati.”

Kepala Myung Geum tertunduk, “Tapi aku ini mantan gisaeng. Tubuhku telah dipakai oleh banyak pria. Aku tidak suci lagi. Bagaimana mungkin wanita kotor ini menjadi ibu bagi negara?”

“Kau takut suatu saat akan dicemooh?”

Myung Geum menggeleng, “Aku hanya merasa tidak layak. Aku tidak ingin membuatnya dipermalukan oleh rakyat, karena memperistri seorang gisaeng. Lagipula bukankah dia juga sudah punya permaisuri dari keluarga terhormat? Dialah yang lebih layak.”

Myung Geum mengingat kembali pertemuannya dengan permaisuri Ha sebelum pulang ke gibang. Mereka berbincang sebentar. Permaisuri Ha adalah wanita yang tampak sederhana tetapi anggun. Dia baik dan bersahaja.

Memories of Gisaeng ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang