O c t o b e r

87 12 4
                                    

Bulan kesepuluh dalam kalender Masehi paling dikenal dengan perayaan hari Halloween, terutama di negara-negara Eropa dan Amerika. Tentu saja, Kanada termasuk.

Di Prince Edward Island, bagian Kanada tempat Lucy berada, orang-orang bersemangat dalam menyambut hari Halloween, apalagi anak-anak. Labu-labu diukir oleh mereka, membentuk muka menyeramkan—yang sejujurnya biasa saja, bagi Lucy. Anak-anak sibuk memilih dan membuat kostum yang ingin mereka kenakan. Ada yang membuat kostum karakter film favorit mereka. Ada juga yang membuat kostum mainstream, seperti Count Dracula, Mummy, dan Frankenstein.

Lucy menatap anak-anak yang berada di luar sana; dengan menggebu-gebu bercakap-cakap mengenai perayaan Halloween yang akan datang. Oh, Lucy sangat iri. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Kalau di beberapa tempat perayaan Halloween diadakan untuk menjauhkan warga dari para setan, maka di panti asuhan, hal itu tidak akan berarti apa-apa. Karena, di dalam sini, manusia-manusianya—para pengurus panti asuhan—lebih buruk daripada para setan yang akan mencabut nyawa Lucy.

.

.

Bungou Stray Dogs © Kafka Asagiri (writer) & Harukawa 35 (illustrator).

Fanfiksi ini dibuat untuk menyalurkan kegemaran semata.

Warning: (possibly) OOC, SPOILER (manga), may contain headcanon(s).

YOU HAVE BEEN WARNED.

.

.

"Hari ini, kita yang menyapu daun-daun kering di halaman, kan?" ujar salah seorang anak perempuan berkucir dua.

"Iya. Daun-daun di luar banyak sekali. Aku tidak ingin berlama-lama di luar. Dingin...," balas temannya.

Si kucir dua mengangguk.

"Hei, Jane, hari ini kita menyapu dengan Lucy?" Josie, kawan si kucir dua, bertanya sembari melirik Lucy yang baru saja berjalan melewati mereka; menuju pintu depan.

Lagi-lagi, Jane mengangguk.

"Haaah.... Kenapa harus dengan dia, sih? Aku tidak suka dia. Dia mengerikan."

Lucy yang sedari tadi menguping percakapan mereka—ia sengaja berjalan pelan-pelan—segera membuka pintu, keluar, dan menutupnya dengan keras. Ia tidak mau mendengar perkataan menyakitkan dari anak-anak yang lainnya lebih lanjut. Walau sudah tidak jarang ia dikatakan aneh atau kemampuannya mengerikan, ia masih tidak terbiasa mendengarnya.

Untuk mengenyahkan pikiran mengenai percakapan antara Josie Pye dan Jane Andrews, Lucy mulai menyapu dedaunan kering di halaman panti asuhan. Setidaknya, pikirannya tidak akan tertuju ke sana saja.

"Astaga, banyak sekali daun-daunnya," keluh Lucy. Sudah selama sepuluh menit ia menyapu, daun-daun itu sudah terkumpul menjadi bukit kecil setinggi lututnya, belum juga semua selesai disapu. "Seperti yang dikatakan Josie, memang banyak sekali daun kering di halaman."

Tiba-tiba, terdengar bunyi langkah yang tidak jauh dari tempat Lucy berdiri. Refleks, Lucy menoleh ke asal suara. Ia menemukan sesosok gadis yang hampir sebaya dengannnya, mengenakan pakaian mewah, rambut pendek tertata rapi, dan kacamata bulat bertengger di hidungnya.

Lucy menatap perempuan itu dengan tatapan heran. Tatapannya dibalas oleh gadis asing tersebut.

"Uhm ... itu ... err, permisi...," sapa si surai pendek dengan suara kecil. "Aku sedikit ... tersesat. Bisa beritahu aku nama tempat ini?"

12 Months: Lucy M. Montgomery | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang