F e b r u a r y

96 15 13
                                    

Warna pink-merah dan bentuk hati menghiasi hampir seluruh pusat perbelanjaan Yokohama. Apa lagi kalau bukan menyambut tanggal 14 Februari, hari Valentine? Valentine dan segala bentuk keromantisannya yang sangat mendunia.

Lucy Montgomery menyukai hari Valentine. Wajar saja, ia suka hal-hal yang romantis. Meski begitu, Lucy belum pernah berpartisipasi langsung dalam memeriahkan hari kasih sayang tersebut—memberi cokelat pada teman atau orang yang disuka, misalnya. Sama sekali belum pernah. Ia hanya seorang pengamat—dan penggemar.

Dua hari sebelum tanggal 14, Lucy mengunjungi pusat perbelanjaan—sekedar membeli kebutuhan sehari-hari: sabun, sampo, pasta gigi, dan sebagainya. Setelah membeli seluruh benda yang berada di list-nya, ia berjalan-jalan sebentar.

Langkah milik Lucy terhenti begitu netranya menangkap rombongan gadis yang masuk-keluar dari sebuah toko. Oh, toko cokelat. Mungkin membeli cokelat untuk diberikan pada teman mereka atau sebagai sampel. Yang jelas, Lucy tidak akan masuk ke toko tersebut—sampai benaknya berbisik.

Kenapa tidak mau mencoba memberikan cokelat ke para pegawai kafe dan Manajer ... atau Jinko?

Dilema Lucy dimulai.

.

.

Bungou Stray Dogs © Kafka Asagiri (writer) & Harukawa 35 (illustrator).

Fanfiksi ini dibuat untuk menyalurkan kegemaran semata.

Warning: (possibly) OOC, SPOILER (manga), may contain headcanon(s).

YOU HAVE BEEN WARNED.

.

.

"Haaaah...." Lucy mengembuskan napas pasrah untuk kesekian kalinya.

"Kau tidak apa-apa, Lucy-chan? Kau terlihat tidak bersemangat. Ada masalah?" tanya Ibu Kafe, merasa sedikit khawatir karena Lucy tampak muram dan terlalu sering melamun pada hari itu.

Lucy memberikan senyum kecil pada sang wanita, menggeleng pelan. "Aku tidak apa-apa, kok, Nyonya."

Wanita tersebut tampak tidak percaya. Namun, bila Lucy tidak mau bercerita, ia juga tidak bisa memaksa. "Oh, iya," Ibu Kafe kembali bersuara, "besok hari Valentine, kan?"

Pertanyaan dilontarkan tanpa maksud tertentu. Hanya saja, pertanyaan itu berefek sebaliknya untuk Lucy. Si gadis berkebangsaan Kanada lagi-lagi mengembuskan napas, lalu mengiyakan dengan suara pelan. Pikirannya melayang pada apa yang ia lakukan kemarin.

Kemarin, setelah memerhatikan toko cokelat dari kejauhan cukup lama, Lucy berjalan masuk ke bangunannya—entah roh apa yang merasuki Lucy. Ia membeli dua kotak kecil chocolate truffle dan satu bar cokelat bermerk. Begitu sampai di apartemen, Lucy mengutuk dirinya yang menghabiskan sisa belanjaannya hanya untuk berpartisipasi dalam hari Valentine—yang sejujurnya tidak perlu.

Untuk cokelatnya, tentu saja ia tahu mana yang akan ia berikan pada teman sepekerjaannya (orang-orang Kafe) dan mana yang akan ia berikan pada Jinko. Tidak, Lucy tidak mau membuat cokelat baru dari batangan cokelat yang ia beli (ia sadar membuat cokelat tidaklah mudah). Yang menjadi konflik batinnya adalah bagaimana ia akan memberikan cokelat kepada sang pemuda bersurai perak.

Rasanya ingin mendekam di Anne's Room seharian saja.

* *

Di kediamannya, sepulang dari tempat kerja, Lucy mengutak-atik handphone miliknya. Ia sedang mencari informasi yang barangkali bisa ia terapkan besok—saat memberikan cokelat ke Atsushi. Tips-tips yang bertebaran di internet malah kebanyakan berupa omong kosong dan ngawur. Tidak cocok untuknya. Hei, Lucy ingin tahu bagaimana caranya memberi cokelat dengan normal, tanpa rasa canggung. Sedaritadi, yang didapatkannya malah tips memberikan cokelat kepada orang yang disuka.

NOPE. JINKO IS NOT HER CRUSH.

Your opinion is invalid. Internet's tips are trash.

Setelah membuka laman demi laman, Lucy akhirnya memasukkan keyword lain dalam kolom pencarian. Scroll, scoll, dan hupla! Ia mendapat ide yang mungkin sesuai dengan apa yang ia harapkan.

* *

Setelah semua pekerjaannya tuntas—laporan dan dokumen sejenisnya—Nakajima Atsushi akhirnya dapat menikmati waktu istirahat. Ditemani Izumi Kyouka, ia menuruni tangga gedung, bermaksud menghabiskan waktu di Kafe Uzumaki.

Kafe tampak tidak ramai, tetapi juga tidak sepi. Kedatangan mereka berdua—Atsushi dan Kyouka—disambut oleh Lucy dengan normal, tanpa keramahan yang dibuat-buat (lagipula, Lucy tidak mau beramah-tamah dengan kedua orang ini).

"Dua gelas kopi, seperti biasa?" tanya Lucy; tidak usah repot-repot membuka memo dan menoreh tinta bolpoin di kertas. Ia sudah hapal pesanan jam istirahat dua manusia dari Agensi ini.

"Ya, dengan dua chiffon cake." Atsushi menoleh sesaat ke arah Kyouka. Kyouka mengangguk sekali, menandakan ia setuju dengan pesanan Atsushi.

"Oke."

Lucy membalikkan badannya. Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam ruangan khusus staff kafe. Ia meminta koki untuk menyiapkan dua chiffon cake. Setelah itu, ia tidak langsung kembali ke bagian depan kafe. Malah, ia mengambil bahan-bahan yang ia butuhkan, seperti bar cokelat yang sudah dipotong kecil-kecil, susu, dan sedikit garam. Ia akan membuat minuman cokelat. Oh, tak perlu khawatir. Lucy sudah memberitahu Manajer soal kejutan ini. Manajer memperbolehkannya, pria tua itu benar-benar orang yang baik.

Lucy menghela napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya perlahan. "Oke." Ia menyemangati diri sendiri, sesaat kemudian mulai beraksi.

* *

"Ini ... salah pesanan?" Atsushi memerhatikan likuid yang mengisi kedua cangkir.

"Pelayananmu buruk," tambah Kyouka; bahkan tidak menaruh minat pada cangkir yang berada di atas meja.

"Aku tidak salah memberi pesanan DAN pelayananku TIDAK buruk." Lucy mendelik pada Kyouka. "Ini spesial. Kau tahu, uhh, untuk Valentine," gumamnya. "... Kalian juga tidak usah membayar minumannya."

Pipi Atsushi mengeluarkan semburat merah samar. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Ia meraih salah satu gelas. "Terima kasih, kalau begitu."

Lucy menyembunyikan setengah wajahnya—hidung ke bawah—di balik nampan. Ia berusaha mati-matian untuk tidak memperlihatkan romannya yang memerah. "Uhh, ya. Sama-sama." []

12 Months: Lucy M. Montgomery | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang