Chapter 57 - Art Gallery

62K 3.1K 6
                                    

[As Jeremy in Media]

Author's POV
"Kendra?" Suara berat ditambah ketukan pintu membuat Kendra tersadar kembali dari lamunannya.

Setelah ia melemparkan senyuman kecil kepada pria berkacamata itu, pria itu langsung masuk dan menyodorkan buku kecil yang terlihat seperti undangan kepada Kendra.

"Kau mendapat undangan! Seseorang ingin kau datang dan tanda tangan di pembukaan art gallery terkenal!" Jelas Jeremy antusias.

Bagaimana tidak? Ini adalah hasil kerja pertamanya menjadi manager Kendra hanya dalam waktu satu minggu.

Ruangan polos itu mendadak hening, hanya diisi oleh raut wajah terkejut dan bahagia dari keduanya.

Kendra melongo, menatap Jeremy dan undangan yang kini dipengangnya bergantian dengan tatapan tak habis pikir.

"Really? kau tidak bercanda, kan?" Seru Kendra tak kalah semangat.

Jeremy tidak sanggup menahan senyuman yang tersungging di bibirnya, "Sampai jumpa nanti malam. Akan kujemput seperti biasa," Jawabnya sebelum pergi meninggalkan ruangan.

Kini mengantar-jemput sudah menjadi kebiasaan, selain searah, Kendra aman datang dan pergi bersama dengan manager-nya.

Lebih irit waktu sambil mendiskusikan langkah selanjutnya yang akan mereka ambil dalam perkembangan karir Kendra di tengah kemacetan dan kepadatan jalanan kota.

Dibandingkan Ms.Boone, Jeremy jauh lebih baik, pria asal inggris itu selalu saja mendengar dan mempertimbangkan pendapat Kendra yang mungkin hanya secuil, atau kadang sama sekali tidak berguna.

👑

Menunggu di malam yang dingin, tidak hanya di luar rumah, suhu di dalam rumah juga tak kalah dingin sehingga membuat kulit terus menggigil.

Setelah melihat mobil berwarna hitam berhenti di halaman depan rumah, Kendra lalu berlari dengan tidak sabar. Mengunci pintu dan tergesa-gesa melangkah melewati anak tangga dan masuklah ia kedalam mobil itu.

Kendra terlihat sangat menawan dengan potongan gaun sabrina selutut berwarna biru tua dengan bahan yang menghangatkan pula.

Rambutnya diikat, disanggul rapi sehingga membuat penampilannya malam ini terlihat sangat elegan dan berkelas.

"Kau sangat cantik," Ucap Jeremy saat Kendra masih sibuk memakai sabuk pengaman.

"Bukannya tadi kau bilang kakakmu yang akan mengantar?" Tambah Jeremy. Ia heran, beberapa menit yang lalu oleh karena panggilan Kendra yang mendadak, ia harus memutar kembali mobilnya untuk menjemput wanita satu ini.

"Maaf! Kukira ia senggang tadi, ternyata tidak," Sesal Kendra.

Setengah jam kemudian, akhirnya mereka sampai juga ke Tobby Art. Tidak disangka ternyata lalu lintas malam ini lebih padat dari malam biasanya.

Sudah banyak deretan mobil mewah yang mendatangkan manusia-manusia dari kelas atas seperti aktor, penyanyi, pengusaha kaya dan lainnya.

Mereka bergiliran melangkah keluar dari mobil dan masuk kedalam bangunan dengan arsitektur super mewah itu.

Unsur artistiknya sangat menonjol, siapapun yang melihatnya sudah pasti tahu bangunan ini berisi galeri lukisan serta benda-benda dengan nilai artistik tinggi lainnya.

Tobby Weisenburg, pelukis kontemporer legendaris. Pria paruh baya itu sudah menghabiskan beberapa puluh tahun terjun di dunia lukis.

Sebagian besar orang mengagumi lukisan-lukisannya yang tergantung di dinding-dinding.

Tapi tidak dengan Kendra, ia hanya memasang raut wajah tertarik padahal ia sangat-sangat bosan menatap lukisan abstrak garis-garis hitam tidak jelas berkumpul didalam satu bingkai besar.

Banyak manusia berlalu-lalang di dalam ruangan yang besar itu. Beberapa orang menyapa Kendra dengan sopan, beberapa orang lain menatapnya sinis tanpa menyapa.

Meskipun pernah bertemu sebelumnya, sangat sedikit orang disana yang menyapanya lagi. Keadaan jauh berbeda dari sebelum karir Kendra berada di ujung tanduk seperti ini.

Sekitar sepuluh menit yang lalu, karena kebosanan, Kendra baru saja merubah penampilan pria berkacamata itu.

Memasangkan pita bercorak imut-imut di kera kemeja pria itu lalu menata rambutnya sehingga tampak sangat menggemaskan seperti anak anjing barbet yang menurut saja pada majikannya.

Kini tanpa mengembalikan penampilannya seperti semula, sudah ada beberapa orang sedang berdiri di dekat pria berkacamata dalam setelan tuxedo bercorak bintik-bintik itu.

Pria itu sangat sopan, meskipun baru disini, siapapun pasti merasa nyaman berbincang dengannya.

"Jeremy! Aku akan mengambil minuman, kau mau kuambilkan satu?" Bisik Kendra yang dari tadi telah menunggu celah-celah kecil untuk berbicara dengan pria itu.

"Tidak, kau saja," Jawab Jeremy pelan.

Kendra mengembuskan napas perlahan sambil menyelinap diantara kerumunan orang ke arah bar. Tiba didepan bar, ia tersenyum kepada bartender dan meminta segelas anggur putih.

Banyak suara yang bisa ia dengar, termasuk suara-suara dari kerumunan orang yang tidak jauh dari tempatnya duduk.

"...Kau sendirian saja?"
"...Lukisannya menakjubkan, bukan?"
"...Jabatan CEO diusia muda?"
"...Airlines ternama"
"...Aaron Torres? Nama yang tampan seperti orangnya"

Tangan Kendra yang tadinya memegang gelas kaca berisi anggur putih yang baru akan menyentuh bibirnya itu tiba-tiba terhenti.

Siapa?
Ia menoleh dengan cepat dan mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan, lalu akhirnya ia menangkap sosok yang dicarinya.

TBC
❣️Thanks for Reading❣️

✅ A Missing PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang