Epilog

431 49 11
                                    

Bae Sooji

Kakiku yang mengenakan sepatu flat berwarna biru gelap harus melebarkan langkahku saat hendak melewati genangan air yang tidak benar-benar lebar. Hujan baru saja reda sejak beberapa menit yang lalu sehingga bau kayu dari pepohonan yang selalu aku suka baunya menyeruak masuk ke hidung.

Kini aku tengah berjalan berdua bersama Sehun yang menggunakan mantel hitam panjang dan celana jeans hitam yang membuat kakinya terlihat kurus sekali. Kami berdua tengah berjalan di bawah menuju sebuah kafe di tengah kota Seoul untuk menghadiri sebuah reuni.

Yah... memang bukan reuni sepenuhnya sih karena yang menghadirinya bukan sepenuhnya teman-teman lamaku, melainkan beberapa pemain yang berhasil selamat dari permainan maut yang berhasil menewaskan beberapa manusia. Untung saja, setelah beberapa bulan setelah pencabutan log out itu dan membuat banyak pemain yang tewas sungguhan, Kim Jongdae—si tangan kanan Kris di dunia nyata—merubah banyak peraturan.

Dan, reuni kali ini memang hanya mengundang beberapa orang yang benar-benar selamat tanpa kehilangan memori mereka, tetapi tetap saja aku mengajak Sehun—lebih tepatnya sih mereka memang mengajak Sehun walaupun lelaki itu tidak mengingat mereka.

Setelah berjalan cukup lama, aku dan Sehun sampai di depan sebuah kafe yang terlihat normal dengan beberapa bangku yang dibiarkan di tempatkan di luar ruangan dan beberapa bangku ditempatkan di dalam ruangan yang dindingnya dibuat dari kaca besar dan kokoh agar para pengunjung bisa melihat ke luar ruangan dengan bebas.

Di sanalah aku melihat semua pemain yang—walaupun gaya rambut mereka berubah, tetapi aku tetap bisa mengenali mereka—tampak normal seperti remaja lainnya. Malah tidak telihat bahwa orang-orang itu pernah memegang pedang dan membunuh sekumpulan monster mengerikan.

"Itu mereka!" aku mengulas senyum ketika Zelo melambaikan tangannya padaku dan Sehun setelah membuatku dan Sehun menjadi pusat perhatian selama beberapa detik.

"Maaf kami telat." Kataku sembari menarik kursi kosong yang berada di sebelah kanan Myungsoo oppa. Dan, sehun pun juga menarik kursi kosong di sebelah kananku.

"Sehun, kau mengingatku?" tanya gadis berambut panjang yang agak bergelombang yang kuketahui bernama Sulli tepat setelah Sehun menempatkan pantatnya di kursi. Kulihat Sehun menoleh pada Sulli dengan wajah heran.

"Noona, jelas-jelas kau tahu dia tidak mengingat siapa-siapa di sini kecuali Sooji noona. Kenapa kau masih menanyakannya juga?" Aku mengernyit ketika Zelo yang rambutnya berwarna pirang memanggilku dan Sulli dengan embel-embel noona. Dia sama sekali tidak terlihat lebih muda dariku walaupun sikapnya masih kekanakan.

"Sehun hyung, kau mau orang-orang di sini mengenalkan dirinya, atau tidak?" tawar Zelo kemudian setelah membuat Sulli mengerucutkan mulutnya seperti anak kecil. Oh, di dunia Virtual memang aku tidak terlalu mengenalnya bahkan bicara padanya saja belum pernah, tetapi kurasa dia orang yang menyenangkan. Sama seperti Zelo.

Begitu aku menoleh ke arah Sehun untuk menunggu jawabannya, tanpa diduga-duga, Sehun justru menoleh padaku untuk meminta saran apakah menjawab jawaban Zelo dengan ya atau tidak. Dan karena aku juga belum mengetahui nama-nama asli dari orang-orang di sini—dan juga ada beberapa orang yang belum kuketahui namanya—jadi akupun menganggukkan kepala.

Sehun menganggukkan kepalanya pelan-pelan sambil melihat Zelo acuh tak acuh—benar-benar gaya Oh Sehun yang sangat kukenal. Lalu, "Terserah saja." Katanya dengan mengangkat bahunya tak peduli.

"Aku Choi Junhong," kata Zelo. Ah, Choi Junhong? Pantas saja dia sangat tinggi seperti tiang listrik—nama belakangnya adalah Choi. Selama ini, aku selalu mengenal orang-orang bermarga Choi adalah orang-orang yang memiliki kaki jenjang dan tubuh menjulang tinggi. "Alias Zelo." Tambahnya dengan cengiran khas anak-anaknya.

Death GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang