3rd Memory

6.1K 364 4
                                    

Asrama sekolah bangsawan Sungkyunkwan malam ini tampak lengang. Semua siswa telah masuk ke kamar masing-masing untuk belajar maupun istirahat. Salah satu kamar mematikan cahaya hingga gelap gulita. Mungkin penghuninya sudah mau tidur.

Tapi tunggu dulu!

Pintu kamar itu terbuka perlahan. Seorang pemuda mengeluarkan kepalanya dari dalam, tengok kanan, tengok kiri. Setelah dirasa aman, dia berjalan mengendap-endap keluar. Tak lupa menutup pintu kamarnya. Dia berjalan menuju gudang belakang asrama, tepatnya ke belakang gudang itu. Tidak ada apa-apa di sana, hanya ada tembok tinggi tertutup semak-semak. Dia tidak memanjat tembok itu, melainkan menyibak semak-semak yang menutupinya. Ada lubang di sana yang bisa dimasuki oleh tubuh manusia.

Pemuda itu melewati lubang untuk keluar dari asrama. Dia tersenyum lega setelah keluar dari sana. Dia pergi ke Gibang Bu Yong dan disambut oleh gisaeng-gisaeng cantik di sana.

“Sudah lama tak bertemu, Hong Ran Noonim,” pemuda itu mencolek dagu seorang gisaeng.

“Tuan Muda Yong Goo, sudah lama tak berkunjung kemari,” kata Hong Ran.

“Akhir-akhir ini aku cukup kesulitan untuk menyelinap keluar.”

Hong Ran mengantar Yong Goo masuk dan melayaninya minum.

“Sa Rang, ambilkan gayageum untuk Tuan Muda Yong Goo.”

“Ah, kau memang paling mengerti aku, Noonim. Bahkan sebelum aku memintanya.”

Hong Ran hanya tersenyum sambil menuangkan arak beras. Setelah gayageum sudah ada di tangan Yong Goo, pemuda itu pun mulai memainkannya. Beberapa tamu yang merupakan pejabat dan pedagang kaya menikmati alunan musik yang dimainkan Yong Goo. Yong Goo begitu asyik bermain sambil memejamkan mata, hingga ia tak sadar seorang pria telah berdiri tegak di hadapannya. Begitu ia membuka mata, ia terkejut bukan main sampai tubuhnya mundur ke belakang.

Hyu… Hyungnim…

***

Kamar itu begitu hening, padahal ada dua orang di dalamnya. Hanya sesekali terdengar bunyi air yang dituang dari kendi ke gelas. Yong Goo duduk dengan kedua lutut bertumpu di atas lantai. Kepalanya menunduk sedari tadi. Kakaknya, Yong Han, duduk santai sambil minum arak beras. Saat hendak menuang arak lagi, Yong Goo berinisiatif untuk menuangkan, tetapi Yong Han menepis tangan pemuda itu.

“Kau tahu apa yang kau lakukan malam ini, juga malam-malam sebelumnya?”

“Ya, Hyungnim. Tapi aku tidak tidur dengan gisaeng seperti yang kau duga. Aku hanya berlatih musik dan seni.”

“Berlatih musik sambil sesekali merayu dan memeluk gisaeng?”

“Ta… tapi kan tidak tidur…”

Yong Han menggeberak meja, “Kau ini masih bocah, masih anak sekolah! Kau lupa, kalau kau adalah adik kandung dari menteri pendidikan?”

Yong Goo diam saja, tidak membantah kakaknya.

Yong Han menghela napas panjang dan mulai melunak, “Yong Goo, sabarlah sedikit. Sebentar lagi kau juga lulus dari Sungkyunkwan dan jadi pejabat sepertiku. Saat itu, silahkan datang ke gibang manapun, bahkan kalau kau mau tidur di sana berhari-hari, silahkan. Asal tidak mengambil mereka jadi istrimu saja. Untuk saat ini, kau belajar saja yang rajin, jangan bermain-main lagi. Apa kau tidak kasihan padaku, yang selalu dimarahi oleh Abeoji tiap kali kau berbuat kesalahan? Aku dianggap sebagai kakak tertua yang tak bisa mengajari adiknya. Lagipula aku juga malu, adiknya menteri pendidikan malah melanggar peraturan sekolah.”

“Maafkan aku, Hyungnim.”

“Sekarang tidurlah. Aku sudah menghubungi penjaga asrama, beralasan kalau aku memintamu untuk tidur di rumahku. Nah, aku lagi kan yang kena.”

“Iya. Selamat tidur, Hyungnim,” pamit Yong Goo sebelum keluar dari kamar Yong Han.

Yong Goo tidak langsung masuk ke kamarnya. Dia duduk sebentar di teras. Merenung. Lee Yong Goo adalah anak dari Lee Yong Suk-Gun, kakak tiri Raja Joseon yang sedang memerintah kini. Jadi bisa dibilang Yong Goo adalah sepupunya pangeran dan putri raja. Yong Han adalah kakak tertua di keluarga itu. Dia pintar dan berprestasi. Dia menjadi guru di Sungkyunkwan sebelum menjadi menteri pendidikan di usia muda. Dia sudah menikah dengan putri menteri pertahanan dan sudah dikaruniai seorang anak perempuan. Yong Goo juga mempunyai kakak perempuan bernama Lee Sae Young yang juga pintar serta cantik. Dia dijodohkan dengan anak Perdana Menteri Kim yang kini menjabat sebagai kepala sekolah Sungkyunkwan. Kakak dan adik-adik tirinya yang lahir dari selir juga pintar-pintar.

Setelah direnungkan, tampaknya dari seluruh anak-anak Lee Yong Suk, hanya Yong Goo sendiri yang merupakan anak bandel, bodoh, dan selalu membuat ayahnya kesal. Yong Goo senang main di gibang bersama para gisaeng yang usianya lebih tua darinya. Tetapi seperti yang telah dia katakan pada kakaknya barusan, dia tidak tidur dengan para gisaeng itu. Di sana dia belajar seni, pelajaran yang dilarang oleh sang Ayah.

Sebenarnya Yong Goo dilahirkan dengan darah seni yang kental, menurun dari kakek dari pihak ibu yang dulu merupakan menteri kebudayaan. Sejak kecil dia telah menampakkan bakatnya dalam melukis dan bermain musik. Tetapi Yong Suk lebih suka putra-putranya terjun dalam dunia politik seperti dirinya. Maka dari itu, Yong Goo pun dimasukkan ke dalam asrama Sungkyunkwan seperti saudara-saudaranya yang lain. Terkurung di dalam asrama tidak mematikan jiwa seninya. Dia sering diam-diam melukis dan mengarang puisi. Setelah menginjak masa remaja, dia pun mulai menyusup keluar untuk belajar musik di Gibang Bu Yong. Hukuman demi hukuman selalu dia terima jika ketahuan oleh ayahnya, namun dia tak pernah berhenti mempelajari apa yang disukainya.

***

Malam ini adalah malam kebebasan bagi para siswa di Sungkyunkwan. Sebulan sekali mereka boleh keluar asrama sampai jam sepuluh malam. Hal ini digunakan oleh para siswa untuk bersenang-senang di gibang atau kedai-kedai. Seperti biasa, Yong Goo ke Gibang Bu Yong. Kali ini dia tidak sendirian. Tiga temannya ikut serta, Moon Jae Ha, Choi Yoon Shik, dan Kim Dong Joon. Kebetulan malam ini Gibang Bu Yong menyajikan tarian yang ditarikan oleh calon gisaeng yang masih muda-muda, menyegarkan mata para pria yang selama ini lebih sering dilayani oleh gisaeng yang sudah berusia di atas dua puluh. Tetapi para calon gisaeng itu masih belum boleh melayani para tamu, hanya boleh menari, menyanyi, dan main musik.

Semua tamu mengidolakan Ah Reum yang tampak lebih bersinar, termasuk Jae Ha dan Dong Joon. Liur Jae Ha bahkan sampai menetes saking kagumnya. Dong Joon yang duduk di sampingnya mengernyit jijik, menggeser bokongnya menjauh. Sementara itu, mata Yong Goo tak henti memandang para calon gisaeng yang sedang menari dengan lemah gemulai itu. Lebih tepatnya dia melihat ke arah satu orang.

Noonim, boleh tahu, yang menari di pojok kiri belakang itu siapa?” tanya Yong Goo pada Hong Ran yang duduk di sampingnya.

“Oh, nama gisaengnya adalah Myung Geum. Kenapa? Kau suka padanya? Tapi kau harus menunggu sampai beberapa tahun lagi untuk mendapatkannya, Tuan Muda. Kalian masih belum cukup umur.”

“Myung Geum…” gumam Yong Goo pelan, tak menjawab pertanyaan Hong Ran.

Tetapi bukan hanya Yong Goo yang mengagumi Myung Geum. Choi Yoon Shik pun memiliki rasa yang sama. Namun dia hanya diam saja, berusaha acuh dengan meminum arak.

TBC

Hyungnim = panggilan untuk kakak laki-laki, oleh adik laki-laki

Abeoji = ayah

Noonim = panggilan untuk kakak perempuan / perempuan yang lebih tua, oleh adik laki-laki

-Gun = panggilan untuk pangeran yang lahir dari selir

Memories of Gisaeng ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang