Chapter 30 - Call

80.1K 4.1K 55
                                    

Author's POV
"Apa yang kau inginkan untuk permintaanmu?" Tanya Kendra penasaran.

Baru saja Aaron ingin menjawab, ponselnya bergetar, setelah melirik layar, ia menempelkannya ke telinga dengan ragu.

Kendra memanyunkan bibirnya, padahal ia sudah sangat penasaran, tapi ponsel itu malah mengganggu perbincangan penting mereka.

"Ya, ini siapa?" Tanya Aaron dengan ponsel menempel di telinganya.

Saat itu juga, Aaron pergi dari hadapan Kendra dan melanjutkan panggilannya.

"Sekarang juga?" Aaron menggaruk tengkuknya, kemudian melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan jam tujuh malam.

"Tapi--" Aaron mendapati Kendra sedang mengintipnya. Ia segera pergi mencari tempat yang lain untuk melanjutkan panggilannya itu.

"Iya, iya baiklah jika begitu," Jawabnya terpaksa.

"Tidak, aku yang akan kesana," sahut Aaron, segera memutuskan panggilan itu dan berjalan masuk ke dalam kamarnya.

👑

"Hai!" Tasya melambaikan tangannya kepada Aaron yang sedang mencarinya dengan SUV Land Rover sepanjang jalan yang ramai.

Sesungguhnya mobil SUV itu sudah tidak asing lagi bagi Tasya. Jadi, begitu ia melihatnya, ia langsung tahu.

"Karena hari itu kau telah memilih bistro meat pie, bagaimana jika aku yang memilih tempat hari ini?" Sela Tasya sembari memasangkan sabuk pengamannya.

"Hmm" Aaron mengangguk setuju.

"Ayo ke luxury nightclub, mereka menyediakan tequila yang unik!" Ajak Tasya.

Aaron sedikit tercengang saat mendengar tempat yang barusan dipilih wanita itu.

Bukannya yang dikatakan membayar adalah satu dibayar satu? Tapi bukan hal itu yang menjadi masalah sekarang. Bagaimana ia bisa meninggalkan Kendra dan malah pergi dengan wanita lain ke club?

Aaron mengutuk dirinya sendiri yang telah meninggalkan barang yang begitu penting seperti tanda pengenalnya hari itu.

"Luke juga pasti akan menyukainya," Sela Aaron sembari melirik wanita itu dan mengambil ponsel.

"Jangan, kumohon! Ehm...Maksudku, kami tidak terlalu akrab." Tasya menahan salah satu tangan Aaron yang sudah hendak memanggil Luke.

Aaron segera melepas tangan Tasya yang menyentuhnya dan kembali berpegang pada setir mobil, "Bagaimana jika kita makan di bistro di dekat sini?" Tanya Aaron sembari melemparkan senyuman hambar yang dibuat-buatnya.

"Baiklah." Tasya mengangguk.
Aaron-pun sadar ada sedikit kekecewaan terbawa ke dalam ucapannya itu.

Mereka tiba di bistro yang menyajikan makanan prancis atas pilihan Aaron.

Suasana sedikit canggung, tidak ada yang mengatakan sepatah katapun dan Tasya hanya sibuk memainkan ponselnya sedari tadi.

"Kau tidak suka? Maaf hanya ini bistro yang terdekat," Ucap Aaron sedikit merasa bersalah.

"Hm, tidak apa-apa, tapi aku juga ingin kau mengantarku pulang malam ini," Sahutnya tanpa menatap Aaron sedikitpun, sampai saat ini Tasya masih saja sibuk dengan ponselnya.

Aaron menggertakkan giginya, ia sudah merelakan waktu berharganya bersama Kendra hanya untuk membayar makan malam ini. Ingin cepat-cepat menyelesaikan makan malam, tapi Tasya malah meminta bayaran tumpangan hari ini juga.

"Ternyata makanan disini enak juga!" Seru Tasya yang kemudian meletakkan ponselnya.

Seperti dugaan awalnya, tipe wanita di depannya ini ketika diperlakukan sedikit baik malah bertindak seenak mereka saja.

Aaron memilih untuk tetap diam.

Ia berpikir sebaiknya jangan terlalu meladeni wanita satu itu lagi.

"Oh my! Lihatlah!" Seru beberapa orang yang baru saja datang dan terlihat tidak asing lagi bagi keduanya.

Tasya meletakkan cangkir yang ia baru saja ia minum dan menunjukkan raut wajah kaget yang sangat jelas sangat ia sengajakan, "Tasya! Ternyata benar! Ia tidak berbohong!" Seru mereka lagi.

Mereka itu para pilot baru yang seangkatan dengan Tasya, satu-satunya kelompok dengan jumlah wanita terbanyak yang memilih menjadi pilot daripada pramugari.

"Teman-teman, sudah kubilang kan jangan datang, Aaron tidak akan suka!" Omelnya sembari menyambut kedatangan ketiga wanita itu.

Selagi beberapa wanita itu berbisik-bisik, Aaron berdeham, "Nikmati makan malam kalian!" Ucapnya sebal.

Ia meletakkan serbetnya itu dan hendak bangkit meninggalkan wanita-wanita itu.

"Bukannya kau bilang akan mengantarku malam ini?" Tanya Tasya.

Wanita-wanita itu tampak tercengang mendengar ucapan Tasya, Pria dingin ini akan mengantar salah satu teman mereka?

"Lain kali," Sahutnya sembari melangkah pergi dari bistro itu.

Melihat Aaron sudah meninggalkan tempat itu, mereka kemudian menatap Tasya yang masih tersipu memandang ke arah dimana Aaron menghilang.

Semuanya berteriak tidak jelas karena iri dengan posisi Tasya.

"Lihatlah, sudah kubilang ia sedikit pemalu," bisik Tasya sembari menyelipkan rambut merahnya itu ke belakang telinga.

👑

Dasar gila.
Aaron masih berdecak kagum dengan sandiwara dan drama yang diciptakan wanita itu tadi. Kini ia tahu tujuan wanita itu sibuk memainkan ponsel.

Bisa-bisanya ia menggunakan hal itu untuk memamerkan kedekatannya dengan Aaron.

Jika bukan karena tanda pengenal, Aaron pasti akan menjaga dirinya jauh-jauh dari wanita gila yang baru kali ini ia temui, yang bisa melakukan hal sejauh ini karena rasa kagum.

Baru saja ia tiba dan masuk ke rumah minimalis itu, "Kak, kau darimana saja?" Teguran familiar itu sedikit mengagetkannya.

"Aurora! Kapan kau tiba?" Seru Aaron.

Ia mengubah tujuan awalnya, tidur, menjadi mendekati gadis itu.

Gadis itu melirik jam tangan lalu mengerucutkan bibirnya, "Kau selingkuh ya, kak?" Bisik Aurora ketika ia mendekati telinga Aaron.

TBC
👑

✅ A Missing PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang