Kendra's POV
"Aaron!"Ia menoleh, menatapku sambil tersenyum miring. Setelah pulang dari klinik, aku memutuskan untuk menyusulnya kesini.
Aku segera berlari menyusulnya diantara banyak pramugari dan pilot yang juga sedang keluar dari pintu itu sembari menarik koper mereka masing-masing.
Setelah menunggu lama, gelato rasa green tea yang barusan kubeli masih setia menemaniku bersama menunggu kepulangan Aaron dari perjalanan singkatnya.
"Kenapa kau disini?" Tanya Aaron. Ia lalu mengambil tasku dan membawakannya untukku.
Lucu memang,
Karena berdasarkan perkata pria itu kemarin, dia hanya melakukan semua itu karena dia risau melihatnya.Aku menyelipkan salah satu tanganku yang bebas diantara lengannya.
Entahlah bagaimana jadinya hubungan kami, hanya saja aku sudah terlalu nyaman bersama dengannya.
"Bukannya kau harus shooting scene di malam hari?" Tanya Aaron. Ia tidak terlalu peduli dengan tanganku yang sedang menggantung di lengannya.
"Sudah, lagian bagianku sedikit saja!" Dustaku. Sebenarnya aku bolos kerja hari ini, karena pertemuan tidak terduga dengan Dr. Martin dan dad.
Kami berjalan bersama ke area parkir dimana mobil hitam Aaron terparkir disana dan kami langsung pulang ke rumah bersama.
Sehabis ini, banyak sekali yang ingin kutanyakan padanya. Meskipun aku mungkin tidak akan pernah mengingatnya, foto kucel itu berkata bahwa kami pernah bertemu di Brooklyn sebelumnya.
Dokter Martin memberitahuku yang sebenarnya. Bahwa aku terbangun dari kecelakaan pesawat dan menderita amnesia.
Soal mimpi itu, Dr.Martin menduga bahwa kejadian-kejadian itu adalah potongan bayangan yang tersisa di memoriku.
Potongan kejadian yang sebetulnya tidak ingin kulupakan, tapi pada akhirnya kulupakan karena ambisi-ku.
Lupakan soal saudara kembar, aku tidak pernah punya saudara kembar dan aku sama sekali tidak memerlukan semua obat tidur itu.
Dr.Martin dan dad percaya bahwa aku sudah terlahir kembali sebagai sosok yang lebih baik.
Tapi sebaik-baiknya itu, aku tetap saja seorang aktris yang telah dinilai buruk oleh Aaron.
Aaron pasti membenci diriku yang sudah berubah, berubah menjadi seperti ini dan bukan lagi menjadi seseorang pencinta pesawat terbang.
Kami melewati perjalanan dalam keheningan, hanya suara musik pop dari radio yang berusaha memenuhi suasana di ruangan mobil itu karena Aaron dan aku sama-sama tidak mengatakan apapun daritadi.
Tidak jelas. Aku juga tidak mengerti bagaimana Aaron memandang soal hubungan kami setelah banyak kejadian yang terjadi belakangan ini.
"Ayo ke High line!" Ajakku tiba-tiba.
Aaron lalu melirikku, "Kenapa High line?" Tanyanya.
Aku semakin yakin dengan hal itu, Aaron bertanya, padahal hal yang biasanya ia lakukan hanya menuruti demi menghemat bicara padaku.
Banyak sekali pertanyaan yang ingin kutanyakan langsung padanya, dan pastinya akan kusimpan sampai kami tiba disana.
"Ayo!" ajak Aaron sambil melepas sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil setelah kami tiba disana.
Aku tersentak, tidak percaya kami sampai ke high line secepat ini.
Setelah mengenakan scarf untuk menutupi leher dan sebagian wajahku. Aku langsung menyusulnya dan kami berjalan di taman, di tengah musim gugur yang sebentar lagi akan berganti ke musim dingin.
Mungkin hari ini akan menjadi hari terakhir kami berjalan-jalan diluar sebelum musim dingin datang.
"Aku sudah tahu, Aaron" Aku memutuskan untuk memecahkan keheningan.
"Aku gagal menerbangkan pesawat, bukan pesawat airbus atau boeing, tapi pesawat kecil bagaikan nyamuk," Ucapku pelan, ada sedikit kekecewaan ketika mengatakan semuanya, walaupun aku tidak mengingat peristiwa itu seutuhnya.
"Kau ingat?" Aaron mendongak, ia tampak sangat-sangat terkejut. Aku jadi terpaksa menghentikan langkahku karenanya.
Aaron menarik pergelangan tanganku dan membawaku ke salah satu bangku di sudut taman. Kami duduk disana, Aaron menatapku, menunggu jawaban dariku.
"Ehrr..." aku sedikit gugup, kenapa bisa ia terlihat begitu tampan?
"Kendra, kau ingat tentangku?" Tanya Aaron sambil menepuk-nepuk dadanya.
"Well, yang kuingat, di taman ini, kau bertingkah sangat konyol lalu memberiku kejutan boneka teddy sekecil ini dan setangkai bunga mawar."
Aku meledeknya, aku bilang padanya bahwa boneka teddy yang kuingat itu memang sekecil telapak tanganku saja.Aaron berdeham, aku sudah meledeknya, tapi wajahnya tetap saja serius, "Hanya itu?" Gumam Aaron.
"Lalu aku mengecup pipimu," bisikku menggoda pria satu itu sambil terkekeh.
Aaron memejamkan matanya sejenak, "Serius, Kendra," Ucapnya pelan.
"Sayangnya, hanya itu yang kuingat" Jawabku. Aku meliriknya, dan ia tampak sedikit kecewa dengan ucapanku barusan.
"Sudah kuduga." Aaron bangkit dan berjalan meninggalkanku.
Tidak kusangka jawaban Aaron juga membuatku sedikit kecewa.
Memangnya kenapa jika aku ingat semuanya? Memangnya kenapa jika ingatanku kembali? Apa Aaron mau mencintaiku lagi? Kehilangan ingatan ini juga bukan terjadi atas keinginanku, Aaron.
Aku kira setelah memberitahunya, hubunganku dengan Aaron bisa berubah.
Aku salah, dia tidak mungkin mencintaiku. Hatinya konsisten, sangat berpendirian. Hanya aku yang terlalu banyak berharap.
Penasaran, suatu hari, siapa yang mampu menaklukkan hati dingin dan keras itu.
"Kendra?" Aku mendongak, tersadar dari lamunanku barusan.
Ia kembali?
TBC
Don't forget to vote and comment! ;)
👑
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ A Missing Part
Roman d'amour[COMPLETE] "No great love ever come without great struggle" Kendra Damaris (23), anak tunggal dari sebuah keluarga miliarder, seorang artis papan atas, dan model terkenal. Yang mencintai keluarga, karir, dan juga hidupnya yang sempurna dalam limpah...