62. Singkat Cerita

20.5K 1.5K 37
                                    

7 years laters...

Wangi masakan menyeruak dari dapur salah satu apartemen saat sang pemilik sibuk berkutat dengan beberapa bahan masakan untuk sarapan pagi ini. Di tengah kegiatannya itu, mendadak ia merasa ada sesuatu yang menarik-narik pelan ujung celemek bermotif beruang yang ia kenakan, membuat fokusnya teralih.

Kepalanya menoleh dan mendapati seorang anak kecil yang sedang memainkan gambar seekor beruang pada celemeknya dengan kedua pipi bulat yang menggembung.

Seulas senyuman mendadak terukir. Diletakkannya sayuran yang baru saja selesai ia cuci dan diraihnya tubuh anak kecil tadi ke dalam gendongannya.

"Selamat pagi, pangeran kecil. Kenapa kau bisa sampai di sini, hm? Kau kabur dari tempat tidur lagi? Bagaimana jika kau jatuh? Astaga," ditariknya pelan salah satu permukaan pipi berisi itu kemudian dikecupnya lembut dengan ujung hidungnya.

Wanita itu kembali melanjutkan aktivitasnya namun ia merasa kesulitan begitu beberapa helai rambutnya ditarik. Karena tak ingin sesuatu terjadi, akhirnya ia memilih menurunkan anak itu lalu berjongkok agar bisa menyamai tubuh mungil di depannya.

"Sayang, kembalilah ke kamar dan bangunkan ayah. Mengerti?" Sang ibu mencolek ujung hidung putranya.

"Eung!" Usai menjawab, bocah yang hampir menginjak usia tiga tahun itu pun berlari kecil kembali menuju kamar.

Setibanya di dalam, ia langsung berjalan perlahan menghampiri ranjang. Malangnya, bocah itu perlu berusaha agak keras agar benar-benar bisa memanjat ke atas dan hanya berpegangan kuat pada sprei.

"Ayah, bangun!" Bocah mungil itu langsung menduduki perut sang ayah dan dan menepuk-nepuk dada bidang pria dewasa itu.

"Ayah~"

Ia mendekati wajah sang ayah yang masih terlelap, kemudian ia mencium kedua pipi ayahnya secara bergantian. Hal itu sukses membuat kedua mata yang semula terpejam itu perlahan terbuka.

"Hm? Ini masih pagi, Kian .... " Bagas menguap usai mengatakannya dan ia kembali memejamkan kedua matanya namun bocah yang masih menduduki perutnya itu tak membiarkannya begitu saja dan kembali memukuli dadanya.

"Ayaahhhh~"

Karena tak tahan mendengarnya, akhirnya Bagas menyerah dan ia langsung mengubah posisinya menjadi duduk, dengan Kian yang berada di pangkuannya.

"Sekarang kau sudah pintar bicara, hm? Anak ayah memang pintar!" ujar Bagas seraya mengusap puncak kepala Kian hingga bocah itu menyunggingkan seulas senyuman lebar.

Usai kesadarannya benar-benar pulih, Bagas lantas turun dari atas ranjang dan pergi keluar dengan Kian yang berada di gendongannya.

"Kurasa hanya Kian yang benar-benar bisa membuatmu bangun. Dasar!" Wanita yang tengah memasak itu berujar pelan tanpa menolehkan kepalanya sedikit pun. Ia sibuk membuat omellete di dalam teflon.

Bagas tak berkomentar apapun dan meletakkan Kian di sebuah kursi khusus yang berukuran lebih kecil yang baisa digunakan untuk makan, lalu membuka sebungkus biskuit cokelat favorit putranya. Lelaki itu kemudian ia menghampiri sang istri dan memeluknya dari belakang.

Cup!

Ia mengecup bibirnya sekilas hingga Alana menghentikan aktivitasnya sejenak.

"Morning kiss?" Bagas tersenyum.

Kedua mata Alana berkedip dua kali dan wanita itu sudah mengangkat spatula yang dipegangnya ke udara.

"Dasar bodoh! Jaga sikapmu di depan Kian!" Alana melotot. Ia menatap Kian dan beruntungnya bocah itu sedang memainkan mainan yang ada di kursi miliknya dengan mulut yang sibuk mengunyah biskuit.

Stupid Marriage (New Version) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang