A u g u s t

72 11 2
                                    

"Datang kembali, ya! Hati-hati di jalan!" Lucy berseru dengan nada ramah pada pelanggan yang baru saja angkat kaki dari Kafe Uzumaki.

Sekarang, Kafe tampak sepi; tak ada pengunjung sama sekali. Bukan hal yang aneh, tetapi termasuk hal yang jarang pula. Jam di dinding baru menunjukkan pukul tujuh kurang seperempat, seharusnya—paling sepi sekalipun—ada satu atau dua orang konsumen di dalam kafe.

"Kenapa semua orang kelihatan terburu-buru keluar?" tanya Lucy, tidak tertuju kepada siapapun. "Beberapa dari mereka juga sesekali melirik jam tangan atau jam dinding."

"Lucy-chan tidak tahu?" Ibu Kafe tampak sedikit terkejut. "Padahal posternya tertempel di banyak tempat, loh. Malam ini, akan ada Festival Kembang Api Yokohama."

"Festival kembang api?"

"Sou da yo. Acaranya diadakan di Umi no Koen. Lucy-chan tidak mau pergi ke sana?"

"Aku rasa tidak, Nyonya. Kembang api bisa dilihat dari kejauhan, jadi melihatnya dari sini pun bisa."

"Serius, tidak ingin pergi?"

"Serius!"

.

.

Bungou Stray Dogs © Kafka Asagiri (writer) & Harukawa 35 (illustrator).

Fanfiksi ini dibuat untuk menyalurkan kegemaran semata.

Warning: (possibly) OOC, SPOILER (manga), may contain headcanon(s).

YOU HAVE BEEN WARNED.

.

.

PSIIIIUUUUUU— DUAAAR!!!

DUAR, DUAR, DUAR!!!

Bunyi letusan kembang api tak berhenti-hentinya terdengar, walau dari kejauhan. Sudah sepuluh menit lamanya.

Lucy dapat melihat—tanpa perlu menggunakan alat optik—cahaya wana-warni yang menghiasi langit gelap di ujung sana. Benar-benar indah. Sayangnya, Lucy harus merasa sedikit rugi lantaran beberapa kembang api—yang meluncur tak terlalu tinggi—terhalangi oleh gedung-gedung.

Well, Lucy memang tidak bermaksud untuk menonton kembang api sejak awal. Namun, dengan kondisi kafe yang sepi dan tak ada bahan obrolan, satu-satunya penghiburan adalah kembang api yang turut menghiasi langit malam Yokohama.

"Kalau Lucy­-chan ingin menonton, berdiri saja di luar. Tidak apa-apa, kok. Siapa tahu bisa melihat lebih jelas?" Ibu Kafe, yang sedari tadi memerhatikan Lucy, memberi usul (atau izin?).

"Uhh, tetapi...."

"Tidak apa-apa, Lucy-chan. Kafe juga sedang sepi."

Akhirnya, gadis bersurai merah itu menyetujui usulan Ibu Kafe. Ia mengangguk, mengucapkan 'terima kasih', keluar dari Kafe, dan berjalan ke sana-sini (mencari posisi yang tepat untuk melihat kembang api tanpa halangan).

Setelah mendapat posisi yang lumayan, Lucy mendengar suara samar—yang lama-lama terdengar semakin jelas. Beberapa saat kemudian, tampak rombongan yang terdiri atas anggota-anggota Armed Detective Agency. Beberapa dari mereka tampak terburu-buru, sedangkan yang lainnya terlihat tidak terlalu peduli atau (kelewat) santai.

Lucy melayangkan tatapan heran pada Atsushi yang berada di tengah rombongan. Atsushi membalas tatapannya, lalu menyapa Lucy.

"Kalian mau ke mana?" Adalah pertanyaan yang langsung diberikan Lucy, tanpa membalas ucapan 'selamat malam' Atsushi.

"Kami mau ke Umi no Koen untuk menonton kembang api."

"Bukannya sudah terlambat?"

Atsushi hanya tertawa hambar mendengar penuturan Lucy. "Yaah, begitulah. Situasi sempat hectic tadi ... Dazai-san belum menyelesaikan laporannya dan ada dua lembar berkas penting hilang."

"Hooo...." Itu memang situasi yang kacau.

"Lucy-san sendiri? Tidak pergi ke festival?"

"Aku...." Lucy melirik ke dalam kafe. Dari jendela, ia bisa melihat Nyonya yang memberinya jempol dan Manajer yang mengangguk; memberi persetujuan. "Entahlah."

"Ma—"

"ATSUSHI! Jangan berlama-lama! Kita sudah terlambat delapan belas menit, empat puluh detik!" Kunikida Doppo berseru dari jarak semeter di depan sana.

"AH, IYA!" balas Atsushi dengan lantang. "... Kalau begitu, aku duluan, ya."

"Ya."

Kelihatannya, Lucy memang harus menonton kembang api dari kejauhan ...

"Oh, bagaimana kalau Lucy-san ikut dengan kami?"

... atau tidak?[]

12 Months: Lucy M. Montgomery | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang