Chapter 21 - Another side

88.5K 4.8K 26
                                    

[As Aaron in media]

Kendra's POV
Dia bilang dia membenciku, kami sudah tidak berbicara seminggu ini.

Dan aku sangat-sangat tidak berniat berbicara padanya, apalagi menatapnya. Karena setiap aku mulai menatapnya, aku akan tergoda untuk memulai percakapan dengannya.

Aku membencinya? Entahlah sepertinya aku lebih membenci diriku sendiri yang tak pernah mendapat tempat di hatinya.

Berbahagialah Aaron, tidak ada yang mengganggumu lagi kali ini.

Aku menatap kotak berisi botol Gin yang sampai saat ini belum kuberikan padanya.

Kau sangat payah Kendra!

Lebih baik aku menghabiskan malam ini di High Line Park sendiri, menikmati keindahan kota New York. Lagian Aaron juga tidak sedang di rumah.

Mobilku masih tertinggal di agensi, aku memilih untuk menggunakan taxi daripada harus mengendarai mobil Aaron yang satunya.

Seperti biasanya, taman itu tidak berubah. Hanya saja malam ini lebih dingin dari biasanya. Entah bagaimana aku bisa menemukan tempat sebagus ini, aku merasa tidak kesepian meskipun hanya duduk sendirian disini.

Aku memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar, sebentar lagi musim dingin, tidak akan ada waktu lagi untuk keluar ke taman dimalam hari seperti malam ini. Lalu, aku melepas scarf rajut yang menutupi sebagian wajahku di tempat yang lebih sepi, tidak biasanya High line park menjadi sesepi ini.

"Terserah kalian! Sudah kubilang, Aku tidak punya uang!" Suara teriakan di balik semak-semak taman bermain itu kini terdengar olehku.

Ada dua gadis pelajar sedang mengganggu seorang gadis lainnya. Dengan gaya berpakaian mereka, tidak diragukan lagi mereka adalah punk atau preman jalanan.

Bagaimana ini? Aku meraih masker yang sering kubawa kemana-mana dari sakuku dan menutup sebagian wajahku.

"Hey! Pelajar! Apa yang kau lakukan pada gadis itu!" Teriakku ketika aku berjalan menghampiri mereka.

Aku berusaha terlihat berani meskipun sebenarnya aku sangat-sangat takut dan kakiku gemetar, Ayo Kendra! Kau seorang wanita berkarir dan mereka masih pelajar.

"Mau apa, kau?! Dasar sok pahlawan!" Tanya kedua gadis itu sembari memberikanku tatapan yang tajam.

Oh Astaga, aku belum pernah berada dalam situasi seperti ini. Apa yang dirasakan gadis yang sedang diperas itu?

"Tenang saja, aku sudah memangil 911, mungkin mereka akan segera datang," Ucapku kepada gadis yang tersungkur dilantai.

Tidak memerlukan waktu yang lama, terdengar suara sirine. Kedua pelajar itu langsung ketakutan dan segera melarikan diri, meninggalkan kami disana.

Aku menahan tawa melihat mereka berlari ketakutan, sembari memamerkan layar ponsel yang menampilkan tampilan pemutar musik ringtone sirine yang baru saja ku download.

Gadis cantik itu tersenyum lega dan segera mengemasi barang-barangnya yang berserakan di lantai.

Aku menolong gadis cantik itu untuk mengemasi barangnya dan membantunya bangkit berdiri.

✅ A Missing PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang