Yong Sook dan beberapa pejabat berkumpul di kediaman Yong Sook. Yang Sook tidak mau mengambil resiko, pembicaraan mereka terdengar lagi oleh orang lain setelah Eun Hwa.
“Yang Mulia kini sedang sakit keras. Ini kesempatan yang bagus, Daegam,” usul Menteri Perpajakan.
Yong Sook menggeleng, “Jangan gegabah. Kita harus menunggu sampai Yang Mulia wafat, baru bergerak.”
“Tetapi, bagaimana kalau tiba-tiba Yang Mulia sehat kembali?” tanya Menteri Perpajakan.
“Tidak mungkin, penyakit beliau sudah sangat kronis. Tanpa diberi racun pun, sebentar lagi juga akan meninggal,” kata Kepala Tabib Istana.
Yong Sook terkekeh, “Nah, ahlinya sudah berbicara. Kita serahkan saja padanya. Benar begitu, Kepala Tabib?”
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Mereka semua mendadak bungkam.
“Siapa?” tanya Yong Sook.
“Hamba Dol Sae, Daegam-manim. Hamba membawakan surat dari pelayan Perdana Menteri Kim untuk Daegam-manim.”
Semua orang yang berada di dalam ruangan sempit itu menghela napas lega. Yong Sook menyuruh pelayannya masuk dan mengambil surat itu. Paras Yong Sook mengeras setelah membaca surat itu.
“Ada apa, Daegam?” tanya Menteri Perpajakan.
Yong Sook menggebrak meja, mengejutkan para pejabat, “Si tua bangka itu membatalkan pertunangan antara Sae Young dengan putranya, karena putranya akan dinikahkan dengan Putri Kyung Hye.”
Para pejabat terkesiap. Perjodohan antara putri Yong Sook dengan putra Perdana Menteri memang untuk menggaet Perdana Menteri Kim untuk mendukung Yong Sook. Tetapi dengan pembatalan ini, serta rencana pernikahan putra Perdana Menteri dengan putri raja, itu artinya…
Yong Sook tersenyum miring, “Itu artinya Perdana Menteri Kim sudah memilih hari kematiannya.”
***
Eon Hwa, Ah Reum, dan beberapa gisaeng seumur mereka, kini sudah boleh melayani tamu, baik di dalam, maupun di luar gibang. Beberapa tamu yang nakal, terkadang menyentuh-nyentuh tubuh mereka, bahkan memeluk mereka. Awalnya memang terasa risih, namun mereka harus bertahan, karena inilah resiko menjadi gisaeng. Beberapa yang sudah terbiasa, mulai melayani di dalam kamar-kamar privat.
Namun hanya Eon Hwa dan Myung Geum yang terbilang sangat jarang melayani tamu di kamar. Eon Hwa cenderung memilih pelanggan yang mau dia layani. Sifatnya yang keras dan dingin, kerap membuat beberapa pelanggan kesal dan marah. Hanya pria-pria bermental tangguh yang tahan dengan sifat Eon Hwa, yang akhirnya bisa mendapatkan pelayanan memuaskan dari Eon Hwa. Sedangkan Myung Geum lebih parah lagi, para tamu hanya boleh puas sebatas merangkul di ruang tamu, karena dia hanya mau melayani satu orang saja untuk pelayanan kamar.
“Ehhmmm…” seseorang berdehem ketika Myung Geum sedang dirangkul oleh seorang pria mabuk yang hampir menciumnya.
“Nauri…” Paras Myung Geum bagai orang tersesat di padang gurun yang baru menemukan danau besar nan jernih. Tampaknya dia benar-benar menderita saat bersama dengan pria mabuk ini.
“Hei, siapa kau? Mengganggu saja!” bentak pria mabuk itu.
“Maaf ya, boleh saya pinjam sebentar wanita cantik ini?” Yong Goo hendak menarik tangan Myung Geum, namun pria tadi memeluk Myung Geum semakin erat.
“Tidak boleh! Aku sudah membayarnya mahal untuk malam ini. Kau dengan wanita lain saja.”
“Ah, begitu ya? Kalau begitu…” Yong Goo duduk di hadapan pria itu sambil menuangkan arak, “Kita nikmati saja dia bersama-sama sambil minum arak, bagaimana?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories of Gisaeng ✔
Storie d'amorePerasaan cinta hanyalah sebuah kesia-siaan bagi seorang gisaeng. Meski mencintai seseorang sepenuh hati, gisaeng tidak boleh memilikinya. Gisaeng harus bisa menahan rasa sakit hati karena tak dapat meraih cinta. Tetapi ketika pada akhirnya cinta da...