"Sudah kubilang, aku TIDAK MAU!" Lucy berjalan dengan mengentak-entakkan lantai Kafe. Nakajima Atsushi yang mengekorinya tampak hampir putus asa.
"Ayolah, Lucy-san. Hanya kau yang bisa membantu aku! Aku tidak paham dengan selera perempuan ... dan aku bingung ingin memberi apa untuk Kyouka-chan, sebagai balasan cokelat yang ia berikan padaku pada hari Valentine kemarin." Atsushi kembali menjelaskan, berusaha membuat Lucy berubah pikiran.
Gadis itu—yang sedari tadi berbolak-balik—akhirnya menghentikan langkah. Ia mengembuskan napas sebal (gondok dengan Jinko yang terus membujuknya). Akhirnya, ia berbalik—menghadap Atsushi—dan berkata, "Baiklah."
"Benarkah?!" Kini, air muka Atsushi tampak sangat cerah. Senyum lebar terkembang di paras pemuda itu. Matanya berkilat senang. "Terima kasih, Lucy-san!"
Semburat merah menghiasi pipi Lucy begitu melihat ekspresi manis yang diperlihatkan padanya. "Aku tidak mau kau menggangguku dengan ocehanmu lagi." Ia melirik ke arah lain. "Aku juga tidak menjamin rekomendasiku akan bagus."
"Tidak masalah! Kalau begitu, kita akan berangkat dari sini pada jam istirahatku. Jangan lupa, ya!" Setelah menyelesaikan kalimatnya, Atsushi keluar dari Kafe Uzumaki.
Lucy menatap kepergian Atsushi dengan air muka sulit dijelaskan. Sejujurnya, ia senang diajak berjalan-jalan bersama. Hanya saja, kenapa harus dalam rangka membeli hadiah White Day-nya O-chibi-chan? Padahal, dirinya juga sudah memberi Atsushi sesuatu pada hari Valentine. Dasar Jinko tidak tahu diri! Beri saja gadis itu hadiah. Ia sudah tidak peduli.
Sepertinya ada yang cemburu....
Namun, ada satu hal yang mengusik pikirannya sedari tadi. Ia dengan Jinko pergi berdua. Ke pusat perbelanjaan.
INI BUKAN DATE ATAU SEJENISNYA, KAN?!
.
.
Bungou Stray Dogs © Kafka Asagiri (writer) & Harukawa 35 (illustrator).
Lanjutan dari February.
Fanfiksi ini dibuat untuk menyalurkan kegemaran semata.
Warning: (possibly) OOC, SPOILER (manga), may contain headcanon(s).
YOU HAVE BEEN WARNED.
.
.
Keesokan harinya, seperti yang sudah dijanjikan, Atsushi datang ke Kafe Uzumaki pada jam istirahat. Lucy, yang sedang bekerja, meminta izin pada Manajer dan Ibu Kafe agar boleh menemaninya pergi ke pusat perbelanjaan—yang untungnya diberi lampu hijau oleh kedua orang tua itu.
Sambil berjalan melewati toko-toko, Lucy memberi saran. Hanya saja, Atsushi kerap kali bingung (dan kelihatannya merasa bahwa hadiah tersebut kurang cocok untuk diberikan pada Kyouka).
"Permen?" Lucy bertanya lagi; setelah mengusulkan bunga mawar (yang ini ditolak mentah-mentah oleh Atsushi dengan muka merona merah) dan cokelat putih. "Permen cukup populer sebagai balasan cokelat Valentine."
Pemuda itu meletakkan jari telunjuk dan jempolnya di dagu. "Hmmm ... kedengarannya bagus, tapi...."
"Kalau begitu, kita langsung ke toko permen saja." Lucy memacu langkahnya, meningkatkan kecepatan agar urusan ini bisa cepat selesai. Ia, sejujurnya, merasa sedikit malas untuk membantu Jinko kali ini. Kenapa ia terseret, sih? Ini, kan, seharusnya menjadi masalah antara Jinko dengan si Cebol itu.
"Ah! Tunggu, Lucy-san!" Atsushi berlari kecil, menyejajarkan posisinya dengan sang gadis bersurai merah. "Kalau kamu diberi hadiah, kamu mau diberi apa?"
Lucy mengernyitkan dahi. "Kenapa kau bertanya? Tidak ada hubungannya dengan hadiah O-chibi-chan, kan?"
"Sebagai referensi, Lucy-san. Siapa tahu yang ini lebih baik daripada permen."
Lucy mendengus. Sudahlah, jawab saja. Lebih cepat kembali ke kafe, lebih baik.
"Aku lebih ingin boneka, sih." Masih tidak bisa jauh-jauh dari hal yang ia sukai. "Mungkin phone strap juga bagus. Hadiah yang bisa dikenang, menurutku, jauh lebih baik."
Atsushi menjentikkan jari; membuat Lucy menoleh ke pemuda itu. Senyum lebar terukir di paras Atsushi. "Itu dia!"
"Ha?"
"Kyouka-chan memiliki satu gantungan kelinci di gawainya. Talinya sudah tidak terlalu kuat. Kurasa, aku akan membeli phone strap, seperti idemu."
"Terserahlah."
Mereka berdua akhirnya berbalik arah karena toko aksesoris sudah mereka lewati.
* *
"Menurut Lucy-san, bagusan yang kiri atau kanan?" tanya Atsushi sambil memperlihatkan dua gantungan kelinci putih. Sebelah kanan memiliki baju berwarna merah, sedangkan sebelah kiri memiliki baju berwarna biru.
Tanpa ragu-ragu, Lucy menjawab, "Yang merah."
"Baiklah." Atsushi mengembalikan kelinci berbaju biru kembali ke rak. "Atau model yang lain lebih bagus, ya...?"
"Ini sudah bagus. Sudah, sana bayar. Kau seperti perempuan saja, bingung mau membeli aksesoris yang mana."
"Ahahaha...." Pemuda itu tertawa hambar. "Kalau begitu, aku ke kasir, ya. Lucy-san tunggu di luar saja."
Lucy mengangkat kedua bahunya, kemudian berjalan keluar toko—menuruti saran Atsushi. Ia senang, urusan ini sudah selesai. Hanya saja, Lucy masih sedikit merasa kesal (d̶̶a̶̶n̶̶ ̶̶s̶̶e̶̶d̶̶i̶̶h̶) karena tidak diberi apa-apa oleh Atsushi. Padahal, Lucy juga memberi pemuda itu m̶̶i̶̶n̶̶u̶̶m̶̶a̶n̶ cokelat pada hari Valentine. Ah, mungkin memang dirinya yang tidak dianggap spesial, bahkan sebagai teman dekat, oleh pemuda itu ?
Kenapa dirinya mendadak menjadi melankolis begini, sih.
Pintu yang ada di belakangnya terbuka. Lucy menoleh ke belakang, mendapati Atsushi yang sedang menenteng kantung plastik berisikan kotak berwarna merah—oh, mungkin ia meminta pegawai toko untuk membungkus hadiah tadi.
"Akhirnya selesai juga. Lain kali, aku tidak akan memberimu bantuan. Menyusahkan sekali," ucap Lucy dengan sebal. Ah, omongan belaka. "Kalau begitu, ayo kita kembali."
"Sebentar, Lucy-san."
"Apa lagi?" Dapat didengar nada bicara Lucy yang sedikit lebih kasar.
"Ini—" Atsushi menyodorkan kantung plastik itu pada Lucy. "—untukmu."
Lucy mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia tidak salah dengar, kan?
"... Kau bilang apa tadi?"
Atsushi meneguk salivanya, sebelum mengulang kalimatnya, "Ini untukmu."
"Bukannya mau kau berikan pada O-chibi-chan, ya?"
"Err ... kalau itu, aku sudah memberi Kyouka-chan permen tadi pagi." Atsushi menggaruk pipinya dengan telunjuk—menggunakan tangannya yang bebas.
"Jadi ... ini benaran untukku?"
Atsushi mengangguk. Lucy meraih kantung plastik tersebut.
"... Terima kasih."
"Sama-sama ... hei, Lucy-san! Jangan tinggalkan aku!"
Lucy berlari, menjauhi pemuda itu. Wajahnya terasa sangat panas. Dalam hati, ia menyumpahi Atsushi yang berhasil mengelabuinya.
* *
Sejak saat itu, Lucy memiliki trust issue terhadap Atsushi untuk beberapa minggu ke depan.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
12 Months: Lucy M. Montgomery | ✓
Fanfiction[ Himawari Project: 12 Months Collaboration ] Kisah yang terjadi antarbulan tidak akan sama. Fanfiksi ini berisi kumpulan kisah milik gadis Montgomery, baik yang terjadi dahulu maupun sekarang. TIDAK ada keterkaitan yang berarti pada setiap chapter...