Chapter 6

236 37 1
                                    

"Pintu ke berapa yang sudah kau buka?" tanya Kris saat ia dan Zelo tengah berada di bagian tengah lantai satu di maskas The Army.

Zelo, dengan wajah yang bersinar ceria dengan rambut blonde ikalnya balik menatap Kris tanpa tatapan serius sedikit pun. "Enam puluh dua." Jawabnya dengan nada bangga yang tersirat jelas dalam suaranya.

"Jangan terlalu terburu untuk membuka pintu selanjutnya." Nasihat Kris dengan ekpresi minimnya seperti biasa.

"Yes, sir!"

Kemudian Kris berlalu pergi, namun langkahnya terhenti begitu ia melihat Sehun keluar dari pintu yang dijaga ketat sambil berlari-lari. Kening Kris berkerut heran. Lalu, "Zelo, kau ikuti Sehun." Perintahnya pada Zelo.

Tidak banyak bertanya ataupun protes, Zelo mulai berlari mengikuti Sehun.

Sedangkan Kris beralih menatap pintu yang menuju ruang bawah tanah. Pikirnya heran mengapa Sulli tak kunjung keluar juga. Dan—Oh! Ia lupa memberitahu Sehun bahwa L dan seorang gadis mencarinya.

Tak ingin memikirkan hal tersebut lama-lama, Kris pun masuk ke dalam pintu yang akan membawanya ke penjara bawah tanah untuk melihat Sulli. Ia bertanya-tanya mengapa Sehun bisa setega itu meninggalkan seorang gadis di dalam sana sendirian.

Begitu Kris masuk, semua kriminal diam dan menjauh dari besi sel—tidak seperti kedatangan Sulli dan Sehun tadi. Kris memiliki aura pemimpin yang tegas dan tidak segan-segan memasukkan para pemain yang berusaha mencuri atau membunuh pemain lain masuk kemari. Kris juga orang yang sangat dingin—entah itu ekpresi wajahnya, suaranya, ataupun sikapnya. Jadi, para kriminal lebih memilih menjauhinya karena takut ia akan melakukan sesuatu.

"Tidak akan penah." Kris mendengar suara seorang gadis ketika ia masuk jauh lebih dalam.

Suara Sulli.

"Ayolah, bantu aku. Setelah kita bebas dari dunia sialan ini, aku akan mentraktirmu." Pendengaran Kris sangat bangus. Jadi ia tidak mungkin salah jika ia menebak bahwa suara ini adalah milik Victoria.

"Tidak. Mau." Lagi-lagi Sulli menolak. Kali ini dengan penekatan pada tiap katanya. "Lagipula, apa yang membuat eonni berada di dalam sel?" dari kejauhan, Kris bisa melihat bahwa Sulli tengah berdiri agak jauh dari sel yang ditempati Victoria. Tangan kiri Sulli memegang kantung plastik hitam.

"Sudah kubilang Kris hanya salah paham padaku." Victoria bersikeras. "Kau bisa lihat sendiri bahwa kursorku masih hijau!"

Sulli mendecak sambil memunguti sesutu dari tanah lalu memasukkannya ke dalam kantung plastik di tangan kirinya. "Itu trik biasa." Katanya tanpa menoleh pada Victoria. Kemudian ia berdiri dan bertolak pinggang. "Eonni tahu bukan jika pemain terbunuh di sini, itu sama saja mati di dunia nyata. Dan, itu berarti semua yang ada di sini adalah pembunuh. Sama sepertimu, eonni."

Victoria diam. Ia kelihatan marah sekali, namun ia tahu bahwa ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Kemudian, Kris merasa sudah cukup memperhatikan Sulli dan Victoria dari jauh seperti ini. Jadi, ia mengangkat sebelah kakinya dan maju beberapa langkah agar dirinya bisa terlihat.

"Sudah dapat apa yang kau cari?" pertanyaan yang diucapkan Kris dengan tiba-tiba membuat Sulli hampir melompat sangking kagetnya.

Begitu ia menoleh, ia menghela nafasnya lega. Sedangkan Victoria langsung meringsut masuk ke pojok sel agar tidak bisa terlihat oleh Kris.

"Kau mengagetkanku, Kris!" pekik Sulli sambil memegangi dadanya. Kris diam, sama sekali tidak berniat untuk menanggapi pekikan Sulli, jadi ia menjawab pertanyaan Kris. "Sudah." Jawabnya sambil memperlihatkan kantung plastik yang dipegangnya dengan kedua tangan.

Death GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang